Sinopsis Buku Sang Pemimpi
Judul : Sang Pemimpi
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Penerbit Bentang
Tahun Penerbit : 2007
Cetakan : September 2007
Tema :
Jumlah halaman : 292 halaman
Cover : Biru, putih, abu-abu
Ukuran : 20.5 cm
Keterangan :
Segmentasi umum :
Yang lebih parah lagi invalid ia muntah-muntah.
Ari menerawang dari sela-sela celah menyimpan ikan.
Mereka mengendap-endap manjauhi bunyi sepatu tersebut pada ketika arai menengok 20 meter kebelakang terlihat di teronggok reyot dipabrik cincau, dan daun-daun cinta berhamburan, kemudian menyelinap melompati para-para alung dan membaur diantara pembeli diantara pembeli tahu.
Aku melirik kejam, pengen rasanya saya mencongkel matanya kata si Arai.
Arai selalu megeluarkan tanda-tanda yang sanggup menerangkan kalau ia sedang ketakutan tubuhnya menggigil, giginya gemeletuk dan nafasnya mengendus satu-satu.
Selain itu pak Mustar menyandang semua julukan menyeramkan yang bekerjasama dengan tata cara usang yang keras dalam penegakan disiplin. Selain guru biologi ia juga darwinian tulen alasannya ialah itu ia sama sekali tidak toleran.
Lebih dari gelar B.A itu ialah sekolah tinggi traditional silat yang ditakuti, dengan kebiasannya menjilat telunjuknya dan menggosok telunjuk itu ke komplemen namanya yang bertengger didadanya. Nafas Arai tertahan ketika pak mustar membalikan tubuhnya.
Pak Mustar ialah seorang yang penting banget sesungguhnya dengan kerja kerasnya pak mustar sanggup mendirikan sekolah Sekolah Menengan Atas dibelitong kemudian pak Mustarlah yang telah menyelamatkan keterpurukan yang hampir melanda belitong.
Sebelum pak Mustar mendirikan sekolah itu Arai, Ical harus menempuh jarak 120 km jauhnya untuk ke sekolah, dan memang benar Sekolah Menengan Atas itu bukan Sekolah Menengan Atas yang biasa, Sekolah Menengan Atas itu ialah Sekolah Menengan Atas yang terfaforit disana,
Pak Mustar ialah sosok yang baik, sopan, santun dan memadu dengan masyarakat banyak. Tapi lain hal dengan kini pak Mustar menjadi insan jelmaan robot yang keras bila dikatakan insan bertangan besi sesudah ia tau anaknya yang justru tidak diterima di sekolah Sekolah Menengan Atas yang ia berdiri itu, padahal dengan kerja kerasnya pak Mustar meembangun sekolah itu.
Pak Mustar tidak sanggup lagi membanggakan sekolah dan tidak sanggup lagi membanggakan anaknya, semua anakpun senang alasannya ialah mereka diterima kecuali anak pak Mustar. Dia tidak diterima alasannya ialah NEM ujian nasionalnya kurang dari 0,25 dari batas minimal untuk nilai NEM yang sanggup diterima ialah 42, sedangkan anak pak mustar Cuma 41,75.
Setelah empat puluh tahun risikonya bumi pertiwi belitong timur negeri yang kaya akan timah itu mempunyai Sekolah Menengan Atas Negeri, maka dan itu orang melayu, tionghoa, sawang dan pulau berkerudung ingin menghirup candu ilmu di Sekolah Menengan Atas itu.
Drs. Julian Ichsan balia ialah seorang kepala sekolah dimana daerah arai, ical sekolah.
Ada yang menyumbangkan kapur tulis, papan tulis, jam dinding, pagar, bahkan masih ada salah satu anak yang NEM nya 28 tap ia tidak tau ibukota provinsinya sendiri sumsel menerima bangku di Sekolah Menengan Atas itu.
Arai ialah lelaki pada biasanya ia bertengkar dengan tukang parkir sepeda hanya gara-gara uang dua ratus perak.
Arai ialah anak yatim alasannya ialah waktu Arai berumur 7 atau ketika kelas satu SD, ibu Arai meninggal dunia alasannya ialah melahirkan anak yang kedua, tapi bukan kebahagiaan malah anak dan ibunya meninggal, ternyata kesedihan belum mau beranjak dan hidup Arai menginjak kelas tiga SD Arai harus lagi mengeluarkan air mata alasannya ialah harus ditinggalkan sang ayah yang sangat ia cintai.
Bagaimana tidak sejak ibunya melahirkan dan pribadi meninggal arai hanya hidup dengan ayahnya, kini arai harus merasa kehilangan dua orang yang dicintainya sekaligus ayah dan ibunya.
Dalam perjalanan kerumah ikal, ikal tidak banyak bicara alasannya ialah pilu kepada arai, sesampai dirumah ikal arai menangis dan dibasuh nya airmata dengan tangan bajunya yang dekil dan kumel ayah ikal mencuri-curi pandang kepada kepada arai dan ikal, sebari duduk diatas kopra.
Tak usang kemudian arai mengeluarkan suatu benda yang belum pernah ikal lihat sebelumnya, bahkan abnormal banget .
Benda itu ibarat helikopter dan benda itu sangatlah sederhana alasannya ialah itu ialah benda permainan anak kampung.
Setiap sehabis maghrib ikal selalu mengajak arai membaca kitab suci al-quran dibawah lampu minyak tanah yang kurang terang.
Jika ikal sedang mengaji arai malah turun dari tangga rumah untuk berlari menembus kebun ilalang menuju lapangan diujung kampung ditempat rumah ikal.
Waktu itu matahari yang menyinari rumahku begitu gerah, dan kebun kelapa sawit yang seakan membelah sinar matahari sambil duduk diatas talang arai dan ikal memainkan mainan traditional yang terbuat dari kaleng susu bendera dan kaleng botan. Arai diatas talang sedangkan ikal di sangkar ayam. Dan mereka bertemu dengan ibu-ibu yang berbadan gemuk, yang itu ialah cek maryam yang meminta-minta beras dengan karung butut dan kedua anaknya meminta belas kasihan kepada ibunya ikal. Dengan rasa kasihan.
Waktu itu masih pagi dimana daerah foto copy “Kang Emod” masih tutup itu ialah daerah kami bekerja. Dengan mengumpulkan materi
Air mata mak cikpun jatuh, seakan terlahir untuk susah, kemudian mak cik menatap anak perempuanya yang namanya Nurmi. Nurmi ialah anak kelas dua SMP, ia kelihatan kurus kering dan kurang gizi. Ia terlihat batinya sangat tertekan nurmi sambil memegang erat biola kesayanganya.
Dia dikasih talenta dari kakeknya dikampung.
Keluarga ikal miskin tapi keluarga mak cik lebih miskin daripada keluarga ikal.
Ikal dan arai ngefens banget pada A. Put.
Peraturan terbaru terjadi pada susila dimana A.Put tinggal dengan sesuatu yang terjadi, misalkan banyak yang terjadi banyak kelahiran maka seorang paraji akan menjadi ketua susila dan jikalau para buaya yang mulai tak erat dengan masyarakat sekitar maka pawang buayalah yang akan menjadi ketua susila begitu dan begitu seterusnya.
Dan aktifitas yang dilakukan oleh arai, jimran dan ikal setiap pagi ialah berbekal bambu, mereka mencari binatang maritim yang sanggup dimakan.
Pada suatu malam, ikal, arai dan jimran nonton TV dibalai desa dan menyaksikan tayangan gosip perihal mujahidin, dengan semua itu mereka taulah.
Ibu arai tidak sanggup menulis dengan benar tetapi ia sanggup menulis dengan aksara latin, sedangkan ayah arai menulis dengan menggunakan aksara arab, bahkan tanda tangan ayah arai menggunakan salah satu aksara arab.
Pada ketika pengambilan raport saya menggunakan baju berkantong empat, yang mana baju tersebut mempunyai sejarah yang tidak sanggup dilupakan hingga sekarang.
Sumber http://makalahdanskripsi.blogspot.com
0 Response to "Sinopsis Buku Sang Pemimpi"
Posting Komentar