iklan

Hidup Harus Mau Berbagi



Ketika kita ingin menaiki sebuah tangga, jangan pribadi melihat ke ujung atasnya. Kita akan terasa berat untuk mencapai atasnya. Pijak saja satu demi satu anak tangga sampai ke puncak tangga, lebih terasa ringan menjalaninya.

Begitu pun dalam berbisnis. Tantangan niscaya selalu ada, tapi jangan takut menghadapinya. Jalani saja niscaya kita dapat melewatinya. Ketakutan akan rintangan di depan hanya membuat kita tidak berani melangkah.


Angan-angan besar itu penting, tapi jangan lupa menjalaninya mulai dari yang kecil. Think big, act small, do now. Tekuni apa yang menjadi keahlian kita.

Bagi saya berbisnis di bidang yang saya kuasai dan dengan orang-orang hebat di bidangnya ialah sebuah prinsip. Tak perlu tergiur menjalani bisnis yang kita sendiri tidak memahami.

Perjuangan dan ketekunan itulah yang membuat saya  berani mendirikan perusahaan pembiayaan: Bess Finance. Ini memang bidang saya. Orang-orang di sekitar saya juga berkeahlian di multifinance.

Apa yang saya yakini terbukti benar. Kini Bess tumbuh sehat. Tahun lalu, kami menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 425 miliar. Tahun ini, sasaran pembiayaan kami sekitar Rp 1 triliun.

Salah satu kunci utama di bisnis ini ialah sumber daya insan (SDM). Sebab, bisnis multifinance sangat khas. Ini human business, collection business. Kita harus teliti mengoleksi pembayaran konsumen dan disiplin dalam penagihan.

Apalagi nasabah kami kebanyakan kelas menengah ke bawah. Kalau SDM kita telat sedikit menagih, alokasi para nasabah kita sudah pindah.

Di bisnis multifinance, human management harus ditata rapi. Kita memang harus mau berinvestasi di SDM, mendidik mereka dan menyiapkannya menjadi pemimpin. Seorang leader yang hebat ialah yang dapat membuat leader-leader baru.

Saya, misalnya, memperlihatkan porsi perhatian besar terhadap peningkatan SDM Bess. Bess mempunyai 4.000 orang karyawan. Setiap tahun, kami akan melatih sendiri 1.000 orang untuk menjadi karyawan andal di Bess.

Kalau dihitung-hitung, biaya pendidikan satu orang itu sekitar Rp 10 juta. Kalau setiap tahun 1.000 orang, berarti saya membuang Rp 10 miliar. Kalau dipikir-pikir, mending saya kantongi saja sendiri, hitung-hitung sebagai bonus saya.

Namun, dalam hidup kita harus mau berbagi, alasannya ialah hidup pada pada dasarnya harus berguna, bermanfaat, berarti, bermakna dan berbagi. Tidak ada untungnya kesuksesan itu kita nikmati sendiri. Kalau saya dapat membikin seseorang sukses, ia juga akan membikin saya sukses.

Nah, dalam konteks berbagi, dapat tidak seorang pemilik perusahaan membagi sebagian sahamnya ke bawahan? Memang tidak praktis tapi inilah konsep ownership ke depan. Saya misalnya, mengajak partnership anak buah saya biar ada rasa memiliki. Mengapa? Karena ia akan selalu menjaga perusahaan dikala saya tidak sempat lagi.  Dia  juga owner atas perusahaan itu, dan owner tidak pernah pensiun.

Bisnis harus bertumbuh. Kalau tidak, kita akan tergilas zaman. Untuk mencapai pertumbuhan itu, kita harus mempunyai energy management. Kita harus mendekatkan diri pada orang-orang yang mempunyai energi positif, sehingga dapat mengisi energi kita.

Kita harus dapat menyerap energi konkret dari mereka, sehingga dapat membangun hal-hal positif. Kita membutuhkan mentor, sahabat konsultasi dan brainstorming. Salah satu cara yang baik ialah rajin membaca buku.

Benny Wennas
CEO Barly Group
http://executive.kontan.co.id/v2/kopi_pagi/read/101/Benny-Wennas-

Mari Berteman ^^
David Iskandar | Create Your Badge

Sumber http://belajarperbankangratis.blogspot.com

0 Response to "Hidup Harus Mau Berbagi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel