Sejarah Perkembangan Tasawwuf
a. Pada Abad Pertama dan Kedua Hijriah
- Perkembangan Pada Masa Sahabat.
Para sahabat juga mencontohi kehidupan Rosullullah yang serba sederhana dimana hidupnya hanya semata-mata diabdikan kepada tuhannya. Beberapa sahabat yang tergolong sufi diabad pertama dan fungsi sebagai maha guru bagi pendatang dari luar kota madinah, yang tertarik pada kehidupan sufi.
- Abu Bakar as-Siddiq, wafat tahun 13 Hijriah dia yaitu saudagar yang kaya raya dikala masih berada di Makkah. Tetapi dikala ia hijrah ke Madinah harta kekayaannya telah habis disumbangakan untuk kepentingan tegaknya agama Allah.
- Umar bin Khathab; wafat tahun 23 Hijriah
Saat menjadi khalifah dia termasuk orang yang tinggi kasih sayangnya terhadap sesama manusia. Maka dikala ia menjadi khalifah dia selalu mengadakan pengamatan pribadi terhadap kaum rakyatnya.
- Utsman bin Affan; wafat tahun 35 hijriah
Meskipun ia diberi kelapangan rizki oleh Allah, namun ia selalu ingin hidup yang sederhana.
- Ali bin Abi Thalib; wafat tahun 40 Hijriah
Beliau termasuk orang bahagia hidup sederhana.
- Salman al-Farisy
Salman Al-Farisy pernah meramalkan akan datangnya seorang Rasul yang terakhir yaitu Muhammad. Ia pun tergolong andal zuhud orang-orang masehi yang bahagia mengembara ke Brigai negri dengan cara hidup yang miskin.
- Abu Dzar Al-Ghifari
Ia yaitu seorang yang selalu mengamalkan anutan zuhud yang telah dirintis oleh Abu Bakar dan Umar. Ia lebih bahagia menentukan cara hidup yang meskin dan tidak pernah merasa menderita jikalau ditimpa cabaan.
b. Perkembangan Tasawuf Pada Masa Tabi'in
Ulama-ulama sufi dari kalangan Tabi'in yaitu murid dari ulama-ulama sufi dari kalangan sahabat. Kalau
membicarakan perkembangan tasawuf pada masa kedua dengan mengemukakan tokoh-tokohnya pula dari kalangan Tabi'in. Tokoh-Tokoh Ulama' Sufi Tabi'in, antara lain:
- Al-Hasan Al-Bishri, hidup tahun 22 -110 Hijriah
Ia menerima anutan tasawuf dari Hudzaifah bin Al-Yaman, sehingga anutan itu menghipnotis perilaku dan prilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Maka ia dikenal sebagi ulama sufi yang sangat dalam ilmunya. Tentang rahasia-rahasia yang terkandung dalam anutan Islam, dan sangat menguasai ilmu batin.
Ilmu yang didapatkan dari gurunya, selalu diajarkan pada murid-muridnya yang bertebaran dikota Basyroh. Ia pun dekenal sebagai orang yang pertama kali memakai masjid Basyroh sebagai madrasah.
- Robi'ah Al-Adawiyah; wafat tahun 185 Hijriah
Ia dikenal sebagai ulama sufi perempuan yang memiliki banyak murid dari kalngan perempuan pula. Kalau Al-Hasan menganut anutan zuhud dengan menonjolkan falsafah tawakal, khouf, dan rojak, maka robiah menganut anutan zuhud dengan menonjolkan anutan falsafah hubb (cinta) dan syauq (rindu) kepada Allah SWT.
- Sufyan bin Said ats-Tsauri, hidup tahun 97 H – 161 H
Ia dilahirkan di Khufa, kemudian meninggal di Basyroh. Dan dia termasuk salah satu ulama sufi yang dikagumi alasannya yaitu kezuhudan serta kealimannya. Masa hidupnya diisi dengan dedikasi secara tasawuf dan aktif mengajarkan ilmu yang ada padanya. Ia pun selalu menyerukan kepada sesame ulama, semoga menjauhkan dirinya dari godaan dunia yang sering membawa insan lupa mengabdikan dirinya kepada Tuhan.
- Daud Ath-Thaaly; wafat tahun 165 Hijriah
Semula ia berguru fiqih pada pada Imam Abu Hanifah kemudian tertarik mempelajari ilmu tasawuf, hingga dikenal sebagi ulama sufi yang bahagia 'uzlah ditempat yang sunyi.
- Syaqieq Al-Bulkhiy; wafat tahun 194 Hijriah
Ia yaitu murid dari Ibrahim bin Ad-Ham, kemudian menjadi gurunya Hatim Al-Ashom. Dalam kehidupannya sebagai sufi ia sangat menghargai waktu untuk diisinya dengan iabadah kepada Allah.
Pada masa pertama Hijriah, ulama-ulama tasawuf hanya berada dibeberapa kota yang tidak jauh dari kota Madinah. Tetapi di masa kedua Hijriah yaitu kemurniannya dibandingkan dengan kemurnian tasawuf di abad-abad sesudahnya. Karena pada masa itu, anutan tasawuf sudah mulai ternoda oleh anutan filsafat beserta tradisi agama dan kepercayaan yang dianut oleh insan sebelum Islam.
Maka pada masa sesudahnya, sudah mulai terlihat adanya perbedaan anutan tasawuf dengan corak teologi dan falsafi yang usang kelamaan perbedaannya semakin jauh. Sehingga kecurigaan antara suatu penganut tasawuf dengan yang lainnya semakin menonjol.
c. Perkembangan Abad Ketiga dan Keempat Hijriah.
Perkembangan pada masa ketiga
Pada masa ini, terlihat perkembangan tasawuf yang pesat, ditandai dengan adanya segolongan andal tasawuf yang mencoba memeriksa inti anutan tasawuf yang berkembang pada masa itu, sehingga mereka membagi menjadi tiga macam, yaitu:
Tasawuf yang berintikan ilmu jawa: tasawuf yang berisi suatu metode yang lengkap wacana metode pengembangan jiwa.
Tasawuf yang berintikan ilmu akhlaq: yaitu didalamnya terkandung petunjuk-petunjuk wacana cara-cara berbuat baik, serta cara-cara menghindarkan keburukan.
Tasawuf yang berintikan metafisika: yaitu didalamnya terkandung anutan yang melukiskan ketunggalan hakikat ilahi, yang merupakan satu-satunya yang ada dalam pengertian yang mutlak.
Pada masa ketiga ini, tokoh-tokoh sufi yang populer antara lain:
Abu Sulaiman Ad-Daarany, wafat tahun 215 Hijriah
Nama bahwasanya yaitu Abdur Rahman bin 'Athiyah, ia dikenal sebagai ulama sufi yang menguasai ilmu hakikat, dan sikapnya sangat wara' serta selalu mendapatkan segala cobaan yang menimpa dirinya.
Ahmad bin Al-Hawaary Ad-Damasaly; wafat tahun 230 hijriah
Ia dilahirkan di Damaskus dan dikenal dengan penduduk negri syam (Siria) sebagai andal psikologi dan ilmu akhlak. Ia sebagi salah seorang murid Sufyan bin Uyainah dan sahabat bersahabat dengan bubuk Sulaiman Ad-Daarany.
Abdul Faidh Dzun Nun bin Ibrohim Al-Mishry; wafat tahun 245 Hijriah.
Mengenai anutan tasawuf yang dianutnya, cenderung bercorak filsafat kimia, sehingga ia pernah dituduh oleh fuqoha' Mesir sebagai zindinq.
Abu Yazid Al-Busthamy; wafat tahun 261 H / 874 M
Dalam anutan tasawufnya, terkadang filsafat hulul dan ittihad, yang kadang kala diungkapkannya dalam cerita-cerita yang mengandung ibarat.
Junaid Al-Baghdady; wafat tahun 298 Hijriah
Karena kealimanya, sehingga dinegri populer dengan nama penghulu ulama akhirat.
Al-Hallaj; lahir tahun 244 H / 858 M
Nama lengkapnya yaitu Husain bin Manshur bin Muhammad al-Hallaj, yang dilahirkan disebuah desa yang berjulukan "thuur", bersahabat desa Baidhaa' Persia. Dalam ulama tasawuf, dialah sufi yang paling populer kegigihannya.
Di tamat masa ketiga hijriah, ini mulai timbul perkembangan gres dalam sejarah tasawuf yang ditandai dengan bermunculnya forum pendidikan dan pengajarannya yang didalamnya terdapat aktivitas pengajaran. Tasawuf dan latihan-latihan rohaniahnya; yang antara yang satu terdapat perbedaan corak anutan tasawuf yang diajarkannya, dengan sistwm yang berbeda-beda pula.
Perkembangan Tasawuf Pada Abad Keempat Hijriah
Pada masa ini, ditandai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat dibandingkan dengan kemajuannya di masa ketiga hijriah, alasannya yaitu perjuangan maksimal para ulama tasawuf untuk membuatkan anutan tasawufnya masing-masing.
Upaya untuk membuatkan anutan tasawuf di luar kota Bagdad, dipelopori oleh beberapa ulama tasawuf yang populer kealimannya, antara lain:
Musa Al-Anshary
Abu Hamid bin Muhammad Ar-Rubbazy
Abu Yazid Al-Adamy
Abu Ali Muhammad bin Abdil Wahab As-Saafy
Ciri-ciri yang terdapat di masa ini, ditandai dengan semakin kuatnya unsure filsafatnya yang menghipnotis corak tasawuf. Dikarenakan sudah banyaknya buku filsafat yang menghipnotis corak tasawuf, dikarenakan sudah banyaknya buku filsafat yang tersebar dikalangan umat Islam dari hasil terjemahan orang-orang muslim semenjak permulaan Daulah Abbasiyah. Dan pada masa ini pula mulai dijelaskannya perbedaan ilmu zahir dan ilmu batin, yang sanggup dibagi oleh andal tasawuf yang menjadi empat malam, yaitu:
Ilmu Syari'ah
Ilmu Thariqoh
Ilmu Haqiqoh
Ilmu Ma'rifah
Perkembangan Tasawuf Pada masa kelima Hijriah
Pada masa kelima ini, kaedaan semakin rawan dikala berkembangnya madzhab syi'ah isma'liyah: yaitu suatu (faham) yang hendak mengembalikan kekuasaan pemerintah kepada keturunan Ali bin abi Thalib. Karena menganggapnya bahwa dunia ini harus diatur oleh imam, kerena dialah yang pribadi mendapatkan petunjuk dari Rasulullah SAW. Ada 12 imam yang berhak mengatur dunia ini, yang disebutnya sebagai Imam Mahdi, yang akan bermetamorfosis kedunia dengan membawa keadilan dan memurnikan anutan agama Islam.
Kedua belas imam tersebut adalah:
Ali bin abi Thalib
Hasan bin Ali
Husein bin Ali
Ali bin Husein (Zainul Abidin)
Muhammad Al-Baakir bin Ali bin Husein
Ja'far Shadiq bin Muhammad Al-Baakir
Musa al-Khazim bin Ja'far Shadiq
Ali Ridha bin Khazim
Muhammad Jawwad bin Ali Ridha
Ali Al-Haadi bin Jawwad
Hasan Asykary bin Al-Haadi
Muhammad bin Hasan Al-Mahdi
Imam Al-Ghazali juga membedakan tingkat imam setiap hamba menjadi tiga tingkatan yaitu:
Imam orang awam
Imam orang alim
Imam orang cerdik (Bijaksana).
Pada masa inilah terlihat gejala semakin dekatnya corak tasawuf dengan anutan tasawuf yang diamalkan pada masa pertama hijriah. Tetapi pada masa sesudahnya, kembali terlihat ada gejala yang menjurus kepada perbedaan pendapat andal tasawuf dengan fuqoha' beserta mutakallim, alasannya yaitu corak tasawuf falsafi yang telah diamalkan pada masa ketiga dan keempat hijriah kembali muncul dikalangan umat Islam.
Pada Abad Keenam, Ketujuh, dan Kedelapan
Perkembangan tasawut pada masa keenam hijriah.
Beberapa ulama' tasawuf yang sangat kuat dalam perkembangan tasawuf pada masa ini, antara lain:
Syihabuddin Abul Futuu As-Suhrawardy; wafat tahun 587 H
Dalam anutan tasawufnya ia berpendirian bahwa Allah yaitu nur (cahaya) dari segala nur, ia memahami bahwa Allah dengan "Nurul Anwar" menamai jasad (Al-Jism) dengan istilah "Jauharatul Muhlim" menamai roh dengan istilah "Anwarul Mujarradah" da alam barzah dinamainya dengan istilah "Alamul ajsamm" serta pencipta ilmu pengetahuan dinamai dengan istilah "Ahlul hikmah".
Al-Ghaznawy; wafat tahun 545 H
Ia merupakan pelanjut anutan tasawuf dari Abu Said Al-khurasaany yang dikenal sebagai sufi yang aktif mengajukan ilmu tasawuf
Di masa kelima hijriah. Pada kelima ini, imam Al-Ghazali telah mengembalikan gambaran andal tasawuf dikalanan umat Islam, dengan mempertemukan ilmu zhahir dengan ilmu batin. Tetapi diabad keenam hijriah ini, suasana kemelut antara ulama syariat dengan ulama tasawuf kembali memburuk, alasannya yaitu dihidupnya lagi pemikiran-pemikiran Al-Hulul, wihdatul wujud dan wihdatul ad-yaan oleh kebanyakan ulama tasawuf, antara lain Syihabuddin Abdul Ftuuh Asy-Suhrawardy dan al-Ghaznawy. Sehingga timbul banyak sekali protes dari ulama syari'at dan mengajukan keberaannya kepada penguasa dikala itu.
Perkembangan tasawuf pada masa ketujuh hijriah
Ada beberapa ulama tasawuf yang kuat diabad ini antara lain:
Umar Ibnu Faridh
Ia lahir di Homat (Syiria) tahun 576 H / 1181 Masehi da wafat di Mesir tahun 632 H / 1233 M. Ia yaitu pelanjut anutan wihdatul wujud.
Dalam kitabnya yang berjudul "Ath-Thahiyatul Kubro" ia menguraikannya bahwa cintalah yang memperabukan jiwanya, sehingga ia selalu ingin berafiliasi dan bersatu dengan tuhannya untuk mencapai tujuan dalam tasawuf.
Ibnu Sabi'in; lahir di Mercial
Lahir di Spanyol pada tahun 613 H / 1215 M, dan wafat di makkah tahun 667 H. Semula dia dikenal sebagai ulama fiqih, tetapi kamudian ia mengalihkan perhatiannya untuk memperdalam ilmu tasawuf, hingga ia berhasil menduduki posisi imam pada masa itu.
Jalaluddin Ar-Rummy
Lahir dikota Balkh tahun 604 H / 1217 M, dan wafat tahun 672 H / 1273 M, ia memiliki pandangan berbeda dengan kebanyakan para andal tasawuf yang lain, yang ber madzhab Jabariah. Pada bad ini tercatat dalam sejarah, bahwa masa menurunnya gairah masyarakat islam untuk mempelajari tasawuf alasannya yaitu banyak sekali faktor, antara lain:
Semakin gencarnya serangan ulama syari'at memerangi andal tasawuf yang diiringi dengan serangan golongan syi'ah yang menekuni ilmu kalam dan ilmu fiqih.
Adanya tekat penguasa (pemerintah) pada masa itu, untuk melanyapkan ajran tasawuf di dunia Islam, alasannya yaitu dianggapnya dengan aktivitas itulah yang menjadi sumber perpecahan umat Islam.
Perkembangan Tasawuf pada masa ke delapan Hijriah.
Dengan terlampaunya masa ketujuh hijriah, hingga dimasukinya masa kedelapan hijriah, tidak terdengar lagi perkembanagan dan pemikiran gres dalam tasawuf, meskipun banyak pengarang kaum sufi yang mengemukakan wacana ilmu tasawuf , tetapi kurang mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari umat Islam sehingga boleh dikatakan nasib anutan tasawuf, dikala itu hamper sama dengan nasibnya pada abat ketujuh.
Pada Abad Kesembilan, Kesepuluh Hijriah dan Sesudahnya.
Dalam beberapa masa ini, betul-betul anutan tasawuf sangat sunyi di dunia Islam. Berarti nasibnya lebih jelek lagi dari keadaan pada abad-abad sebelumnya.
Banyak diantara peneliti muslim yang menarik kesimpulan, bahwa dua faktor yang sangat menonjol yang menyebabkan runtuhnya imbas anutan tasawuf di dunia Islam, yaitu:
Ahli tasawuf sudah kehilangan kepercayaan dikalangan masyarakat Islam.
Karena dikala itu, penjajah Eropa yang beragama Nashrani sudah menguasai seluruh negri Islam.
0 Response to "Sejarah Perkembangan Tasawwuf"
Posting Komentar