iklan

✔ Studi Kasus Impact Point

Pemberdayaan masyarakat miskin dilahan kering Bali Utara melalui integrasi tanaman dan ternak sapi
Pengkajian pemberdayaan masyarakat miskin di lahan kering Bali utara melalui integrasi tanaman dan ternak sapi telah dilakukan BPTP Bali di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali mulai tahun 1998/1999 hingga ketika ini. Pengkajian terdiri dari beberapa tahapan litkaji yakni uji adaptasi, sistem usahatani (SUT) dan sistem perjuangan pertanian (SUP). Pengkajian bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan melalui pendekatan peningkatan produktivitas, peningkatan efisiensi, peningkatan nilai tambah, tugas kelembagaan serta pertanian berkelanjutan dengan mengoptimalkan sumberdaya lokal.
Hasil pengkajian memperlihatkan dengan penerapan teknologi introduksi produktivitas sanggup ditingkatkan, ditandai dengan meningkatnya produksi tanaman jagung dari 2,0-2,5 ton/ha menjadi 4,5-5,0 ton/ha, kacang tanah dari 650 kg/ha menjadi 900-1000 kg/ha dan intensitas tanam meningkat dari 1,1 menjadi 1,46. Selain itu pemanfaatan air embung menawarkan bantuan pendapatan yang cukup tinggi untuk dimanfaatkan pada animo kemarau dengan tanaman hortikultura. Pola integrasi tanaman dan ternak sapi dengan memanfaatkan hasil sampingan keduanya sanggup dimanfaatkan kembali dalam proses produksi sehingga menekan pemakaian input luar (efisiensi). Hasil farm record keeping yang dilakukan tahun 2003 memperlihatkan pendapatan nominal petani meningkat dari Rp 2.012.422 tahun 1999 menjadi Rp 7.396.578,- sedangkan petani efek meningkat menjadi Rp 4.600.000. Hal ini memperlihatkan introduksi contoh usahatani integrasi tanaman dan ternak sapi pada lahan kering dengan sentuhan teknologi intensif bisa meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani.
Pelaksanaan pengkajian yang dilakukan BPTP Bali di lahan kering Kecamatan Gerokgak,Kabupaten Buleleng berdampak terhadap :
1.                  Peningkatan jumlah embung/tandon air yang sanggup dilihat dari meningkatnya jumlah embung dikelompok Abdi Pertiwi dari 6 buah pada menjadi 28 buah dan di Tirta Nadi dari 6 buah menjadi 30 buah.
2.                  Produksi tanaman pangan menyerupai jagung meningkat dari 2,0-2,5 ton/ha menjadi 4,5-5,5 ton/ha, kacang tanah dari 650 kg/ha menjadi >900kg/ha. Pada MK air embung dimanfaatkan untuk tanaman sayuran menyerupai bawang merah, kacang panjang, semangka dan bawang putih.
3.                  Dengan semakin meningkatnya ketersediaan pakan ternak dan diperkenalkannya pembuatan awetan pakan ternak hingga tahun kelima pengkajian pemeliharaan ternak sapi meningkat dari 2-3 ekor/KK menjadi 4-5 ekor/KK.
4.                  Farm Record Keeping dilakukan diakhir tahun untuk mengetahui pendapatan petani baik dari on farm, off farm dan non farm. Sampai tahun kelima pendapatan petani per KK di Kelompok Tani Abdi Pertiwi meningkat dari Rp 2.012.422,- (tahun 1999), Rp 4.407.204 (tahun 2000), Rp 5.717.635,- (tahun 2001), Rp 6.014.290,- (tahun 2002) dan Rp 7.396.578,- (tahun 2003). Sedangkan di Kelompok Tani Tirta Nadi meningkat dari Rp 3. 300.000 (tahun 2000), Rp 4.479.097,- (tahun 2001), Rp 5.336.925,- (tahun 2002) dan Rp 5.493.025,- (tahun 2003).



Sumber http://indaharitonang-fakultaspertanianunpad.blogspot.com

Related Posts

0 Response to "✔ Studi Kasus Impact Point"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel