iklan

✔ Model-Model Penyuluhan

Model Penyuluhan Top Down

Pada awalnya, semua pembangunan pertanian dan pedesaan diatur oleh pemerintah pusat. Rembug desa hanyalah formalitas dan masyarakat desa kurang dilibatkan dalam proses awal perencanaa, pelaksanaa, monitoring dan evaluasi. Semua serba seragam tetapi tidak ada dinamika demokrasi yang menumbuhkan partisipasi, kemandirian dan rasa memiliki.

Kelemahan metode penyuluhan pertanian top down yang ada kini ini yaitu sebagai berikut :

1)     Penyuluh sering memandang dirinya sebagai pakar, bukan sebagai fasilitator yang memotivasi pengembangan teknologi spesifik lokalita. Hubungan petani – penyuluh mirip komunikasi antara guru dan siswa, padahal seharusnya hubungan mereka atas dasar kemitraan

2)     Penyuluh kurang menyadari bahwa kehadiran teknologi gres seharusnya sebagai komplemen dari sistem teknologi setempat yang sudah ada, tanpa harus menggusurnya.masuknya teknologi gres tidak berarti memarjinalkan teknologi tradisional lokal yang sudah ada, karnea belum tentu teknologi gres membawa banyak  manfaat untuk masa kini dan masa mendatang

3)     Penyuluh kebanyakan hanya mendapat pembinaan teknis pertanian tanpa dibekali pengetahuan administrasi perubahan psikologi social akhir penemuan teknologi baru

4)     Penyuluh kurang mendapat honor dan insentif yang memadai sehingga tugas dan kinerjanya dalam memebrdayakan masyarakat tani yang menjadi binaanya menjadi tidak optimal

Model Penyuluhan Bottom Up ( Penyuluhan Partisipatif )

Penyuluhan partisipatif merupakan pendekatan penyuluhan dari bawah ke atas (bottom up) untuk memperlihatkan kekuasaan kepada petani biar sanggup mandiri, yaitu kekuasaan dalam peran, keahlian, dan sumberdaya untuk mengkaji desanya sehingga tergali potensi yang terkandung, yang sanggup diaktualkan, termasuk permasalahan yang ditemukan (Suwandi, 2006).
Penyuluhan pertanian partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara interaktif, analisis-analisis dibentuk secara bersama yang risikonya membawa kepada suatu planning tindakan. Partisipasi disini memakai proses pembelajaran yang sistematis dan terstruktur melibatkan metode-metode multidisiplin, dalam hal ini kelompok ikut mengontrol keputusan lokal (BBPP Lembang). Berdasarkan atas UU SP3K pasal 26 ayat 3, dikatakan bahwa "Penyuluhan dilakukan dengan memakai pendekatan partisipatif melalui prosedur kerja dan metode yang diadaptasi dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan pelaku usaha".
Dengan pembinaan metode penyuluhan pertanian partisipatif, para penyuluh pertanian akan termotivasi untuk menggali keberadaan sumber isu pertanian setempat yang gampang diakses oleh yang memerlukan, baik penyuluh maupun petani. Pelatihan juga akan mendorong inisiatif positif para penyuluh pertanian dan petani, melalui pendekatan partisipatif untuk mendapat solusi permasalahan usahatani di lapangan (BBPP Lembang, 2009).

Tabel 1. Perbandingan model Top Down dan Bottom Up

Prakarsa Pemerintah
Prakarsa Lembaga Swadaya
Prakarsa Masyarakat
Model
Top Down
Bottom Up
Bottom Up
Orientasi
Program Oriented :
Mengutamakan hasil yang dicapai
Process Deterministic
Mengutamakan proses dalam melaksanakan kegiatan
Process Deterministic
Mengutamakan proses dalam melaksanakan kegiatan
Masyarakat
Objek
Subjek
Subjek
Hubungan kerja
Menggantungkan hidup terhadap dukungan pemerintah
Kekeluargaan, kegotongroyongan, dan kebhinekaan
Kekeluargaan, kegotongroyongan, dan kebhinekaan
Kelanjutan program
>Sesuai dengan pesanan donor atau planning kerja
>Masyarakat hanya dilibatkan sebagai pekerja tidak dilibatkan dalam pembuatan kebijakan
>Berkesinambungan,
>Kegiatan dilaksanakan secara terorganisir
>Dilaksanakan tahap demi tahap dimulai dari tahap permulaan hingga pada tahap acara tindak lanjut dan evaluasi
>Berkesinambungan,
>Kegiatan dilaksanakan secara terorganisir
> Dilaksanakan tahap demi tahap dimulai dari tahap permulaan hingga pada tahap acara
Partisipasi
*Partisipasi Kerja
*Penyuluhan
*Partisipasi Penuh
*Pendampingan secara penuh
*Partisipasi Penuh
 *Sanksi sosial
Pemecahan masalah
*Dilakukan melalui perihal yang beredar dan bersifat umum *Pemberian dukungan yang sifatnya tempor
*Pemecahan duduk kasus dilakukan secara bantu-membantu dengan masyarakat
*Pemenuhan kebutuhan dilakukan menurut potensi-potensi yang dimiliki masyarakat
*Pemecahan duduk kasus dilakukan secara bantu-membantu dengan masyarakat melalui pemuka agama dan tokoh masyarakat *Pemenuhan kebutuhan dilakukan hal yang penting dalam masyarakat
Anggapan terhadap masyarakat
>Tidak menjunjung tinggi aspirasi dan potensi masyarakat untuk melaksanakan acara swadaya.
>Pola pikir sangat lokalit, terbelakang, statis tradisional, sulit berubah, lambat mengadopsi inovasi, serta tidak berdaya untuk hidup mandiri.
>Menjunjung tinggi aspirasi dan potensi masyarakat untuk melaksanakan acara swadaya.
> Mengakui bahwa masyarakat mempunyai potensi untuk memenuhi kebutuhannya,memecahkan permasalahannya, serta bisa melaksanakan usaha-usaha produktif dengan prinsip swadaya dan kebersamaan.
>Masyarakat harus dilayanai dengan menujunjung tinggi kepentingan umum.
 >Potensi masyarakat akan muncul dengan sendirinya kalau ada insiden atau hal-hal yang penting terjadi.




Sumber http://indaharitonang-fakultaspertanianunpad.blogspot.com

0 Response to "✔ Model-Model Penyuluhan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel