Pengalaman Menanam Tanaman
Apa kabar hari ini sob? Semoga dalam keadaan sehat selalu. Pada artikel kali ini saya akan membagikan pengalaman menanam tanaman. Kamu juga mungkin mempunyai pengalaman yang serupa.
Simak baik-baik ya sob.
Contents
Persiapan lahan.
Sebelum proses penanaman, hal terpenting yaitu menyiapkan lahan terlebih dahulu. Mau menanam dimana bila tidak ada lahannya, bener engga sob?
Penanaman untuk skala kebun memakai lahan berupa tanah, sedangkan untuk skala rumah saja sanggup memakai drum bekas atau pot.
Pengalaman yang akan saya bagikan, menanam dengan lahan tanah.
Ketika mengikuti jadwal pertanian dasar, kami di beri kiprah oleh mentor untuk mempersiapkan lahannya terlebih dahulu, dengan ukuran bedengan perorang kurang lebih 1,5 meter. Masing-masing orang mempunyai 2 bedengan tanah.
Alat yang dipakai berupa cangkul, garpu tanah dan sabit.
Proses pertama dalam pengolahan lahan dimulai dari :
Membersihkan gulma.
Proses pencucian gulma dilakukan bersama teman-teman dengan memakai sabit dan cangkul. Jika tidak dibersihkan maka akan mengganggu proses pembuatan bedengan.
Proses tersebut sangat menguras tenaga alasannya gulma yang dibersihkan tidak sependek rumput yang berada di lapangan. Melainkan gulma berjenis rumput gajah, mempunyai tinggi hingga 2 meter. Lebih tinggi dari badan saya. Hehehe…
Canda tawa kami menghilangkan rasa lelah.
Tidak terasa 1 pekan telah berlalu, proses tersebut karenanya selasai. Kemudian memasuki proses selanjutnya.
Pengukuran lahan.
Peralatan yang dipakai antara lain alat meteran, tali, dan patok dari kayu.
Tali dan patok kayu kami gunakan untuk menandai tanah yang sudah diukur, tali tersebut dipasang hingga proses pengelohan lahan selesai semoga semua bedengan mempunyai ukuran yang sama.
Dalam proses ini hanya memerlukan waktu 1 hari saja, tidak usang menyerupai proses pencucian gulma.
Lalu kami melanjutkan ke langkah berikutnya.
Proses pemagaran.
Proses ini dilakukan semoga lahan terbebas dari hama.
Saya bertanya-tanya.” Memang ada hama kan belum ditanami?”
Mentor menjawab. “ Ada, hama ayam. Hehehe…. “
Canda dan tawa selalu menyertai kami.
Ayam suka bermain dengan tanah yang gres digemburkan, alasannya mungkin banyak pakan menyerupai cacing yang menjadi kuliner favoritnya. Hehe…. Kayak insan ajah punya kuliner favorit. Padahal cacing sangat berperan penting dalam proses penyuburan tanah.
Pagar yang kami kelola berbahan tumbuhan yang gampang ditanam dan mempunyai batang yang kokoh. Tanaman tersebut berjulukan pohon kelor.
Pohon kelor selain mempunyai daun yang sanggup dikelolah menjadi teh, batangnya sanggup dipakai sebagai penopang pagar.
Pohon kelor saja tidak cukup, harus ditambah dengan paranet sebagai dindingnya.
Proses penggemburan tanah.
Sebelum ke tahap tersebut, hal yang perlu disiapkan yaitu kompos berbahan dasar kotoran binatang dicampur terycoderma yang sudah mengalami pelapukan kurang lebih 1 bulan.
Garpu tanah dan cangkul menjadi sahabat kami setiap hari dikala proses penggemburan tanah.
Tanah dicampur dengan kompos kemudian pembentukan bedengan dengan ukuran yang sudah kami ukur sebelumnya. Dilanjut dengan penutupan bedengan dengan mulsa alami.
Mulsa alami yaitu epilog bedengan yang terbuat dari gulma yang sudah kering.
Pengolahan lahan saja memerlukan waktu yang panjang, mungkin alasannya belum terbiasa dengan hal tersebut. Karena kami berasal dari latar belakang yang berbeda.
Persiapan bibit.
Tahap selanjutnya yang kami lakukan sesudah pengelohan tanah yaitu pemilihan bibit yang akan kami tanam. Setiap orang diwajibkan untuk menentukan 3 bibit tumbuhan dari beberapa bibit yang sudah disediakan.
Bibit yang saya pilih antara lain yaitu jagung manis, timun suri, kacang kedelai.
Persiapan bibit dilakukan dengan perendaman sekitar 4 jam . Hal ini dilakukan supaya bibit aktif dengan yang pasif terpisah. Bibit pasif akan terlihat naik ke permukaan air, sedangkan bibit aktif berada di bawah.
Proses selanjutnya yaitu pelubangan pada bedangan dengan memakai tongkat berbentuk silinder.
Penanaman.
Kami memakai sistem tumpangsari pada proses penanaman.Tumpangsari yaitu proses penanaman yang saling menguntungkan antara tumbuhan utama dengan tumbuhan pembantu.
Penanaman, sangat menyenangkan bagi kami alasannya sudah melewati beberapa proses yang menguras tenaga.
Di siang hari dengan terik matahari yang menyengat, sesudah proses penanaman usai. Kami menciptakan jadwal makan bersama dengan memakai daun pisang. Hal tersebut menjadi momen terindah bagi kami yang tak akan terlupakan alasannya kebersamaan dan kenikmatannya makan memakai daun pisang di ladang.
Penanaman telah usai, kiprah kami selanjutnya menyiram tumbuhan dan mengamati proses berkecambahnya biji. Hari pertama belum terlihat tanda-tandanya, hari kedua pun sama, begitu pula dengan hari ketiga. Rasa takut gagal menanam menghampiri saya, alasannya milik teman-teman sudah terlihat berkecambah pada hari ketiga.
Padahal cara yang kami lakukan dari awal sama, mungkin terjadi kesalahan dikala pemilihan bibit. Akhirnya saya memutuskan untuk mengulangnya kembali. Tetapi Ketika pemilihan bibit pada hari ke-empat, saya pergi ke ladang melihat sebagian tumbuhan sudah mulai berkecambah. Hore…
Pemilihan bibit tetap dilanjutkan untuk antisipasi sebagiannya tidak tumbuh atau ada yang mati. Dengan izin Allah saya tidak perlu menanam ulang alasannya semuanya tumbuh dengan sempurna.
Merawat tanaman.
Seperti petani pada umumnya sesudah menanam harus merawatnya juga semoga bertumbuh besar dan menghasilkan buah yang sanggup dipanen.
Begitu juga dengan kami.
Hari demi hari kami lewati dengan aktifitas harian sebagai petani. Pada pagi hari ke ladang untuk menyiram tanaman, membersihkan gulma yang menodai bedengan dan menciptakan kerangka bambu untuk penopang tanaman. Tujuannya semoga tumbuhan tidak tumbang dikala angin besar melanda.
Menjelang sholat dzuhur kami kembali ke asrama untuk persiapan sholat, dan tidur sejenak. Pada sore hari kembali ke ladang menyiramnya kembali.
Sepekan sekali kami menyiramnya dengan air yang tercampur pupuk organik cair. Fungsinya semoga nutrisi tumbuhan terpenuhi sehingga tumbuh dengan maksimal. Pupuk tersebut berasal dari urin kelinci.
Penyiraman POC dilakukan hingga pembuahan tiba. Ketika sudah tiba, menggantinya dengan pupuk buah organik yang terbuat dari hasil fermentasi buah-buahan bacin dicampur dengan air kelapa, air pati beras dan juga terycoderma.
Dalam merawat tumbuhan juga perlu diperhatikan hama yang menghambat pertumbuhan tanaman.
Antisipasi pemberantasan hama sanggup dilakukan dengan penyemprotan pestisida nabati atau kimia.
Jika ingin menciptakan pestisida nabati, sanggup menggandakan resep yang kami buat berbahan daun pepaya, daun mimba dan putih telur / pengecap buaya.
bahan tersebut sangat efektif mencegah datangnya hama.
Selamat mencoba sob.
Tanaman berbuah.
Jika tumbuhan memasuki fase ini, tandanya petani itu berhasil merawatnya.
Kami sangat bahagia dikala melihat tumbuhan berbuah. Bertanda bahwa usaha yang kami lakukan dari awal hingga proses perawatan tidak sia-sia melainkan membuahkan hasil. Tanaman sudah berbuah bukan berarti langkah kami berhenti.
Perlu pengoptimalan buah dengan memberinya pupuk semoga yang dihasilkan sempurna. Walau dikala panen tiba hasil tersebut tidak untuk dijual, melainkan untuk dinikmati sendiri. Karena penanaman yang kami lakukan yaitu proses pembelajaran.
Panen.
Masa yang sangat dinanti oleh para petani.
Pada fase pembuahan, belum tentu semuanya sanggup dipanen seretak. Seperti tumbuhan saya, ada beberapa buah yang belum matang dan ada beberapa yang cacat.
Sudah sanggup panen rasanya bahagia sekali. Karena usaha bercocok tanam sudah dilalui.
Hasil yang kami panen diantaranya jagung manis, kacang kedelai, semangka, kacang tanah, timun suri, pare dan terong panjang. Semua diolah menjadi makanan.
Begitulah kira-kira pengalaman saya.
Semoga bermanfaat.
Jika ada tutur bahasa yang salah mohon maaf ya sob.
Silahkan berkomentar dengan kritik maupun saran.
Sumber https://mefahlan.com
0 Response to "Pengalaman Menanam Tanaman"
Posting Komentar