Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Tahan
Genetik
Yaitu tipe serabut otot yang mayoritas ialah jenis otot- slow twitch fiber (jenis serabut otot merah atau otot lambat) dan kadar haemoglobin .Faktor keturunan juga memegang peranan dalam pembentukan sistem imun badan anak. Orangtua dengan imunitas badan baik lebih berpeluang menurunkan anak dengan kualitas yang kurang lebih sama. Kaprikornus bisa Anda bayangkan, secara fisik dan finansial, betapa beruntungnya keluarga yang secara turun temurun mempunyai imunitas badan yang terpelihara baik. Daya tahan kardiovaskuler dipengaruhi oleh faktor genetik yakni sifat-sifat spesifik yang ada dalam badan seseorang semenjak lahir. Penelitian dari Kanada telah meneliti perbedaan kebugaran aerobik diantara saudara kandung (dizygotic) dan kembar identik (monozygotic), dan mendapati bahwa perbedaannya lebih besar pada saudara kandung dari pada kembar identik.
Pengaruh genetik pada kekuatan otot dan daya tahan otot pada umumnya bekerjasama dengan komposisi serabut otot yang terdiri dari serat merah dan serat putih. Seseorang yang mempunyai lebih banyak lebih sempurna untuk melaksanakan kegitan bersifat aerobic, sedangkan yang lebih banyak mempunyai serat otot rangka putih, lebih bisa melaksanakan kegiatan yang bersifat anaerobic. Demikian pula efek keturunan terhadap komposisi tubuh, sering dihubungkan dengan tipe tubuh. Seseorang yang mempunyai tipe endomorf (bentuk badan lingkaran dan pendek) cenderung mempunyai jaringan lemak yang lebih banyak jika dibandingkan dengan tipe otot ektomorf (bentuk badan kurus dan tinggi) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994).
Umur
Umur menghipnotis hampir semua komponen kesejukan jsmani. Daya tahan kardiovaskuler menawarkan suatu tendensi meningkat pada masa bawah umur hingga sekitar dua puluh tahun dan mencapai maksimal di usia 20 hingga 30 tahun (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994). Daya tahan tersebut akan makin menurun sejalan dengan bertambahnya usia, dengan penurunan 8-10% perdekade untuk individu yang tidak aktif, sedangkan untuk individu yang aktif penurunan tersebut 4-5% perdekade (Brian.Jsharkey, 2003).
Peningkatan kekuatan otot laki-laki dan perempuan sama hingga usia 12 tahun, selanjutnya sehabis usia pubertas laki-laki lebih banyak peningkatan kekuatan otot, maksimal dicapai pada usia 25 tahun yang secara berangsur-angsur menurun dan pada usia 65 tahun kekuatan otot hanya tinggal 65-70% dari kekuatan otot sewaktu berusia 20 hingga 25 tahun.
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Kesegaran jasmani antara laki-laki dan perempuan berbeda alasannya ialah adanya perbedaan ukuran badan yang terjadi sehabis masa pubertas. Daya tahan kardiovaskuler pada usia anak-anak, antara laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, namun sehabis masa pubertas terdapat perbedaan. Rata-rata perempuan muda mempunyai kebugaran aerobik antara 15-25% lebih kecil dari laki-laki muda dan ini tergantung pada tingkat kegiatan mereka. Tapi pada atlet arif balig cukup akal putri yang sering berlatih hanya berbeda 10% dibawah atlet putra dalam usia yang sama dalam hal VO2max.Wanita mempunyai jaringan lemak 27% dari komposisi tubuhnya lebih banyak dibanding laki-laki 15% dari komposisi tubuhnya (Ardle, 1981).
Menurut Larry Gshaver (1981), satu gram hemoglobin sanggup bersatu dengan 1,34 ml oksigen. Pada laki-laki dalam keadaan istirahat terdapat sekitar 15-16gr hemoglobin pada setiap 100ml darah dan pada perempuan rata-rata 14gr pada setiap 100ml darah. Keadaan ini menjadikan perempuan mempunyai kapasitas aerobik lebih rendah dibanding pria. Selain itu ukuran jantung pada perempuan rata-rata lebih kecil dibanding pria(Hairy,1989). Pengambilan oksigen pada perempuan 2,2L lebih kecil daripada laki-laki 3,2L. Kapasitas vital paru perempuan juga lebih kecil dibanding pria.
Kegiatan Fisik
Kegiatan Fisik sangat menghipnotis semua komponen kesejukan jasmani. Latihan yang bersifat aerobik yang dilakukan akan meningkatkan daya tahan kardiorespirasi sanggup mengurangi lemak badan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994). Menurut Bucher (1983) ada sejumlah laba penting bagi organ badan vital akhir dari latihan yang teratur. Pengaruh latihan terhadap kesehatan umum otot jantung. Bukti yang ada menawarkan bahwa otot jantung ukurannya meningkat alasannya ialah dipakai dengan tuntutan yang lebih besar diletakkan pada jantung sebagai akhir dari kegiatan jasmani, terjadi pembesaran jantung.
Pengaruh latihan terhadap isi sedenyut Hasil penelitian pada atlet, pada umumnya disepakati bahwa jumlah isi darah perdenyut jantung lebih besar dipompakan ke seluruh badan dari pada orang yang tidak terlatih. Atlet terlatih sanggup memompakan sebanyak 22liter darah sedangkan individu yang tidak terlatih hanya 10,2liter darah saja. Pengaruh latihan terhadap denyut jantung hasil tes dari atlet olimpiade, diperoleh bukti bahwa individu yang terlatih mempunyai denyut jantung yang tidak cepat jika dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih. Diperkirakan bahwa jantung insan berdenyut 6 hingga 8 kali lebih sedikit jika seseorang terlatih. Pada kebanyakan atlet jantungnya berdenyut 10, 20 hingga 30 kali lebih sedikit dari pada denyut jantung yang tidak terlatih.
Kebiasan Merokok
Kebiasan Merokok Sudah usang diketahui imbas buruk rokok terhadap paru-paru, antara lain ialah penyakit paru obstruktif menahun yang dikenal dengan COPD (Djamil, 1986).Pada asap tembakau terdapat 4% karbon monoksida (CO). Afinitas CO pada hemoglobin 200-300 kali lebih berpengaruh dari pada oksigen, ini berarti CO tersebut lebih cepat mengikat hemoglobin dari pada oksigen. Hemoglobin dalam badan berfungsi sebagai alat pengangkutan oksigen untuk diedarkan ke jaringan badan yang memerlukannya. Bila seseorang merokok 10-20 batang sehari di dalam hemoglobin mengandung 4,9% CO maka kadar oksigen yang diedarkan ke jaringan akan menurun sekitar 5% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas, 1994). Selain itu dalam rokok mengandung NO dan NO2, merupakan substansia yang sanggup memicu terbentuknya radikal bebas yang berlebihan yang menjadikan terbentuknya lipid peroksida yang lebih lanjut merusak dinding sel. Beberapa sel badan telah terbukti mengalami proses degeneratif antara lain membran sel endotel, pembuluh darah, epitel paru, lensa mata dan neuron (Yunwanti, 2002).
Sumber http://hasanxch.blogspot.com
0 Response to "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Tahan"
Posting Komentar