✔ Teori-Teori Penyuluhan
è Teori Difusi Inovasi
Difusi penemuan dikembangkan berdasarkan teori sebelumnya yang dikemukakan oleh sosiolog dan andal aturan Perancis, Gabriel Tarde, dalam bukunya The Laws of Imitation (1903). Everett M. Rogers dan Singhal (1996) mengemukakan bahwa difusi yaitu proses dimana suatu penemuan dikomunikasikan melalui susukan tertentu pada waktu tertentu diantara para anggota sistem sosial. Suatu penemuan yaitu gagasan, perbuatan, atau objek yang dipahami sebagai hal gres oleh unit penerimaan individual atau lainnya. Difusi penemuan yaitu teori wacana bagaimana sebuah inspirasi atau teknologi gres tersebar dalam sebuah kebudayaan. Teori ini menyatakan bahwa suatu penemuan (misalnya gagasan, teknik baru, teknologi baru, dll) memencar atau menyebar dalam pola yang sanggup diperkirakan. Beberapa orang akan segera mengadopsi atau mendapatkan suatu penemuan begitu mereka mengetahuinya, sementara orang lain membutuhkan waktu lebih usang untuk mencoba sesuatu yang baru, sedangkan kelompok lainnya lagi membutuhkan waktu yang lebih lama, begitu seterusnya.
Difusi penemuan yaitu proses sosial yang mengomunikasikan informasi wacana inspirasi gres yang dipandang secara subjektif. Makna penemuan dengan demikian perlahan-lahan dikembangkan melalui sebuah proses konstruksi sosial. Ada lima tahapan penting dalam difusi penemuan yang menjadi inti proses difusi, yaitu terdiri dari pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi atau penegasan.
Contoh penerapan teori difusi penemuan pada penyuluh pertanian. Para penyuluh pertanian mengadakan penyuluhan kepada petani biar memakai metode pertanian terbaru untuk meningkatkan hasil panennya. Dalam komunikasi inovasi, proses komunikasi antara (misalnya penyuluh dan petani) tidak hanya berhenti kalau penyuluh telah memberikan penemuan atau kalau target telah mendapatkan pesan wacana penemuan yang disampaikan penyuluh. Namun seringkali (seharusnya) komunikasi gres berhenti kalau target (petani) telah memberikan jawaban ibarat yang dikehendaki penyuluh yaitu berupa mendapatkan atau menolak penemuan tersebut.
Dalam proses difusi inovasi, komunikasi mempunyai peranan penting menuju perubahan sosial sesuai dengan yang dikehendaki. Rogers dan Floyed Shoemaker (1987) menegaskan bahwa “difusi merupakan tipe komunikasi khusus, yaitu mengkomunikasikan inovasi. Ini berarti kajian difusi merupakan pecahan kajian komunikasi yang berkaitan dengan gagasan-gagasan baru, sedangkan pengkajian komunikasi mencakup semua bentuk pesan”. Makara kalau yang dikomunikasikan bukan produk inovasi, maka kurang lazim disebut sebagai difusi. Teori difusi penemuan sangat penting dihubungkan dengan penelitian imbas komunikasi. Dalam hal ini penekannya yaitu imbas komunikasi yaitu kemampuan pesan media dan opinion leader untuk membuat pengetahuan, inspirasi dan penemuan gres dan membujuk target untuk mengadopsi penemuan tersebut.
è Teori Efek Komunikasi Massa
Teori imbas komunikasi masa terdiri dari beberapa teori sebagai berikut,
a. Model Lasswell
Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling populer yaitu Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutif banyak orang yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam susukan yang mana (in which channel), kepada siapa (to whom) dan imbas ibarat apa (what that effect) (Littlejhon, 1996).
b. Komunikasi dua tahap dan imbas antar pribadi
Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk mengenai imbas media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan imbas media massa. Namun hasil penelitian pertanda sebaliknya. Efek media massa ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat umum.
Teori dan penelitian-penelitian komunikasi dua tahap mempunyai asumsi-asumsi sebagai berikut:
1) Individu tidak terisolasi dari kehidupan sosial, tetapi merupakan anggota dari kelompok-kelompok sosial dalam berinteraksi dengan orang lain.
2) Respon dan rekasi terhadap pesan dari media tidak akan terjadi secara eksklusif dan segera, tetapi melalui perantaraan dan dipengaruhi oleh hubungan-hubungan sosial tersebut.
3) Ada dua proses yang langsung, yang pertama mengenai akseptor dan perhatian, yang kedua berkaitan dengan espon dalam bentuk persetujuan atau penolakan terhadap upaya menghipnotis atau memberikan informasi.
4) Individu tidak bersikap sama terhadap pesan/kampanye media, melainkan mempunyai banyak sekali tugas yang berbeda dalam proses komunikasi, dan khususnya sanggup dibagi atas mereka yang secara aktif mendapatkan dan meneruskan/enyebaran gagasan dari media, dan mereka yang sematamata hanya mengandalkan kekerabatan personil dengan orang lain sebagai penentunya.
5) Individu-individu yang berperan lebih aktif (pemuka pendapat) ditandai oleh penggunaan media massa yang lebih besar, tingkat pergaulan yang lebih tinggi, anggapan bahwa didinya kuat terhadap orang lain, dan mempunyai tugas sebagai sumber informasi dan panutan.
c. Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini menyampaikan bahwa pengguna media memainkan tugas aktif untuk menentukan dan memakai media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media yaitu pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam perjuangan memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.
Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 2007): (1) Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2) banyak sekali kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan (3) struktur masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan (4) banyak sekali percampuran personal individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi masalah tersebut, yang menghasilkan (6) banyak sekali motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang menghasikan (7) perbedaan pola konsumsi media dan (8) perbedaan pola sikap lainnya, yang mengakibatkan (9) perbedaan pola konsumsi, yang sanggup memengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra individu, sekaligus akan memengaruhi pula (11) struktur media dan banyak sekali struktur politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.
d. Uses and Effects
Pertama kali dikemukakan Sven Windahl (1979), merupakan sintesis antara pendekatan uses and gratifications dan teori tradisional mengenai efek. Konsep use (penggunaan) merupakan pecahan yang sangat penting atau pokok dari pemikiran ini. Karena pengetahuan mengenai penggunaan media akan memberikan jalan bagi pemahaman dan asumsi wacana hasil dari suatu proses komunikasi massa. Penggunaan media sanggup mempunyai banyak arti. Ini sanggup berarti exposure yang semata-mata menunjuk pada tindakan mempersepsi. Dalam konteks lain, pengertian tersebut sanggup menjadi suatu proses yang lebih kompleks, dimana isi terkait harapan-harapan tertentu untuk sanggup dipenuhi, fokus dari teori ini lebih kepada pengertian yang kedua.
e. Teori Agenda Setting
Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini yaitu bahwa kalau media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan menghipnotis khalayak untuk menganggapnya penting. Makara apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan mempunyai imbas yang sangat kuat, terutama lantaran asumsi ini berkaitan dengan proses berguru bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.
f. Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu imbas media massa. Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern, diamana media massa diangap sebagai sistem informasi yang mempunyai tugas penting dalam proses memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat,kelompok, dan individu dalam acara sosial. Secara ringkas kajian terhadap imbas tersebut sanggup dirumuskan sanggup dirumuskan sebagai berikut:
- Kognitif, membuat atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-setting, ekspansi sistem keyakinan masyarakat, penegasan/ klarifikasi nilai-nilai.
- Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.
- Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan informasi tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan taktik untuk suatu acara serta mengakibatkan sikap dermawan.
g. The Spiral of Silence
Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling menghipnotis antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu wacana pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam masyarakat.
h. Stimulus – Respons
Pada dasarnya merupakan prinsip berguru yang sederhana, dimana imbas merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian, seseorang sanggup menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience. Elemen-elemen utama teori ini berdasarkan McQuail (1996): Pesan (stimulus), Seorang akseptor atau receiver dan Efek (respons). Dalam masyarakat massa, prinsip S- R mengansumsikan bahwa pesan informasi dipersiapkan oleh media dan didistribusikan secara sistematis dalam sekala yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut sanggup diterima oleh sejulah besar individu, bukan ditujukan kepada orang per orang. Kemudian sejumlah besar individu itu akan merespons informasi itu.
i. Information Seeking
Donohew dan Tipton (1973), menjelaskan wacana pencarian, penginderaan, dan pemrosesan informasi, disebut mempunyai akar dari pemikiran psikologi sosial wacana sikap. Salah satu asumsi utamanya yaitu bahwa orang cenderung untuk menghindari informasi yang tidak sesuai dengan image of reality-nya lantaran informasi itu bisa saja membahayakan.
j. Information Gaps
Dalam membahas imbas jangka panjang komunikasi massa, penting dikemukkan pokok bahasan mengenai celah pengetahuan (information gaps). Latar belakang pemikiran ini terbentuk oleh arus informasi yang terus meningkat, yang sebagian besar dilakukan oleh media massa. Secara teoritis peningkatan ini akan menguntungkan setiap orang dalam masyrakat lantaran setiap individu mempunyai kemungkinan untuk mengetahui apa yang terjadi di dunia untuk memperluas wawasan.
k. Konstruksi sosial media massa
Gagasan awal dari teori ini yaitu untuk mengoreki teori konstruksi sosial atas realitas yang dibangun oleh Peter L Berrger dan Thomas Luckmann (1966, The social construction of reality. A Treatise in the sociology of knowledge. Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah risalah wacana sosisologi pengetahuan). Mereka menulis wacana konstruksi sosial atas realitas sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyrakat. Bangunan realitas yang tercipta lantaran proses sosial tersebut yaitu objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.
Hasil penelitian Rogers dan Beal (1960) berkaitan dengan susukan komunikasi pertanda beberapa prinsip sebagai berikut:
1) saluran komunikasi massa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan susukan antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi;
2) saluran kosmopolit lebih penting pada tahap pengetahuan dan susukan lokal relatif lebih penting pada tahap persuasi.
3) saluran media masa relatif lebih penting dibandingkan dengan susukan antar pribadi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter final (late adopter); dan
4) saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan dengan susukan lokal bagi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter final (late adopter).
è Teori sosiologi.
è Teori sosiologi.
Beberapa teori sosiologi yang sanggup dipakai dalam penyuluhan antara lain:
- Teori fungsional. Suatu masyarakat insan akan sejahtera, hidup serasi dan nyaman kalau fungsi masing-masing anggota masyarakat bersangkutan tidak lepas dari status, posisi dan peranannya yang telah disepakati bersama dan tidak menyimpang dari tatanan sikap atau pranata sosial (social order) yang manusiawi dan bermartabat, sehingga tanda-tanda konflik atau insiden konflik sosial tidak terjadi.
- Teori konflik mengacu pada adanya kontradiksi dalam diri individu yang disebabkan oleh adanya kesenjangan antara kebutuhan dan kenyataan, kesenjangan antara keinginan dan kenyataan, kesenjangan distribusi kekuasaan, kesenjangan dalam hal berkeadilan dan kesenjangan dalam hal keterpercayaan sosial (social trust). Konflik bisa terjadi dalam diri individu maupun antar individu. Terkadang konflik dibutuhkan individu untuk mengetahui kualitas diri (sendiri atau orang lain). Konflik mengakibatkan ketidaknyamanan hidup seseorang sebagai akhir dari ketidakmampuannya untuk berinteraksi, biasanya konflik mendorong individu untuk melaksanakan semacam pelampiasan (kompensasi) atas segala sesuatu yang dianggap salah pada dirinya yang terrefleksi pada sikap yang tidak normal (menyimpang)
- Teori interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan kekerabatan antar individu berdasarkan nilai-nilai umum atau sikap yang dianut bersama.
- Teori Perubahan Sosial. Perubahan sosial mengacu pada kondisi masyarakat yang mulai meninggalkan nilai usang secara sedikit demi sedikit dan mulai menganut/mengadopsi nilai baru. Sebagai contoh, dahulu kekerabatan diluar nikah merupakan hal yang tabu tapi pada ketika ini di beberapa kota besar asal suka sama suka hal tersebut dianggap biasa.
- Teori sistem nilai, sistem sosial. Masyarakat sebagai suatu sistem sosial, dimana setiap unit sosial yang sifatnya berkelanjutan, mempunyai identitas tersendiri dan bisa dibedakan dengan unit sosial lainnya bisa dipandang sebagai sebuah sistem sosial. Artinya bahwa ada susunan skematis yang menjadi pecahan dari unit tersebut yang mempunyai kekerabatan ketergantungan antar bagian. Masyarakat mempunyai batas yang berafiliasi dengan lingkungan (secara fisik, teknis, dan sosial), yang mempunyai proses eksternal dan internal. Loomis dalam Boyle (1981) menyatakan bahwa suatu sistem sosial merupakan komposisi pola interaksi anggotanya. Boyle (1981) mendefinisikan beberapa unsur dalam sistem sosial yaitu tujuan, norma, status peran, kekuatan, jenjang sosial, sangsi, fasilitas, dan tempat kekuasaan. Selain itu, terdapat proses yang terjadi dalam sistem tersebut yaitu komunikasi, pembuatan keputusan, pemeliharan batasan, keterkaitan sistem. Sistem nilai mengacu pada bagaimana anggota masyarakat menyesuaikan dirinya untuk bertingkah laris berdasarkan acuan.
- Teori sikap kolektif. Perilaku kolektif (collective behavior) merupakan cara pandang, bersikap dan bertindak yang dianut dan diterapkan dalam masyarakat. Perilaku kolektif terjadi pada ketika kebutuhan mereka tidak terpenuhi dan/atau harga diri mereka direndahkan oleh individu di luar sistem sosialnya. Bentuk sikap kolektif bermacam macam mulai paling sopan, toleran dan sabar hingga pada paling keras, beringas dan anarkis. Perilaku kolektif umumnya ditunjukkan oleh masyarakat yang relatif homogen dan tertutup.
Teori tersebut diatas sanggup dipakai dalam perjuangan mengatasi dan mengantisipasi masalah sosial yang terjadi. Berikut ini yaitu beberapa contoh penanganan masalah sosial dengan memakai teori sosiologi.
Salah satu tujuan utama kegiatan penyuluhan pembangunan dalam banyak sekali bidang (pembangunan) yaitu biar target penyuluhan selaku subyek bisa membuatkan kesadarannya untuk mengubah perilakunya sedemikian rupa, sehingga mereka sanggup menempatkan perubahan (yang positif) sebagai pecahan dari kebutuhannya untuk hidup lebih sejahtera dan berkualitas.
Bila penyuluhan tidak berhasil maka akan mengakibatkan banyak sekali dampak yang tidak diinginkan, untuk itu perlu diidentifikasi kemungkinan penyebab dan akar masalahnya untuk sanggup melaksanakan pencegahan bagi masalah yang mungkin terjadi.
è Teori Rogers (Aktualisasi Diri)
Aplikasi Penyuluhan dalam Perspektif Humanistik
Carl Rogers yaitu seorang pendidik humanistik, menyatakan bahwa banyak aspek Pendidikan dan penyuluhan yang belum menerapkan prinsip-prinsip humanis. Ide pokok dari teori - teori Rogers yaitu individu mempunyai kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah-masalah psikisnya asalkan konselor membuat kondisi yang sanggup mempermudah perkembangan individu untuk mengaktualisasikan dirinya. Menurut Rogers motivasi orang yang sehat yaitu aktualisasi diri. Aktualisasi diri yaitu proses menjadi diri sendiri dan membuatkan sifat-sifat dan potensi-potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh berguru khususnya dalam masa lalu. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia cukup umur seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Dalam memotivasi proses penyuluhan yang lebih humanis, Rogers memperlihatkan beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan oleh seorang penyuluh, yaitu:
- Manusia mempunyai potensi alami untuk berguru dan membuatkan dirinya
- Materi penyuluhan harus sesuai dengan tujuan penyuluhan
- Belajar berdikari tanpa tekanan
- Teori harus diikuti dengan praktek
- Peserta penyuluhan harus berpartisipasi aktif
- Kebebasan dan kreatifitas, serta
- Belajar sambil berubah
Prinsip-prinsip penyuluhan humanis tersebut berdasarkan Roggers dimaksudkan biar para Penyuluh memberi motivasi pada dasar-dasar intrinsic, dan kurikulum dibutuhkan kalau semua instrumen/unsur-unsur penyuluhan sudah sanggup memenuhi kebutuhan dasar peserta penyuluhan. Prinsip penyuluhan humanis tersebut diharapkan biar Penyuluh sanggup membantu prestasi peserta penyuluhan berdasarkan kepercayaan mereka wacana apa yang penting dalam pengajaran dan bagaimana memotivasi mereka. Strateginya adalah, di ruang pertemuan tugas Penyuluh terutama harus focus untuk membantu peserta penyuluhan berguru wacana bagaimana setiap individu peserta penyuluhan sanggup mengenal dirinya sendiri, dan kemudian mengenal orang lain.
0 Response to "✔ Teori-Teori Penyuluhan"
Posting Komentar