iklan

✔ Jenis- Jenis Lahan Pertanian Menurut Bentuk Fisik Dan Ekosistemnya

Lahan pertanian berdasarkan bentuk fisik dan ekosistemnya sanggup dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu Lahan berair dan Lahan kering. Berikut ini yaitu penjelasan  dua macam bentuk fisik dan ekosistem lahan pertanian, yaitu :
1.      Lahan Basah
Lahan berair atau wetland yaitu wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau musiman. Lahan berair yaitu suatu wilayah yang tergenang air, baik alami maupun buatan, tetap atau sementara, mengalir atau tergenang, tawar asin atau payau, termasuk di dalamnya wilayah maritim yang kedalamannya kurang dari 6 m pada waktu air surut paling rendah. Wilayah-wilayah itu sebagian atau seluruhnya kadang kala tergenangi oleh lapisan air yang dangkal.
Manfaat Lahan Basah, antara lain:
1)      Mencegah banjir
2)      Mencegah pengikisan pantai
3)      Mencegah intrusi air
4)      Menghasilkan material alam yang bernilai ekonomis
5)      Menyediakan insan akan air minum, irigasi, mck, dsb.
6)      Sebagai sarana transportasi
7)      Sebagai sarana pendidikan dan penelitian
Berikut ini yaitu jenis-jenis lahan basah, diantaranya :
A.    Sawah
Sawah yaitu sebidang lahan pertanian yang kondisinya selalu ada dalam kondisi berair dan kadar air yang dikandungnya selalu di atas kapasitas lapang. Sebidang sawah dicirikan oleh beberapa indicator, yaitu :
1)      Topografi selalu rata
2)      Dibatasi oleh pematang
3)      Diolah selalu pada kondisi berair
4)      Ada sumber air yang kontinyu, kecuali sawah tadah hujan an sawah rawa
5)      Kesuburan tanahnya relative stabil meskipun diusahakan secara intensif, dan
6)      Tanaman yang utama diusahakan petani padi sawah
Sawah berdasarkan system irigasinya / pengairan dibedakan menjadi beberapa macam sebagai berikut :
1)      Sawah pengairan teknis : sawah yang bersumber pengairannya berasal dari sungai, artinya selalu tersedia sepanjang sepanjang tahun, dan air pengairan yang masuk ke kanal primer, sekunder, dan tersier volume terukur. Oleh alasannya itu, pola tanam pada sawah teknis ini lebih fleksibel dibandingkan dengan sawah lainnya. Ciri sawah jenis ini dalam pola tanamnya sebagian besar selalu padi – padi, meskipun ada pola tanam lain biasanya terbatas di kawasan – kawasan yang para petaninya sudah mempunyai orientasi ekonomi yang tinggi, mirip di kawasan kebupaten Kuningan dan kabupaten Garut.
2)      Sawah pengairan setengah teknis : sawah yang sumber pengairannya dari sungai, ketersediaan airnya tidak mirip sawah pengairan teknis, biasanya air tidak cukup tersedia sepanjang tahun. Pola tanam pada sawah ini biasanya padi – palawija atau palawija – padi. Sawah tipe ini banyak terdapat di kawasan kabupaten Garut serpihan selatan, kabupaten Cianjur selatan, dan kabupaten Sukabumi selatan.
3)      Sawah pengairan pedesaan : sawah yang sumber pengairannya berasal dari sumber-sumber air yang terdapat di lembah-lembah bukit yang ada di sekitar sawah yang bersangkutan. Prasarana irigasi mirip saluran, bendungan dibentuk oleh pemerintah desa dan petani setempat, serta bendungan irigasi umumnya tidak permanen. Pola tanam pada sawah pengairan pedesaan ini biasanya padi – padi, dan padi – palawija, atau padi – bera. Petani yang melaksanakan padi – padi biasanya terbatas di daerah-daerah yang berdekatan degan sumber air saja, sedangkan yang jauh biasanya hanya  ditanami padi sekali saja pada animo hujan dan pada animo kemarau dibiarkan bera. Sawah jenis ini hampir di seluruh kabupaten ada namun luasanya terbatas sekali.
4)      Sawah tadah hujan : sawah yang sumber pengairannya bergantung pada ada atau tidaknya curah hujan. Sawah jenis ini biasanya terdapat di daerah-daerah yang topografinya tinggi dan berada di lereng-lereng gunung atau bukit yang tidak memungkinkan dibentuk kanal irigasi. Oleh alasannya itu, pada sawah semacam ini pola tanamnya yaitu padi – bera, padi – palawija, dan palawija – padi.
5)      Sawah rawa  : sawah yang sumber airnya tidak sanggup diatur. Karena sawah ini kebanyakan terdapat di kawasan lembah dan cekungan atau pantai. Kondisinya selalu tergenang air alasannya airnya tidak sanggup dikeluarkan atau diatur sesuai dengan kebutuhan. Ciri utama sawah rawa yaitu diolah atau ditanami pada animo kemarau dan dipanen menjelang animo hujan. Tanaman yang utama yaitu padi rawa yang mempunyai sifat tumbuhnya gampang menyesuaikan dengan permukaan air apabila tergenang melebihi batas permukaan atau dilanda banjir. Sawah rawa banyak terdapat di kabupaten Kawarang sebelah utara, kabupaten Indramayu, dan di pulau-pulau luar Jawa, mirip Kalimantan Selatan, Jambi, Sumatera Selatan.
6)      Sawah rawa pasang surut : sawah yang system pengairannya dipengaruhi naik dan turunnya air maritim (pasang laut). Ciri khas sawah pasang surut ini yaitu bahwa pengolahan tanah sangat sederhana yaitu hanya pembabatan rumput pada animo kemarau menjelang animo hujan datang dan panen pada animo hujan. Sawah rawa pasang surut ini banyak terdapat sepanjang sungai yang besar – besar mirip di Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, dan Irian Jaya.
7)      Sawah Lebak : sawah yang terdapat dikanan-kiri tebing sungai dan di delta-delta sungai yang besar. Sawah ini sumber pengairannya dari sungai yang bersangkutan. Pemasukan airnya dilakukan dengan menggunakan alat pengeduk mirip timba atau kincir air yang dibentuk di sebelah kiri kanan sawah yang bersangkutan. Sawah jenis ini biasanya ada pada animo kemarau ketika air sungai yang bersangkutan surut, pengolahan dan penanaman pada animo kemarau dan panen menjelang animo hujan. Sawah lebak terdapat di Jawa Timur lembah Bengawan Solo, Kali Berantas, dan Delta Musi di Sumatera Selatan.
B.     Rawa : lahan genangan air secara ilmiah yang terjadi terus-menerus atau musiman akhir drainase yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisika, kimiawi dan biologis / semua macam tanah berlumpur yang terbuat secara alami, atau buatan insan dengan mencampurkan air tawar dan air laut, secara permanen atau sementara, termasuk kawasan maritim yang dalam airnya kurang dari 6 m pada dikala air surut yakni rawa dan tanah pasang surut. Rawa-rawa yaitu gudang harta ekologis untuk kehidupan banyak sekali macam makhluk hidup. Rawa-rawa juga disebut "pembersih alamiah", alasannya rawa-rawa itu berfungsi untuk mencegah polusi atau pencemaran lingkungan alam. Dengan alasan itu, rawa-rawa mempunyai nilai tinggi dalam segi ekonomi, budaya, lingkungan hidup dan lain-lain, sehingga lingkungan rawa harus tetap dijaga kelestariannya.
C.      Hutan mangrove :
 suatu tipe hutan yang tumbuh di kawasan pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang tergenang pada dikala pasang dan bebas dari genangan pada dikala surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusmana et al, 2003). Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis ”Mangue” dan bahasa Inggris ”grove” (Macnae, 1968 dalam Kusmana et al, 2003). Dalam bahasa inggris kata mangrove dipakai baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di kawasan jangkauan pasang surut maupun untuk individu-individu jenis tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen dan hutan payau (bahasa Indonesia). Selain itu, hutan mangrove oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Mangrove tersebar di seluruh lautan tropik dan subtropik, tumbuh hanya pada pantai yang terlindung dari gerakan gelombang; kalau keadaan pantai sebaliknya, benih tidak bisa tumbuh dengan tepat dan menjatuhkan akarnya. Pantai-pantai ini tepat di sepanjang sisi pulau-pulau yang terlindung dari angin, atau serangkaian pulau atau pada pulau massa daratan di belakang terumbu karang di lepas pantai yang terlindung (Nybakken, 1998).
D.    Terumbu karang
 : sekumpulan binatang karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Hewan karang bentuknya aneh, ibarat kerikil dan mempunyai warna dan bentuk beraneka rupa. Hewan ini disebut polip, merupakan binatang pembentuk utama terumbu karang yang menghasilkan zat kapur. Polip-polip ini selama ribuan tahun membentuk terumbu karang. Zooxanthellae merupakan suatu jenis algae yang bersimbiosis dalam jaringan karang. Zooxanthellae ini melaksanakan fotosintesis menghasilkan oksigen yang mempunyai kegunaan untuk kehidupan binatang karang.
E.     Padang lamun
ekosistem khas maritim dangkal di perairan hangat dengan dasar pasir dan didominasi tumbuhan lamun, sekelompok tumbuhan anggota bangsa Alismatales yang mengikuti keadaan di air asin. Padang lamun hanya sanggup terbentuk pada perairan maritim dangkal (kurang dari tiga meter) namun dasarnya tidak pernah terbuka dari perairan (selalu tergenang). Terkadang, vegetasi lamun dijumpai sesudah vegetasi mangrove dan fungsinya sanggup berperan sebagai filter lumpur /tanah yang hanyut bersama air ke pantai sesudah bisa lolos tertahan oleh perakaran vegetasi mangrove. Padang lamun juga sanggup dilihat sebagai ekosistem antara ekosistem mangrove dan terumbu karang. Di Taman Nasional Komodo, lamun yaitu sumber pakan utama duyung.
F.      Danau :
 suatu cekungan pada permukaan bumi yang berisi air. Danau sanggup mempunyai manfaat serta fungsi mirip untuk irigasi pengairan sawah, ternak serta kebun, sebagai objek pariwisata, sebagai PLTA atau pembangkit listrik tenaga air, sebagai tempat perjuangan perikanan darat, sebagai sumber penyediaan air bagi   makhluk hidup sekitar dan juga sebagai pengendali banjir dan erosi.
 Berikut ini yaitu jenis-jenis danau yang ada di Indonesia :
1.      Danau Buatan / Waduk : danau yang secara sengaja dibentuk oleh insan untuk memenuhi kebutuhan air pertanian, perikanan darat, air minum, dan lain sebagainya. Contoh : Waduk Jatiluhur di Jawa Barat.
2.      Danau Karst : danau yang berada di kawasan berkapur di mana yang berukuran kecil disebut doline dan yang besar dinamakan uvala.
3.      Danau Tektonik : danau yang terjadi akhir adanya acara / insiden tektonik yang mengakibatkan permukaan tanah pada lapisan kulit bumi turun ke bawah membentuk cekung dan balasannya terisi air. Contoh yakni : Danau Toba di Sumatera Utara.
4.      Danau Vulkanik / Danau Kawah : danau yang terbentuk pada bekas kawah gunung berapi. Contoh yaitu : Danau Batur di Bali.
G.    Sungai : 
Sungai yaitu serpihan permukaan bumi yang terbentuk secara alami dan letaknya lebih rendah dari tanah di sekitarnya dan menjadi tempat / kanal mengalirnya air tawar  dari darat menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain.
Ada bermacam-macam jenis sungai. Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam yaitu: sungai hujan, sungai gletser, dan sungai campuran.
i.    Sungai Hujan : sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mataair. Contohnya yaitu sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
ii.    Sungai Gletser : sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh sungaiyang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja (ansich)  boleh dikatakan tidak ada, namun pada serpihan hulu sungai Gangga di India (yang berhulu di Peg.Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman (yang berhulu di Pegunungan Alpen) sanggup dikatakan sebagai pola jenis sungai ini.
iii. Sungai Campuran : sungai yang airnya berasal dari pencairan es (gletser) ,dari hujan, dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini yaitu sungai Diguldan sungai Mamberamo di Papua (Irian Jaya).
 Berdasarkan debit airnya (volume airnya), sungai dibedakan menjadi 4 macam, yaitu sungai permanen, sungai periodik, sungai episodik, dan sungai ephemeral
i.   Sungai Permanen : sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini yaitu sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam diKalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
ii.   Sungai Periodik : sungai yang pada waktu animo hujan airnya banyak,sedangkan pada animo kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapatdi pulau Jawa contohnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah.Sungai Progo dan sungai Code di Daerah spesial Yogyakarta serta sungai Brantasdi Jawa Timur.
iii.  Sungai Episodik : sungai yang pada animo kemarau airnya kering dan padamusim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini yaitu sungai Kalada di pulauSumba.
iv.  Sungai Ephemeral : sungai yang ada airnya hanya pada dikala animo hujan.Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya sajapada animo hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.

2.      Lahan Kering
Lahan kering yaitu lahan yang dipakai untuk perjuangan petanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya mengharapkan dari curah hujan. Lahan ini mempunyai kondisi agro-ekosistem yang beragam, umumnya berlereng dengan kondisi kemantapan lahan yang kurang atau peka terhadap erosi terutama kalau pengolahannya tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah.
Lahan usahatani kering berdasarkan keadaan fisiknya sanggup dibedakan atas :
1)      Ladang : lahan usahatani kering yang bersifat berpindah-pindah. Cara terbentuknya ladang yaitu sebagai berikut, hutan ditebang kemudian di bakar, sesudah dibakar kemudian ditanami pada ladang / huma atau palawija mirip jagung, kacang-kacangan, dll. Baik yang ditanam secara tersendiri maupun dengan cara tumpangsari. Setiap lahan ladang ini biasanya hanya untuk empat hingga enam animo tanam saja, untuk selanjutnya ditinggalkan yang kemudian hari sanggup dibuka kembali sesudah subur kembali. Biasanya pada waktu simpulan ditanami, ladang tersebut ditanami tumbuhan tahunan mirip karet atau kopi sebagai bukti bahwa ladang tersebut telah ada yang menguasainya, dan berfungsi sebagai batas apabila di kemudian hari akan dibuka kembali.
Dari citra di atas, sanggup disimpulkan pada lahan ladang ini petani tidak melaksanakan perjuangan pelestarian kesuburan lahan. Peningkatan produktivitas lahan terjadi secara alami saja, alasannya itu apabila pengembalian produktivitas tersebut tidak berjalan dengan baik, maka menimbulkan padang alang-alang secara meluas. Ladang lahan ini banyak terdapat di Sumatera serpihan selatan, Lampung, dan Kalimantan Selatan. Sistem perjuangan berladang (shift-ing cultivation) ini merupakan salah satu perjuangan pemborosan sumber daya alam tanah.
2)      Tegalan : kelanjutan dari system berladang, hal ini terjadi apabila hutan yang mungkin dibuka untuk kegiatan perjuangan pertanian tidak memungkinkan lagi. Lahan usahatani tegalan sifatnya sudah menetap. Pola tanam biasanya campur atau tumpang sari antara padi ladang dan palawija (jagung, kacang-kacangan, ubikayu, dll). Di lahan tegal biasanya hanya diusahakan pada animo hujan saja, sedangkan pada animo kemarau diberakan (dibiarkan) tidak ada tanaman. Pada lahan tegal, perjuangan pelestarian produktivitas sudah ada dengan cara pemupukan meskipun terbatas pada dikala ditanami saja, sedangkan pelestarian selanjutnya berjalan secara alami, atau dibiarkan tumbuh tumbuhan liar, yang selanjutnya dibabat pada dikala akan ditanami kembali dengan dengan tumbuhan ekonomi. Produktivitas lahan ini umumnya rendah dan tidak stabil alasannya keadaan topografinya tidak mendatar dan tidak dibatasi oleh pematang atau sengkedan penahan erosi.
3)      Kebun : lahan pertanian / usahatani yang sudah menetap, yang ditanami tumbuhan tahunan secara permanen / tetap, baik sejenis meupun secara campuran. Tanaman yang biasa ditanam di lahan kebun antara lain kelapa dan jenis buah-buahan, mirip mangga, rambutan, dll.
4)      Pekarangan : sebidang lahan usahatani yang ada di sekitar rumah yang dibatasi oleh pagar tumbuhan hidup atau pagar mati.  Tanaman yang bisa ditanami di pekarangan yaitu buah-buahan, sayur untuk memelihara ternak unggas atau terbak kecil, mirip kambing dan biri-biri.
5)      Kolam : lahan perjuangan berair tetapi ada di lingkungan kering. Kolam sanggup dibedakan atas dua jenis, yaitu kolam air membisu dan kolam air deras (running water). Kolam biasa dipakai untuk memelihara ikan atau katak hijau. Usahatani di kolam biasanya dilakukan secara kontinyu dengan periode produksi sekitar 3 -6 bulan. Kaprikornus dalam setahun sanggup empat atau dua kali panen, ikan yang dipelihara di kolam biasanya secara campur atau secara tunggal / satu jenis ikan. Usahatani ikan di kolam ada yang bersifat komersial dan ada juga bersifat hanya untuk keperluan keluarga saja.
6)      Tambak : tempat perjuangan pemeliharaan ikan yang airnya payau (campran ai maritim dan air tawar). Lokasi tambak umumnya di kawasan pantai. Jenis ikan yang dipelihara di tambak, antara lain bandeng, udang, nila, baik secara tunggal atau campuran.

Sumber http://indaharitonang-fakultaspertanianunpad.blogspot.com

0 Response to "✔ Jenis- Jenis Lahan Pertanian Menurut Bentuk Fisik Dan Ekosistemnya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel