iklan

Instrumentasi Bk Non Tes

INSTRUMENTASI BK NON-TES
A. JENIS-JENIS INSTRUMENTASI BK NON-TES
Untuk melengkapi data hasil tes akan lebih akurat balasannya bila dipadukan dengan data-data yang dihasilkan dengan memakai teknik yang berbeda, sanggup disajikan alat pengumpul data dalam bentuk non-tes.
1. Observasi
Observasi diartikan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejalayang tampak pada objek penelitian. Berikut ini alat dan cara melakukan observasi :
A.    Catatan anekdot (Anekdotal Record)
Alat untuk mencatat gejala-gejala khusus atau luar biasa berdasarkan hukum kejadian, terhadap bagaimana kejadiannya, bukan pendapat pencatat wacana insiden tersebut.
B.     Catatan Berkala (Insidental Record)
Dilakukan berurutanmenurut waktu munculnya suatu tanda-tanda tetapi tadak dilakukan terus menerus, melainkan pada waktu tertentu dan tebatas pula pada waktu yang telah ditetapkan untuk tiap-tiap kali pengamatan.
C.     Daftar Check (Check List)
Penataan data dilakukan dengan memakai sebuah daftar yang memuat nama observer dan jenis tanda-tanda yang diamati.
D.    Skala Penilaian (Rating Scale)
Pencatatan data dengan alat ini dilakukan ibarat check list. Perbedaannya terletak pada kategorisasi tanda-tanda yang dicatat. Dalam rating scale tidak  hanya terdapat nama objek yang diobservasi dan tanda-tanda yang akan diselidki akan tetapi tercantum kolom – kolom yang memperlihatkan tingkatan atau jenjang setiap tanda-tanda terasebut.
E.     Peralatan Mekanis (Mechanical Device)
pencatatan dengan alat ini tidak dilakukan pada ketika opservasi berlangsung, lantaran sebagian atau seluruh insiden direkam dengan alat sesuai dengan keperluan
2. Angket Tertulis
Alat ini memuat sejumlah item atau pertanyaan yang harus di jawab oleh siswa scara tertulis juga. Dengan
mengisi angket ini siswa memperlihatkan keterangan wacana sebuah hal yang relevan bagi keperluan bimbingan, ibarat keterangan wacana keluarga, kesehatan jasmani, riwayat pendidikan, pengalaman berguru sekolah, dan di rumah, pergaulan social, planning pendidikan lanjutan, kegiatan di luar sekolah, hobi, dan mungkin kesukaan yang mungkin dihadapi.
3. Wawancara Informasi
Wawancara informasi merupakan  salah satu metode pengumpulan data untuk memperoleh data  dan informasi dari siswa secara lisan. Proses wawancara dilakukan dengan cara tatap muka secara eksklusif dengan siswa. Salama proses wawancara petugas bimbingan mengajukan pertanyaan, meminta klarifikasi dan jawaban dari pertanyaan yang akan diberikan dan membuat catatan mengenai hal – hal yang di ungkapkan kepadanya.
4. Otobiografi
Otobiografi merupakan karangan yang dibuat siswa mengenai riwayat hidupnya hingga pada ketika sekarang. Riwayat hidup ini sanggup meliputi keseluruhan hidupnya dimasa lampau atau beberapa aspek kehidupannya saja.
5. Sosiometri
Sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data wacana jaringan  sosial dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil antara 10-50 orang, data diambil berdasarkan prefensi pribadi antara anggota kelompok.

B. KEGUNAAN HASIL INSTRUMENTASI NON-TES
            Secara umum kegunaan hasil pengungkapan melalui intsrumen non-tes ialah sanggup membantu konselor dalam:
1.    Memperkokoh dasar – dasar pertimbangan berkenaan dengan banyak sekali masalah pada individu ibarat masalah penyesuaiyan dengan lingkungan, masalah prestasi hasil belajar, masalah penempatan dan penyaluran.
2.    Memahami lantaran – lantaran terjadinya masalah dari individu
3.    Mengenali individu yang mempunyai kemampuan yang sangat tinggi dan sangat rendah yang memerlukan bantuam khusus.
4.    Memperoleh citra wacana kecakapan. Kemampuan atau keterampilan seseorang individu dalam bidang tertentu.
Sedangkan kegunaan hasil intsrumentasi non-tes bagi siswa antara lain:
1.    Membantu Siswa memperoleh pemahaman diri dan pengarahan diri dalam proses mempersiapkan diri untuk bekerja dan berkhasiat dalam masyarakat.
2.    Siswa sanggup menilai dan memahami dirinya terutama mengenai potenti dasar, minat, sikap, kecakapan dan cita – citanya.
3.    Siswa akan sadar dan memahami nilai – nilai yang ada dalam masyarakat
4.    Siswa sanggup menemukan kendala – kendala yang sifatnya dari dirinya dan sanggup mengatasi kendala – kendala itu.
5.    Membantu siswa dalam melakukan masa depannya, hingga ia sanggup menemukan karier yang cocok dalam kehidupannya.

C. PENGGUNAAN HASIL INSTRUMENTASI NON-TES
1. Konselor Sekolah
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan setting yang subur bagi konselor, lantaran di jenjang itulah konselor sanggup berperan secara maksimal dalam mempasilitasi konseling mengaktualisasikan petensi yang dimilikinya secara optimal. Konselor berperan untuk membantu penerima didik dalam menumbuhkan potensinya. Potensi yang di miliki oleh penerima didik berkembang dengan optimal yang didasari atas kemandirian, semoga penerima didik tidak salah dalam menata dan menentukan bahkan membantu dalam merancang masa depan, demi menentukan menetapkan karier yang akan di masuki. Seperti kemampuan mengambil keputusan penting dalam kehidupannya, yang berafiliasi dengan pendidikan atau pun persiapan kariernya. Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling, konselor bekerja sama dengan banyak sekali pihak yang disebut (kolaborasi) yang terkait, diantaranya kepala sekolah, guru –guru dan bahkan orang renta (wali murid). Pelayanan bimbingan dan konseling lebih difokuskan kepada upaya membantu dan memfokuskan kepada upaya mengokohkan pilihan dan pengembangan karier sejalan dengan bidang yang dipilihnya.
Konselor ialah Tenaga pendidik yang berkualifikasi strata satu (S-1) dan menuntaskan kegiatan studi profesi (PPK), konselor sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan andal atau tenaga profesional yang bertugas:
a)    Melaksanakan pelayanan konseling
b)   Merancanakan kegiatan bimbingan dan konseling untuk satu waktu tertentu. Program itu sanggup dikemas kedalam kegiatan harian, mingguan, bulanan,semester bahkan tahunan.
c)    Melaksanakan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling
d)   Menilai proses dan hasil pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
e)    Menganalisis hasil pelayanan bimbingan dan konseling
f)    Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaiyan pelayanan bimbingan dan konseling
g)      Mengadministrasikan kegiatan kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan
h)      Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kiprah dalam bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada koordinator  bimbingan dan konseling serta kepsek
i)        Mempersiapkan diri, mendapatkan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan kepengawasan terkait dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling
j)        Berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas serta pihak terkait dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.
2. Guru Mata Pelajaran
Sebagai pemberi mata pelajaran atau pratikum, guru dalam pelayanan bimbingan dan konseling ikut serta dalam membantu pengumpulan data wacana penerima didik.
a.       Membantu konselor mengidentifikasikan penerima didik, penerima didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling, serta membantu pengumpulan data wacana penerima didik.
b.      Mereferal penerima didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada konselor.
c.       Menerima penerima didik alih tangan dari konselor, yaitu penerima didik yang berdasarkan konselor memerlukan pelayanan pengajaran atau latihan khusus (pengajaran, perbaikan, dan kegiatan pengayaan).
d.      Memberikan kesempatan dan memudahkan kepada penerima didik yang memerlukan.
e.       Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah – masalah penerima didik ibarat konferensi kasus.
f.       Membantu dalam pengumpulan informasi yang diharapkan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjut.
3. Wali Kelas
Sebagai Pembina kelas dalam pelayanan bimbingan dan konseling wali kelas berperan:
a.       Melaksanakan kiprahnya sebagai penasehat kepada penerima didik khusunya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya.
b.      Membantu memperlihatkan kesempatan dan kemudahan bagi penerima didik, khusunya dikelas yang mejadi tanggung jawabnya untuk mengikuti atau menjalani pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling.
c.       Berpartisipasi aktif dan konferensi kasus.
d.      Mereferal penerima didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada konselor.
4. Kepala Sekolah
Kepala sekolah ialah penanggung jawab menyeluruh kegiatan sekolah termasuk kegiatan bimbingan dan konseling:
a.       Memahami dan peduli terhadap bimbingan dan konseling
b.      Mengintekrasikan kegiatan bimbingan dan konseling dengan kegiatan sekolah
c.       Memfasilitasi pengembangan kegiatan bimbingan dan konseling
d.      Melaksanakan penilaian bimbingan dan konseling
e.       Melaksanakan pelatihan bimbingan dan konseling
f.       Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling
g.      Responsif terhadap upaya penemuan bimbingan dan konseling di sekolah
5. Siswa
Siswa sebagai penerima didik dan sekaligus klien yang harus mengikuti segala kegiatan yang di berikan konselor yang berfungsi:
a.       Memberikan informasi / data yang menjadi duduk kasus yang sedang di hadapi.
b.      Melaksanakan semua kegiatan atau seluruh kegiatan yang telah dipersiapkan oleh konselor.
c.       Berperan aktif dalam menjalani seluruh kegiatan yang telah diberikan demi kelangsungan kegiatan layanan bimbingan dan konseling.
d.      Mempersiapkan diri untuk menjalankan apa – apa yang telah di peroleh (mengklasifikasikan hasil yang di peroleh) demi kemandiriannya.
6. Orang Tua
Orang renta sangat berperan penting dalam memotivasi anaknya dan orang renta bertugas:
a.       Memberikan support atau dorongan kepada anaknya dalam hal apapun demi membuatkan minat dan bakatnya.
b.      Membantu dalam mengevaluasi anaknya dalam melakukan kegiatan atau kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling yang di peroleh
Pihak yang terkait (staf administrasi) dalam memperlancar pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling dan bertugas:
a.       Membantu menyediakan format – format diharapkan dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling
b.      Membantu konselor dalam memelihara data dan sarana dan akomodasi bimbingan dan konseling yang ada.





BAB II
SOSIOMETRI
A. Pengertian Sosiometri
Ø  Secara Umum
Sosiometri ialah suatu teknik untuk mengumpulkan data wacana korelasi sosial seorang individu dengan individu lain, struktur korelasi dan arah korelasi sosial individu tersebut dalam suatu kelompok.

Ø  Menurut Para Ahli
1.   I.djumhur dan muh. Surya, 1985
Sosiometri ialah alat yang sempurna untuk mengumpulkan data mengenai korelasi – korelasi social dan tingkah laris social murid.
2.   Bimo walgito,1987
Sosiometri ialah alat untuk sanggup melihat bagaimana korelasi sosial atau korelasi berteman seseorang.
3.   Ws. Winkel, 1985
Sosiometri ialah suatu metode untuk memperoleh data wacana korelasi sosial dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil hingga sedang ( 10 – 50 orang ), berdasarkan preferensi pribadi antara anggota – anggota kelompok.
4.   Dewa ktut sukardi, 1983
Sosiometri ialah suatu alat yang dipergunakan mengukur korelasi sosial siswa dalam kelompok.
5.         Depdikbud, 1975
Sosiometri ialah untuk meneliti struktur sosial dari suatu kelompok individu dengan dasar penelaahan terhadap korelasi social dan status social dari masing – masing anggota kelompok yang bersangkutan.


