Pengertian Dividen, Jenis-Jenis Dan Teori Kebijakannya
Akuntansilengkap.com – Beberapa pertanyaan ihwal dividen yang sering penulis temukan seperti: Pengertian dividen, Jenis-jenis, Kebijakan deviden serta Pembayaran dividen akan dijelaskan pada artikel berikut ini.
Isi Artikel
Deviden yakni pembagian keuntungan (keuntungan) pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki pada suatu usaha. Nilai yang ditransfer biasanya berupa aktiva perusahaan, baik berupa kas maupun non kas. Karena alasan tertentu, sanggup ditransfer berupa saham perusahaan atau sering disebut dengan dividen saham. (Baca juga; pengertian dan jenis-jenis obligasi )
Hampir semua pembayaran dividen yakni pengurangan dari keuntungan ditahan kecuali dividen yang merupakan likuidasi. Dividen likuidasi yakni pembayaran kepada pemegang saham oleh perusahaan dari modal yang disetor pemegang saham, bukan dari keuntungan perusahaan. (Baca juga: pengertian dan perbedaan pasar uang dan pasar modal )
Menurut Tangkilisan dan Hassel, pengertian deviden adalah bab dari keuntungan higienis yang dibagikan kepada para pemegang saham.
Menurut Stice, deviden yakni sebagai pembagian keuntungan kepada pemegang saham perusahaan yang sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.
Dividen dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan (laba) dari kegiatan ekonomi perusahaan. Apabila perusahaan menetapkan membagi keuntungan dalam deviden, semua pemilik saham menerima hak yang sama. Dividen ditentukan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan pembayarannya tergantung kebijakan pemimipin perusahaan.
Baca Juga:
Jenis Jenis Deviden
Menurut Baridwan (1997) Dividen merupakan bab dari keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinnya, Dividen yang dibagikan perusahaan bisa tetap dan bisa mengalami perubahan dari dividen yang dibagikan sebelumnya. Baridwan juga menyebutkan ada beberapa jenis dividen antara lain:
-
Dividen Kas
Pengertian deviden kas yakni deviden yang dibagikan dalam bentuk kas. Sebelum menciptakan pengumuman, yang perlu diperhatikan oleh pemimpin perusahaan yakni tersedianya jumlah kas yang mencukupi untuk pembagian deviden itu. (Baca juga: pengertian dan tujuan asuransi )
-
Dividen Aktiva Selain Kas (Property Dividend)
Pegertian dividen properti adalah apabila suatu perusahaan tidak mempunyai kas yang cukup, atau mempunyai kas namun akan dipakai untuk hal lain, maka pembagian dividen memakai aktiva selain kas atau dividen properti.
Masalah yang timbul biasanya yakni memilih nilai properti, para akuntan biasanya memakai nilai pasar aktiva non kas yang diserahkan sebagai dasar untuk mencatat.
Apabila aktiva yang diserahkan tidak mempunyai nilai pasar, maka akan memakai nilai buku aktiva tersebut yang dipakai sebagai dasar pencatatan.
-
Dividen Likuidasi
Pengertian dividen likuidasi yakni dividen yang tidak didasarkan pada keuntungan ditahan. Dividen ini memperlihatkan pengembalian modal (investasi) atas pemilik atau bukan dari pembagian laba perusahaan. Dividen likuidasi intinya bisa timbul dari bantuan pihak pemegang saham, tetapi pada umumnya dividen likuidasi diperlakukan sebagai pengurang agio saham atau bukan keuntungan ditahan menyerupai pembagian jenis lainnya.
-
Dividen Saham
Pengertian dividen saham yakni pembagian dividen yang dibayarkan dengan disertai saham tambahan. Penting diketahui bahwa, dividen saham tidak merubah apapun, baik proporsi kepemilikan saham maupun aktiva perusahaan.
Apabila dewan direksi mengumumkan dividen saham, maka akan dikapitalisasi secara permanen sebagai pemanis modal disetor. (Baca juga: pengertian dan sistem ekonomi kapital )
-
Dividen Hutang / Dividen Scrip
Pengertian dividen hutang atau dividen scrip yakni pembagian deviden dalam bentuk akad tertulis untuk membayarkan sejumlah kas di masa yang akan datang. Janji tersebut yakni salah satu bentuk utang wesel yang dicatat sebagai hutang.
Deviden scrip sanggup dapat berbentuk bunga atau tidak berbunga, dan bisa diperjual berlikan antar pemegang scrip atau antar pemegang saham.
Pada ketika pembagian scrip diumumkan, perusahaan akan mendebet rekening keuntungan ditahan dan mengkredit rekening utang deviden scrip atau utang wesel kepada pemegeang saham.
Pada ketika pembayaran diadakan pendebitan terhadap utang dan pengkreditan terhadap kas.
Apabila scrip berbungam, maka kas yang dipergunakan untuk membayar bunga harus diperlakukan sebagai biaya bunga dan dihentikan sebagai bab dari pembagian deviden.
Kebijakan Dividen
Manajemen mempunyai 2 kebijakan perlakuan terhadap penghasilan higienis setelah pajak (earning after tax) perusahaan yaitu:
- Dibagikan kepada pihak pemegang saham dalam bentuk dividen.
- Diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai keuntungan ditahan (retained earning).
Oleh alasannya itu, pihak administrasi harus menciptakan kebijakan (dividen policy) tentang besarnya EAT yang akan dibagikan sebagai deviden. Apabila perusahaan membagi dalam bentuk dividen, maka akan mengurangi sumber dana (kas) dari keuntungan perusahaan. Apabila perusahaan tidak membagikan keuntungan (laba) nya sebagai deviden, maka akan sanggup memperbesar sumber dana intern yang akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk membuatkan perusahaan. (Baca juga: macam-macam pajak di Indonesia )
Presentase deviden yang dibagi dari EAR disebut Deviden Payout Ratio (DPR)
Presentasi keuntungan ditahan dari EAT yakni 1 – DPR
1. Teori Dividen Tidak Relevan
Modiglani dan Miller (MM) beropini bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan dari besar kecilnya Dividend Payout Ratio, tapi ditentukan oleh keuntungan higienis sebelum pajak dan kelas risiko perusahaan. Makara berdasarkan MM, dividen tidak relevan untuk diperhitungkan alasannya tidak akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.
Menurut MM, kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan dalam menerima keuntungan atau erarning power dari asset perusahaan.
2. Teori The Bird in The Hand
Teori berdasarkan Lintner dan Gordon menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik kalau Dividend Payout rendah alasannya investor lebih suka mendapatkan dividen daripada capital gains. Teori ini memandang dividend yield lebih niscaya dibandingkan capital gains yield.
Bila dilihat dari sisi investor, biaya modal sendiri dari keuntungan ditahan (Ks) yakni tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham. Ks yakni keuntungan daru dividen (dividend yield) ditambah keuntungan dari capital gains yield.
3. Teori Perbedaan Pajak
Teori berdasarkan Litzenberger dan Ramaswamy menyatakan bahwa, dengan adanya pajak terhadap keuntungan dividend an capital gains, para investor lebih menyukai capital gains alasannya sanggup menunda pembayaran pajak. Maka kebanyakan investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memperlihatkan dividen yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan dividen yield rendah, capital gains yield tinggi. Apabila pajak atas dividen lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa. (Baca juga: sistem pemungutan pajak )
4. Teori Signaling Hypothesis
Terdapat bukti empiris bahwa kalau ada kenaikan dividen sering diiringi dengan kenaikkan harga saham. Sebaliknya penurunan dividen biasanya menjadikan harga saham turun. Gejala ini memperlihatkan bahwa investor akan lebih menyukai dividen daripada capital gains.
Tapi MM berpenfapat bahwa suatu kenaikan dividen biasanya memperlihatkan sinyal kepada para investor bahwa manahemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dividen di waktu mendatang. Sebaliknya, kalau penurunan dividen atau kenaikan dividen dibawah kenaikan normal, diyakini investor bahwa perusahaan menghadapi masa sulit dividen di masa mendatang.
5. Teori Clientele Effect
Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham akan mempunyai pandangan berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok yang membutuhkan penghasilan pada ketika ini lebih menyukai Dividen Payout Ratio yang tinggi. Dan sebagian pemengang saham lain yang ridak begitu membutuhkan uang ketika ini akan merasa lebih bahagia kalau perusahaan menahan sebagian besar keuntungan higienis perusahaan.
Prosedur Pembayaran Dividen
Pembayaran dividen berdasarkan Ang (1997) diantaranya adalah:
-
Tanggal pengumuman
Tanggal pengumuman yakni tanggal secara resmi diumumkan oleh perusahaan (emiten) ihwal bentuk dan besarnya serta kegiatan pembayaran dividen yang akan dilakukan. Pengumuman ini memberikan hal-hal yang penting seperti: tanggal pencatatan, tanggal pembayaran, dan besarnya dividen kas per lembar. (Baca juga: macam-macam bukti transaksi )
-
Tanggal pencatatan (date of record)
Tangga pencatatan yakni tanggal perusahaan melaksanakan pencatatan nama pemegang saham. Pemilik saham yang terdaftar ini akan diberikan hak, adapun yang tidak terdaftar maka tidak akan memperoleh dividen.
-
Tanggal Cum-dividend
Tanggal ini yakni tanggal hari terakhis perdagangan saham yang masih menempel hak untuk mendapatkan dividen baik secara tunai maupun dividen saham.
-
Tanggal ex-dividend
Tangga ex-dividen yakni tanggal perdagangan saham sudah tidak ada lagi hak untuk memperoleh deviden. Jadi, kalau investor membeli saham pada tanggal ini ataupun sesudahnya, maka investor tersebut tidak akan di daftarkan untuk menerima dividen.
Demikianlah pembahasan “Dividen” Pengertian, Jenis-Jenis dan Kebijakannya.
Semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Kunjungi Juga Artikel Lainnya:
- Contoh Jurnal Dan Metode Penghapusan Piutang Tak Tertagih
- 8 [Bahasan] Materi Pengantar Akuntansi Dasar dan Penjelasannya
- “Harga Pokok Produksi” Pengertian, Unsur-Unsur dan Contoh Perhitungan
- 3 [Bahasan] Pengertian Hutang Lancar | Kewajiban Lancar Dan Contohnya
- 10 Asumsi Dasar Akuntansi Menurut Para Ahli
0 Response to "Pengertian Dividen, Jenis-Jenis Dan Teori Kebijakannya"
Posting Komentar