Pengertian Sastra Berdasarkan Para Ahli
Apa Itu Sastra?
Sastra secara etimologi diambil dari bahasa-bahasa Barat (Eropa) menyerupai literature (bahasa Inggris), littérature (bahasa Prancis), literatur (bahasa Jerman), dan literatuur (bahasa Belanda). Semuanya berasal dari kata litteratura (bahasa Latin) yang bekerjsama tercipta dari terjemahan kata grammatika (bahasa Yunani). Litteratura dan grammatika masing-masing berdasarkan kata “littera” dan “gramma” yang berarti karakter (tulisan atau letter). Dalam bahasa Prancis, dikenal adanya istilah belles-lettres untuk menyebut sastra yang bernilai estetik. Istilah belles-lettres tersebut juga dipakai dalam bahasa Inggris sebagai kata serapan, sedangkan dalam bahasa Belanda terdapat istilah bellettrie untuk merujuk makna belles-lettres. Dijelaskan juga, sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yang merupakan adonan dari kata sas, berarti mengarahkan, mengajarkan dan memberi petunjuk. Kata sastra tersebut menerima akhiran tra yang biasanya dipakai untuk memberikan alat atau sarana. Sehingga, sastra berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk atau pengajaran. Sebuah kata lain yang juga diambil dari bahasa Sansekerta ialah kata pustaka yang secara luas berarti buku (Teeuw, 1984: 22-23).
Pengertian Sastra |
Sumardjo & Saini (1997) menyatakan bahwa sastra ialah ungkapan pribadi insan yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk citra kasatmata yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Sehingga sastra mempunyai unsur-unsur berupa pikiran, pengalaman, ide, perasaan, semangat, kepercayaan (keyakinan), ekspresi atau ungkapan, bentuk dan bahasa. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Saryono (2009: 18) bahwa sastra juga mempunyai kemampuan untuk merekam semua pengalaman yang empiris-natural maupun pengalaman yang nonempiris-supernatural, dengan kata lain sastra bisa menjadi saksi dan pengomentar kehidupan manusia.
Menurut Saryono (2009) sastra bukan sekedar artefak (barang mati), tetapi sastra merupakan sosok yang hidup. Sebagai sosok yang hidup, sastra berkembang dengan dinamis menyertai sosok-sosok lainnya, menyerupai politik, ekonomi, kesenian, dan kebudayaan. Sastra dianggap bisa menjadi pemandu menuju jalan kebenaran alasannya sastra yang baik ialah sastra yang ditulis dengan penuh kejujuran, kebeningan, kesungguhan, kearifan, dan keluhuran nurani manusia. Sastra yang baik tersebut bisa mengingatkan, menyadarkan, dan mengembalikan insan ke jalan yang semestinya, yaitu jalan kebenaran dalam perjuangan menunaikan tugas-tugas kehidupannya (Saryono, 2009: 20). Sastra sanggup dipandang sebagai suatu tanda-tanda sosial (Luxemburg, 1984: 23). Hal itu dikarenakan sastra ditulis dalam kurun waktu tertentu yang eksklusif berkaitan dengan norma-norma dan watak istiadat zaman itu dan pengarang sastra merupakan bab dari suatu masyarakat atau menempatkan dirinya sebagai anggota dari masyarakat tersebut.
Dunia kesastraan juga mengenal karya sastra yang berdasarkan dongeng atau realita. Karya yang demikian berdasarkan Abrams (via Nurgyantoro, 2009) disebut sebagai fiksi historis (historcal fiction) jika penulisannya berdasarkan fakta sejarah, fiksi biografis (biografical fiction) kalau berdasarkan fakta biografis, dan fiksi sains sains (science fiction) kalau penulisannya berdasarkan pada ilmu pengetahuan. Ketiga jenis ini disebut fiksi nonfiksi (nonfiction fiction).
Menurut pandangan Sugihastuti (2007) karya sastra merupakan media yang dipakai oleh pengarang untuk memberikan gagasan-gagasan dan pengalamannya. Sebagai media, kiprah karya sastra sebagai media untuk menghubungkan pikiran-pikiran pengarang untuk disampaikan kepada pembaca. Selain itu, karya sastra juga sanggup merefleksikan pandangan pengarang terhadap aneka macam dilema yang diamati di lingkungannya. Realitas sosial yang dihadirkan melalui teks kepada pembaca merupakan citra ihwal aneka macam fenomena sosial yang pernah terjadi di masyarakat dan dihadirkan kembali oleh pengarang dalam bentuk dan cara yang berbeda. Selain itu, karya sastra sanggup menghibur, menambah pengetahuan dan memperkaya wawasan pembacanya dengan cara yang unik, yaitu menuliskannya dalam bentuk naratif. Sehingga pesan disampaikan kepada pembaca tanpa berkesan mengguruinya.
Referensi:
Sumardjo, Jacob & Saini K.M. 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Sumardjo, Jacob & Saini K.M. 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Sekian uraian ihwal Pengertian Sastra Menurut Para Ahli, biar bermanfaat..!
Sumber http://infodanpengertian.blogspot.com
0 Response to "Pengertian Sastra Berdasarkan Para Ahli"
Posting Komentar