B. TUJUAN DAN KEGUNAANNYA DALAM PELAYANAN KONSELING.
Ø Tujuan
1.    meningkatkan jaringan korelasi sosial seorang individu dengan individu lainnya, meningkatkan korelasi social kelompok, memperbaiki korelasi insane.
2.    Menentukan kelompok kerja.
3.    Meneliti kemampuan memimpin seseorang individu dalam kelompok social tertentu.
4.    Mengetahui bagaimana korelasi social berteman seorang individu
5.    Mencoba mengenali problem penyesuaian diri seorang individu.
6.    Menemukan mana individu yang ditolak atau diterima dalam lingkungan social tertentu.
Ø Kegunaannya Dalam Pelayanan Konseling
Dalam pelayanan konseling sosiometri sanggup digunakan oleh seorang konselor untuk :
1.   Menemukan murid atau klien mana yang mempunyai masalah penyesuaian diri dalam kelas/ kelompoknya.
2.   Membantu meningkatkan partisipasi social di antara murid – murid dalam lingkungan sosialnya.
3.   Membantu meningkatkan pemahaman dan pengertian murid terhadap masalah pergaulan yang sedang di alami oleh individu tertentu.
4.   Merencanakan kegiatan konstruktif untuk membuat iklim social yang lebih baik dan sekaligus membantu masalah penyesuaian di kelas tertentu.
C. CARA PELAKSANAANNYA
Pelaksanaan sosiometri ini sanggup dilakukan dengan:
1.   Tahap persiapan
Menentukan kelompok siswa yang akan di selidiki. Dan memperlihatkan informasi atau keterangan wacana tujuan penyelenggaraan.
2.   Tahap pelaksanaan
Membagikan dan mengisi angket sosiometri. Mengumpulkan kembali dan mengusut apakah angket sudah diisi dengan benar.
3.   Tahap pengolahan
Memeriksa hasil angket mengolah data sosiometri dengan cara menganalisa indeks, menyusun tabel tabulasi, membuat sosigram.
D. PENYUSUNAN PROGRAM PELAYANAN KONSELING BERDASARKAN HASIL SOSIOMETRI.
Berdasarkan penafsiran atau hasil sosiogram yang ada maka seorang konselor sanggup menentukan layanan konseling apa yang semestinya ia lakukan.

Layanan tersebut sanggup berupa:
1.   Layanan Bimbingan Kelompok
2.   Layanan Konseling Kelompok
3.   Layanan Konseling Perorangan
4.   Layanan Penempatan Dan Penyaluran




BAB III
INSTRUMENTASI AUM UMUM
A.  Latar Belakang
1.        Mpcl dikembangkan oleh Ross L. Mooney.
Selama kurang lebih tiga puluh tahun terakhir ini, instrument yang digunakan untuk mengungkapkan masalah, khususnya dalam kaitannya dengan pelayanan bimbingan dan konseling. Di Indonesia pada umumnya ialah terjemahan atau pembiasaan dari Mooney Problem Cheek List (MPCL revisi 1950).
2.        Dikembangkan lagi menjadi dpm
Ada 3 bentuk (format) MPCL, yaitu bentuk SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Dengan
330 buah item masing – masing, MPCL berdasarkan masalah – masalah yang dikelompokkan ke dalam 11 bidang, yaitu :
1.      Perkembangan jasmani dan kesehatan
2.      Keuangan, lingkungan dan pekerjaan
3.      Kegiatan social dan rekreasi
4.      Seks, pacaran dan perkawinan
5.      Hubungan social – kejiwaan
6.      Hubungan pribadi – kejiwaan
7.      Moral dan agama
8.      Rumah dan keluarga
9.      Masa depan, pekerjaan dan pendidikan
10.  Penyesuaian terhadap kiprah – kiprah sekolah
11.  Kurikulum dan pengajaran
3.        Dikembangkan lagi menjadi AUM Umum
Dengan memahami format dan kandungan MPCL dan pengalaman pemakaian / adaptasinya selama ini, serta didorong keinginan untuk menyusun sendiri instrument sejenis MPCL yang lebih sesuai dengan kondisi tanah air, maka disusun Alat Ungkap Masalah ( AUM ) dengan cita-cita untuk sanggup digunakan dalam pelayanan bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia.

B.   Pengertian dan Tujuan
v Pengertian AUM Umum
AUM Umum ialah alat untuk mengungkapkan masalah – masalah umum.
Instrument ini cukup sederhana dan gampang untuk mengkomunikasikan banyak sekali masalah yang dialami (calon) klien kepada personil yang akan membantunya, ibarat dosen pembimbing ataupun konselor.
                        AUM terbagi 2, yaitu :
a)      AUM untuk mengungkapkan masalah – masalah umum, yaitu AUM Umum
b)      AUM untuk mengungkapkan masalah – masalah khusus, yaitu yang berkaitan dengan upaya dan penyelenggaraan kegiatan berguru dan mengajar, yaitu AUM Belajar (PTSDL).
Alat yang dikenal dengan AUM ini dibuat dalam :
a)    Format 1 untuk mahasiswa
b)   Format 2 untuk siswa SLTA
c)    Format 3 untuk siswa SLTP
d)   Format 4 untuk siswa SD
e)    Format 5 untuk anggota masyarakat
v Tujuan AUM Umum
a)    Untuk mengungkapkan masalah seseorang secara umum
b)   Untuk mendapatkan citra mengenai masalah pribadi dan masalah berat yang dialami siswa
c)    Untuk mengetahui masalah kelompok di kalangan siswa sesuai dengan bidang masalah




BAB IV
PEMBAHASAN
A.  PENGADMINISTRASIAN
AUM U-2 sanggup di administrasikan kepada siswa, baik secara perorangan, kelompok, ataupun klasikal. Beberapa hal pokok yang perlu menerima pementingan dalam pelaksanaan pengadministrasian ialah :
1.      Petunjuk pengerjaan.
Petunjuk pengerjaan ini di bacakan sepenuhnya oleh penyelenggaraan manajemen aum. Agar siswa memperoleh pemahaman yang lengkap, serta kegunaannya dalam rangka pelayanan bimbingan konseling maka petunjuk ini sanggup di perluas pengisiannya dengan disertai banyak sekali proposal dan referensi – contoh.

2.         Lembaran jawaban terpisah.
Pada pengisian jawaban, siswa atau pengisi aum akan diberikan lembaran jawaban terpisah. Pada ketika pengisian lembaran jawaban, buku aum yang diberikan dihentikan dirusak ataupun hanya sekedar menandai dengan alat tulis apapun.lembaran serta buku aum akan dikumpulkan kembali kepada penyelenggara aum dengan utuh.
3.         Waktu untuk penyelenggaraan.
Aum bukanlah alat ukur. Oleh lantaran itu waktu yang disediakan untuk mengerjakannya tidaklah ketat. Untuk memperlihatkan klarifikasi wacana aum hal – hal yang terkait dengannya (seperti kegunaannya dalam pelayanan bimbingan konseling) mungkin akan diharapkan waktu yang cukup lama. Apabila kalau di sertai pemberian referensi dan Tanya jawab.
Hal – hal yang perlu di perhatikan dalam pengisian aum adalah, siswa diminta untuk :
Ø Bekerja untuk seteliti mungkin :
a)    Semua item dibaca dan di pertimbangkan keadaannya pada diri sendiri.
b)   Semua jawaban pada lembaran aum dijawab dengan sungguh – sungguh hendaknya.
Ø Bekerja cepat dan tidak membuang – buang waktu.
4.      Pengumpulan lembar jawaban.

Satu hal yang amat penting ialah semua lembaran jawaban harus dijaga kerahasiaannya. Lembaran jawaban dari siswa tersebut hanya guru pembimbinglah yang bisa mengakses lembaran jawaban tersebut.

Jika ada lembaran jawaban yang lama, atau siswa tersebut tidak lagi berada dalam sekolah tersebut, harus dimusnahkan, lantaran tidak akan digunakan lagi dalam pengaksesan data siswa tersebut.

5.      Frekwensi pengadministrasian.

Aum di administrasikan pada setiap awal pergantian semester, dan pada setiap tingkatan kelas sebaiknya siswa diberikan pelayanan untuk pengisian aum. Akan sangat ideal jikalau permasalahan siswa sanggup terungkapkan setiap pergantian semester dan secara eksklusif tanpa adanya penundaan waktu sebagaimana yang diharapkan. Penyelenggaraan layanan ibarat ini paling tidaknya harus di selenggarakan dalam tempo satu tahun  sekali.




 BAB V
INSTRUMENTASI AUM PTSDL
A.  Deskripsi Umum AUM PTSDL
1.    SSHA dan PSKB
Lebih kurang tiga puluh tahun terakhir, instrument yang di pakai untuk mengungkapkan masalah belajar, khususnya dalam kaitannya dengan pelayanan bimbingan dan konseling,di indonesa umumya ialah terjemahan dari survey of study habits and attitudes (SSHA) yang dikembangkan oleh W.F brown dan W.H holtzman . ada tiga bentuk format (SSHA) yaitu bentuk SLTP,SLTA,dan perguruan tinggi tinggi. Dengan 75 item masing-masing, SSHA(versi 1993) berdasarkan masalah berguru di kelompokkan ketiga bidang ,yaitu:
a.       metode belajar
b.      motipasi belajar
c.       sikap-sikap tertentu terhadap kegiatan sekolah atau kampus.
Pada tahun 1965 SSHA versi 1953 divalidasikan di bandung (oleh prayitno) guna kepentingan pengungkapan masalah berguru siswa atau mahasiswa. Pada tahun 1982 alat ini dikembangkan lagi di padang (oleh mahjohan) dengan memvalidasikan SSHA versi gres (versi 1965). Alat terakhir merupakan SSHA versi gres itu 100 buah item wacana perilaku dan kebiasaan yang memuat 4 bidang masalah belaja, yakni :
a.         penyelesaian terhadap kiprah – tugas
b.        cara belajar
c.         sikap terhadap guru
d.        persepsi terhadap pendidikan pada umumnya
alat dengan bentuk yang terakhir itu lebih dikenal dengan nama pengungkapan perilaku dan kebiasaan belajar (PSKB)
2.    PTSDL
Tugas siswa atau mahasiswa adalah belajar. Belajar dalam arti yang sempit merupakan kegiatan untuk menguasai materi pelajaran dengan banyak sekali tuntutannya.
Sedangkan berguru dalam arti yang luas merupakan upaya pengembangan diri dalam segenap bidang kehidupan.

Hasil berguru siswa yang ideal ialah apabila mereka bisa menguasai sepenuhnya segenap materi pelajaran dengan banyak sekali tuntutan yang meliputi unsur – unsur kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Hasil itu digantungkan pada dua hal yaitu proses berguru mengajar (PBM) yang terjadi dalam kelas di bawah pengelolaan pengajar selama pelajaran terntentu, dan kegiatan berguru siswa itu sendiri selama mengikuti kegiatan PBM dan di luar PBM.

Kegiatan berguru siswa dalam mengikuti PBM dan berguru di luar kelas itu bergantung pada lima hal :
a)      Persyaratan penguasaan materi pelajaran    (disingkat P)
b)      Keterampilan belajar                                   (disingkat T)
c)      Sarana belajar                                              (disingkat S)
d)     Keadaan diri pribadi                                   (disingkat D)
e)      Lingkungan berguru sosio – emosional        (disingkat L)
Keadaan PTSDL siswa akan menentukan mutu kegiatan berguru yang selanjutnya akan menentukan hasil berguru mereka. Dalam kaitan itu, keadaan PTSDL siswa/ mahasiswa perlu di ungkapkan dalam rangka peningkatannya demi pencapaian hasil berguru yang optimal bagi siswa/ mahasiswa yang bersangkutan.
3.    AUM PTSDL
Dengan memperhatikan format dan kandungan isi SSHA dan PSKB serta pengalaman pemakaian terjemahan/adaptasinya selama ini, serta didorong oleh keinginan untuk menyusun sendiri instrument sejenis SSHA atau PSKB yang lebih sesuai dengan kondisi tanah air, maka disusunlah alat ungkap masalah berguru gres dengan disertai cita-cita untuk sanggup dipergunakan dalam pelayanan bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia. Alat gres ini disebut alat ungkap masalah PTSDL (disingkat AUM PTSDL).
Sedangkan berguru dalam arti yang luas merupakan upaya pengembangan diri dalam segenap bidang kehidupan.
B.  Pengertian dan Tujuan
v Pengertian AUM PTSDL
AUM PTSDL ialah alat untuk mengungkapkan masalah – masalah yang berkenaan dengan upaya dan penyelenggaraan kegiatan berguru mengajar.

Alat ungkap masalah merupakan instrument yang cukup sederhana dan gampang untuk mengkomunikasikan banyak sekali masalah yang di alami siswa (calon klien) kepada personil yang akan membantunya (seperti dosen, guru pembimbingnya, maupun konselor).
AUM terbagi 2, Yaitu :
a.    AUM untuk mengungkap masalah – masalah umum, yaitu AUM UMUM
b.    AUM untuk mengungkap masalah – masalah khusus yang berkaitan dengan upaya dan penyelenggaraan kegiatan berguru mengajar, yaitu AUM Belajar (PTSDL)
Alat yang dikenal AUM ini bentuk dalam :
§  Format 1 untuk mahasiswa
§  Format 2 untuk SLTA
§  Format 3 untuk SLTP
§  Format 4 untuk SD
Ø Tujuan AUM PTSDL
§  Mengungkap masalah siswa dalam belajar
§  Untuk mendapatkan citra mengenai masalah belajar

C.  Pengelompokan Masalah
1.    Komposisi
Dengan memperhatikan ruang lingkup dan kondisi kehidupan mahasiswa pada umumnya, maka AUM seri PTSDL format 1 meliputi sejumlah item yang memuat banyak sekali masalah yang mungkin dialami oleh mahasiswa
2.    Kesahihan
Kesahihan AUM PTSDL-1 diperiksa dengan dua cara, yaitu dengan cara mencocokkan jenis – jenis masalah yang dikemukakan oleh mahasiswa tanpa mempergunakan AUM PTSDL-1 (yaitu menuliskan masalah – masalah itu pada secarik kertas kosong) dengan masalah – masalah mahasiswa yang sama dinyatakan melalui AUM PTSDL-1. Prosedur menuliskan jenis – jenis  masalah pada kertas kosong dilakukan sebelum mahasiswa yang bersangkutan mengisi AUM PTSDL-1.
3.    Keterandalan
Keterandalan AUM PTSDL-1 diperiksa melalui mekanisme “test – retest”. Dalam mekanisme ini, jarak pengadministrasian AUM PTSDL-1 yang pertama dan yang kedua ialah antara 2-3 hari. Skor dan jenis – jenis masalah hasil pengadministrasian yang pertama dan kedua untuk mahasiswa yang sama di kolerasi.
4.    Keefektifan
Keefektifan AUM PTSDL-1 dilihat dengan membandingkan jumlah masalah yang dikemukakan mahasiswa melalui cara non-AUM (yaitu dengan menuliskan masalah – masalah yang dialami pada selembar kertas kosong ) dengan masalah – masalah yang terungkap melalui AUM PTSDL-1.
5.    Variasi Masalah
Seluruh item yang tercantum di dalam buku AUM PTSDL-1 pernah dipilih oleh mahasiswa sebagai masalah atau keluhan yang mengganggu dirinya. Masalah – masalah mahasiswa yang terungkapkan melalui AUM PTSDL-1 sangat bervariasi. Masalah – masalah ada yang dialami oleh sejumlah besar mahasiswa, adapula yang dialami oleh hanya sejumlah kecil mahasiswa saja.







BAB VI
PENGGUNAAN HASIL
A.  Umum
Penggunaan data AUM PTSDL-1 baik data individu maupun kelompok sanggup diselenggarakan dalam rangku pelayanan bimbingan dan konseling untuk banyak sekali jenis layanan dalam pendekatan atau format yang berbeda.

B.  Jenis dan Format Layanan
1.    Layanan orientasi dan informasi
a.    Layanan Umum
Data kelompok (yang menyangkut siswa satu kelas) di gunakan untuk memberi informasi kepada seluruh siswa wacana mutu dan masalah – masalah berguru mereka secara keseluruhan dalam format klasikal.
     Tujuan kegiatan ini ialah :
ü Agar siswa mempunyai wawasan dan kesadaran wacana mutu berguru dan banyak sekali masalah yang mereka alami
ü Mereka di harapkan tergerak untuk memanfaatkan pelayanan BK yang disediakan guru
ü Siswa yang bermasalah di harapkan mencari derma untuk menuntaskan masalahnya dari tenaga andal yang tetap (guru pembimbing).
b.    Orientasi Informasi Khusus
Masalah – masalah yang terungkap melalui AUM PTSDL-1 ad sejumlah item yang berkaitan dengan layanan orientasi atau informasi sperti :
Item No.091 : Kurikulum system pembelajaran dan buku – buku pelajaran kurang menunjang penguasaan ilmu dan keterampilan siswa mulai dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi.
Item No.068 : Saya mengalami kesulitan dalam menentukan inspirasi pokok suatu materi bacaan yang harus saya pelajari.
Apabila sebagian siswa mengalami masalah ibarat item No.091, selayaknya guru pembimbing memperlihatkan layanan orientasi dengan mengajak siswa dikelas mengunjungi perpustakaan dengan memperluas wawasan keseluruhan wacana buku – buku dan materi – materi yang ada dan siswa bisa menentukan materi bacaan yang sanggup menunjang penguasaan ilmu dan keterampilan ibarat yang diharapkan. Jika yang mengalami masalah sebagian maka diberi layanan individual.
2.    Layanan Penempatan atau Penyaluran
Sejumlah masalah yang terungkap melalui AUM PTSDL-1 menentukan layanan penempatan atau penyaluran, sebagai salah satu cara penanggulangannya, ibarat :
Item No.015 : Dalam mengikuti sekolah saya menentukan daerah duduk yang paling menguntungkan untuk mengikuti pelajaran.
Siswa yang mengalami masalah No.015 dengan menjawab jarang atau kadang – kadang perlu diperhatikan posisi duduknya ketika sekolah berlangsung.
Apabila posisi duduknya membuat ia cepat mengantuk, maka guru pembimbing mengarahkan semoga siswa itu duduk di depan. Layanan penempatan dan penyaluran sanggup dilakukan melalui format kelompok dan individu.
3.    Layanan Pembelajaran
Layanan pembelajaran sanggup membantu siswa dalam membuatkan keterampilan berguru dan penguasaan materi. Item – item yang menyangkut bidang keterampilan berguru memuat banyak sekali masalah yang pengatasannya sanggup dilakukan antara lain melalui layanan pembelajaran. Sesuai dengan sifat penyelenggaraannya layanan yang secara eksklusif mengacu pada peningkatan keterampilan berguru dan penguasaan materi berguru itu sanggup mengikuti format klasikal atau individual.
4.    Layanan Konseling Perorangan
Diselenggarakan melalui format individu, klien sanggup membicarakan semua masalah yang terkandung pada AUM PTSDL-1, bahkan masalah – masalah lain yang belum terungkap sanggup dibicarakan.
5.    Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
Layanan bimbingan kelompok membahas topik – topik umum yang disepakati bersama dan berkhasiat bagi perkembangan seluruh anggota kelompok, sedangkan konseling kelompok yang membicarakan masalah individu topik yang mana yang akan diselesaikan itu melalui komitmen dibawah bimbingan guru pembimbing.



DAFTAR PUSTAKA

          Prayitno , DKK . Panduan AUM Umum dan PTSDL . Padang : Deskip.
          Parayitno . 2004 . Aplikasi Instrumentasi . Padang : UNP.
         Sasniar . 1993 . Pengantar Teknik Pemahaman ( NON – TES ) . Padang : FKIP.

Sumber http://kandidatkonselor.blogspot.com

0 Response to "Instrumentasi Bk Non Tes"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel