✔ Masalah Integrasi Perjuangan Kakao Dan Sapi Di Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota
Studi Kasus
Hasil penelitian menandakan bahwa limbah kakao yang dipakai sebagi pakan, bersumber dari perkebunan kakao sendiri dan kebun kakao petani lain. Limbah kakao tersebut diberikan dengan cuma-cuma dan belum ada petani yang memanfaatkan limbah kakao untuk dijual. Sebanyak 47,37% petani kelompok Fadhila telah memanfaatkan kulit kakao sebagai pakan ternak. Kulit kakao tersebut dimanfaatkan untuk ternak petani itu sendiri. Sedangkan di kelompok Tunas Harapan 66,67% petani memanfaatakan sendiri limbah kulit kakao, 13,33% dimanfaatkan dengan menawarkan kepada petani lain serta 20% tidak memanfaatkan kulit kakao. Petani yang menawarkan kulit kakao kepada petani lain disebabkan sapi yang dipelihara tidak menyukai pakan kulit kakao. Sedangkan petani yang tidak memanfaatkan kulit kakao juga disebabkan sapi mereka tidak menyukai kulit kakao sehingga dibuang begitu saja.
Sedangkan dalam pemanfaatan dan pengelolaan limbah ternak, petani telah memanfaatkan untuk keperluan sendiri dan untuk dijual. Hasil penelitian menandakan bahwa seluruh petani Fadhila memanfaatkan limbah padat ternak untuk keperluan sendiri, dan tidak ada limbah yang dijual. Pada kelompok Tunas Harapan sebanyak 66,67% petani memanfaatan limbah padat untuk dipakai sendiri dan 33,33% petani memanfatkan untuk keperluan sendiri dan juga untuk dijual. Kondisi tersebut mendorong terjadinya pengelolaan sistem integrasi tumbuhan ternak secara individu. Pengelolaan tanaman, ternak dan pemanfaatan limbah kakao dan limbah ternak dilakukan oleh masing-masing individu. Dengan demikian penerapan sistem integrasi tumbuhan ternak pada kedua kelompok dimiliki dan dikelola secara individual. Hal ini bertentangan dengan pengelolaan sistem integrasi
yang disarankan yakni secara berkelompok (Pasandaran et.all, 2005). Terutama dalam hal pengolahan limbah, dikatakan bahwa pengolahan limbah akan efektif jikalau dilakukan berkelompok.
Analisis :
Dalam perkara tersebut bahwa belum ada prinsip pengembangan masyarakat yang dibangun, lantaran petani dalam melaksanakan integrasi perjuangan kakao dengan ternak sapi masih belum dapat memanfaatkan hasil sampingan dari produk kakao itu sendiri adalah limbah kulit kakao, sehingga dibuang begitu saja. Jika pengembangan masyarakat dibangun melalui pemberdayaan ataupun acara penyuluhan maka mengenai solusi untuk memanfaatkan kembali limbah tersebut mungkin akan dapat menumbuhkan kesadaran dan pengetahuan gres bagi petani. Peran Penyuluh sebagai Motivasi dan fasilitasi dapat membantu dalam hal tersebut.
0 Response to "✔ Masalah Integrasi Perjuangan Kakao Dan Sapi Di Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota"
Posting Komentar