Mengenal Macam Dan Jenis Vaksin Untuk Ayam Kampung Dan Cara Menggunakannya

Apakah Ayam Kampung Perlu Diberi Perlakuan Vaksinasi? Apa Saja Jenis dan Macam Vaksin Yang Bisa Digunakan?

Secara umum ayam kampung dipelihara secara tradisional dan sangat sederhana ibarat hanya diumbar dipekarangan dan diberi pakan seadanya. Ayam kampung hanya dianggap sebagai ternak sampingan untuk tabungan atau untuk dipotong sewaktu-waktu dikala dibutuhkan. Ayam kampung ialah sebutan di Indonesia bagi ayam peliharaan yang tidak ditangani dengan cara budidaya massal komersial serta tidak berasal-usul dari galur atau ras yang dihasilkan untuk kepentingan komersial tersebut. Ayam kampung tidak mempunyai istilah ayam kampung petelur ataupun pedaging. Ayam kampung tergolong dalam unggas lokal asli.

Pembagian Golongan Unggas Lokal: Unggas lokal asli, yang kita kenal sebagai rumpun ayam Kampung, ayam Sentul, ayam Pelung, ayam Kedu Hitam, Kedu Putih, ayam Gaok, ayam Gaga, ayam Kokok Balenggek, ayam Ayunai dan rumpun lokal orisinil lainnya yang belum kita ketahui. Unggas lokal pendatang yaitu rumpun unggas introduksi dari luar negeri dan telah berkembang biak di Indonesia hingga generasi kelima atau lebih. Untuk kelompok ini kita mengenal rumpun ayam Merawang, ayam Nunukan, ayam Arab, aneka macam ayam hias, itik Alabio, itik Mojosari, itik Magelang, itik Tegal, puyuh Cortunix corturnix japonica dan rumpun lokal pendatang lainnya yang belum kita ketahui.

Sering timbul pertanyaan dikalangan peternak ayam kampung, apakah ayam kampung ini perlu divaksinasi? Bukankah ayam kampung lebih tahan penyakit kalau dibandingkan dengan ayam Ras? Ternyata tanggapan dari para pakar perunggasan dan pakar veteriner serta dari para peternak yang sudah berpengalaman, perlakuan vaksinasi untuk ayam kampung ialah sangat penting dan sangat dianjurkan untuk dilakukan mengingat seringnya berjangkit pernyakit berbahaya pada unggas dan juga sangat gampang menyerang ayam kampung. Makara sebelum terjadi wabah atau ayam kampung terkena penyakit yang merugikan sebaiknya dicegah dulu dengan melaksanakan vaksinasi terhadap ayam kampung. Apa yang dimaksud dengan vaksinasi sebenarnya?

Vaksinasi merupakan tindakan memasukkan vaksin ke dalam badan ternak untuk melindungi ternak dari penyakit. Vaksin sendiri merupakan mikroorganisme/agen infeksi yang sudah dilemahkan atau dimatikan dan diformulasikan sedemikian rupa yang digunakan untuk infeksi buatan. Fungsinya ialah menggertak pembentukan kekebalan (antibodi) pada ternak sehingga sanggup mencegah infeksi penyakit.

Keberhasilan vaksinasi dipengaruhi beberapa faktor yang sering kita sebut dengan 4M:

• Materi (vaksin dan ayam)
• Metode (program vaksinasi dan teknik vaksinasi)
• Manusia (keterampilan, sikap, dan pengetahuan)
• Milieu/lingkungan (agen penyakit, biosekuriti, dan air)

Vaksin ialah aktivitas santunan kekebalan terhadap virus tertentu. Jenis Vaksin Ayam Kampung ada dua tipe , vaksin live / hidup di lakukan dgn cara tetes mata dan minum dan vaksin kill / mati di lakukan dengan suntik / injeksi. Vaksin tersebut antara lain vaksin AI, gumboro, ND, cacar, IB,dan mareks. Ada juga beberapa vaksin untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh basil ibarat vaksin kolera dan coryza.

Program vaksinasi dan pengobatan ialah keharusan dilakukan yang dilarang ditawar tawar lagi, dilarang dikurangi, dilarang di tunda tunda jadwal pemberianya. Pemberian kekebalan jalan satu-satunya hanya melaksanakan aktivitas vaksinasi yang tepat, cermat dan akurat. Peternak harus disiplin melaksanakan. Dalam pelaksanaan vaksinasi ayam, ada beberapa teknik atau cara yang umum dilakukan antara lain vaksinasi melalui air minum, tetes mata, tetes hidung atau mulut, spray, suntikan dam tusuk sayap. Untuk menghindari ayam yang divaksin mengalami stress, maka ayam perlu mendapat suplai vitamin khususnya vitamin anti stress sebelum dan setelah pelaksanaan vaksinasi.

Berikut ini jadwal, cara dan Jenis Vaksin Ayam Kampung :
UMUR : 3 / 4 HARI VAKSIN : ND / IB TETES MATA
UMUR : 11 HARI VAKSIN : GUMBORO ke1 MINUM 2 DOSIS
UMUR : 18 HARI VAKSIN : ND / IB MINUM 2 DOSIS
UMUR : 24 HARI VAKSIN : GUMBORO KE2 MINUM 2 DOSIS
UMUR : 35 HARI VAKSIN : AI H5 - N9 SUNTIK 1 DOSIS
UMUR : 39 HARI VAKSIN : ND / IB MINUM 2 DOSIS

Perbedaan Antara Vaksin Aktif dan Inaktif
Vaksin aktif berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan. Sediaan vaksin aktif biasanya dalam bentuk kering beku. Sehingga pada aplikasi atau pemakaiannya harus dilarutkan dahulu menggunakan pelarut, sanggup berupa larutan dapar, air biasa (minum) atau aqua destilata. Hal yang perlu diperhatikan dikala vaksinasi dengan vaksin aktif ialah biro infeksi yang terkandung dalam vaksin harus segera masuk ke dalam badan ayam setelah dilarutkan, lantaran biro infeksinya hanya dilemahkan. Vaksinasi harus dilakukan secepat mungkin, dalam waktu kurang dari 2 jam. Setelah vaksin diberikan, maka biro infeksi yang terkandung akan menuju ke sasaran organ kekebalan untuk bermultiplikasi kemudian menuju ke organ limfoid untuk menggertak pembentukan kekebalan.

Vaksin inaktif berisi biro infeksi yang telah diinaktifasi dengan pengertian mikroorganisme tersebut telah dimatikan, namun masih bersifat imunogenik/mampu menggertak pembentukan antibodi. Vaksin inaktif berbentuk emulsi atau suspensi lantaran mengandung adjuvant. Adjuvant merupakan materi yang bersifat non antigenik/tidak berkemampuan merangsang terbentuknya antibodi. Adjuvant ditambahkan dalam vaksin inaktif untuk menambah daya kerja vaksin dengan imbas depo, perembesan bertahap ke dalam sirkulasi darah. Setelah masuk ke dalam tubuh, vaksin inaktif tidak perlu bereplikasi, tetapi eksklusif memacu jaringan limfoid untuk membentuk antibodi.

Toko Obat-obat Hewan dan Vaksin. Program vaksinasi dan pengobatan ialah keharusan dilakukan yang tidak boleh ditawar tawar lagi, dilarang dikurangi, dilarang di tunda tunda jadwal pemberianya. . Pemberian kekebalan jalan satu-satunya hanya melaksanakan aktivitas vaksinasi yang tepat, cermat dan akurat. Peternak harus disiplin melaksanakan.

Catatan penting dikala membeli vaksin ND/IB atau ND Lasota atau ND Clone dll ke toko peternakan (poultry shop). jangan lupa membawa wadah yang kedap udara panas (seperti termos cuek atau kotak box stereoform gabus), semoga kondisi vaksin selama perjalanan pulang dalam kondisi tetap dingin. vaksin bisa disimpan dulu di kulkas di ruangan pendingin (suhu 2-5^C), BUKAN di tempat chiller / pembuat es batu.

Pembelian vaksin bisa agak banyak semoga bisa di stock di kulkas, sehingga pada setiap dibutuhkan sudah ada tersedia dirumah.

Agar vaksin bisa maksimal kesuksesanya maka harus di perhatikan cara memperlakukan vaksin dan cara memperlihatkan vaksin pada ayam
vaksin harus di jaga kualitas nya jgn hingga menurun :
-harus di simpan pada suhu 2-8°C
-jangan hingga Terkena sinar ultraviolet (sinar matahari secara langsung)
-jangan hingga terkotori materi kimia ibarat desinfektan, kaporit, detergent dan lain sebagainya
-Pengenceran jangan berlebihan sewaktu digunakan
-jangan hingga Tercemar logam-logam berat ibarat Zn (seng), Pb (timbal), dan Hg (air raksa)

Sebelum pelaksanaan vaksinasi, perlu diperhatikan faktor-faktor yang sanggup mempengaruhi keberhasilan progr am vaksinasi antara lain :
-Vaksin harus dirawat dan sisimpan dalam keadaan sehat dan tidak dalam kondisi stress
-Ayam yang akan divaksin harus dalam keadaan sehat dan tidak dalam kondisi stress
-Keadaan nutrisi ayam cukup baik
-Keadaan sanitasi sangkar dan lingkungan baik
-Pelaksanaan vaksinasi dalam waktu dan umur yang tepat
-Peralatan untuk vaksinasi dalam keadaan baik dan steril

Saat ini serangan penyakit sudah menyebar hampir ke seluruh wilayah, baik penyakit viral maupun penyakit bakterial. Oleh lantaran itu tindakan pencegahan dengan vaksinasi sangat perlu dilakukan. Dengan aneka macam pertimbangan ibarat :

1. penyakit viral tidak sanggup disembuhkan dengan santunan obat
2. pengendalian terbaik dengan memperlihatkan kekebalan pada ayam
3. adanya penyakit bakterial yang kalau sudah terlanjur menyerang sulit diberantas secara tuntas sehingga gampang muncul kembali (misalnya korisa)
4. serta biaya kesehatan untuk pencegahan lebih murah kalau dibandingkan dengan biaya pengobatan/terlanjur terjadi kasus penyakit

Vaksinasi melalui tetes mata (intraocular), hidung (intranasal), dan mulut. Pelaksanaan vaksinasi melalui tetes mata, hidung, dan verbal biasanya untuk ayam yang berumur di bawah 1 ahad dengan maksud untuk mencegah netralisasi vaksin oleh antibody maternal (bawaan dari induk). Cara ini cukup memakan waktu dan tenaga lantaran dilakukan per ekor ayam, tetapi kelebihannya sangat efektif lantaran takaran tepat dan merata untuk setiap ayam. Untuk mempercepat pelaksanaan vaksinasi sebaiknya dilakukan secara bahu-membahu (lebih dari dua orang).

Langkah-langkah pelaksaaannya ialah sebagai berikut:

• Pelarut dimasukkan ke dalam botol vaksin setengahnya, kemudian kocok hingga tercampur rata, usahakan jangan hingga berbuih
• Campuran larutan dan vaksin yang sudah rata pada botol tersebut dimasukkan lagi ke dalam botol pelarut dan kocok lagi perlahan semoga tercampur rata
• Teteskan satu persatu pada ayam melalui mata atau hidung atau mulut, jangan tergesa-gesa tunggu hingga betul-betul masuk

Vaksin santunan dengan cara di minumkan. Untuk vaksin yg Pemberian pada ayam melalui air minum diberikan double dosis. Misal ayam yang akan divaksin minum berjumlah 400 ekor maka bisa diberikan vaksin 2x takaran atau 800 takaran (800 takaran tidak ada) maka diberikan 1.000 dosis. Pemberian double takaran ini semoga ayam yang minum sedikit atau belakangan tetap mendapat vaksin 1 dosis.

1. pagi hari ayam di-PUASA-kan minum dulu. semua tempat minum baik ember, galon, atau selokan minum harus dikuras airnya hingga bersih. Terus dibiarkan kosong kering hingga sekitar 3 jam atau hingga jam 9 10 pagi. (ayam akan kehausan sehingga pada dikala nanti diberikan vaksinasi minum secara barengan).
2. Men-CAMPUR vaksin dengan air minum. Ambil bejana atau timba kemudian isi dengan air sumur. Jumlah air minum diperkirakan sekitar 100 cc / ekor, jadi kalau misal 400 ekor x 100 cc = 40 liter air minum. Kalau ada air sumur ini bisa ditambah dengan susu skim untuk menetralkan kandungan air dari logam yang terkandung dalam air. Kemudian vaksin (ND/IB atau ND Lasota atau ND Clone) yang dihitung dan disiapkan double takaran diambil dari kulkas, kemudian tutup dibuka, kemudian direndam dalam air minum yang sudah disiapkan hingga virus yang berupa gumpalan (seperti tepung) bisa larut bercampur dengan air. Aduk secara perlahan sehingga bisa tercampur merata. Air larutan vaksin sudah siap diberikan.
3. Pada dikala proses santunan larutan vaksin minum ini diharapkan tempat minum lebih banyak (tempat minum ditambah banyak), dengan tujuan semoga semua ayam yang dalam kondisi kehausan bisa minum berbarengan tidak berebut minum. Atur sedemikian rupa semoga larutan vaksin tidak tumpah semoga proses vaksinasi bisa sempurna. Teliti apabila ada ayam yang malas minum semoga bisa minum, atau atur semoga ayam yang terlalu rakus minum minggir ganti ayam lain bisa minum.
4. Biarkan angsa minum larutan vaksin hingga (hampir) habis. Pada tempat minum yang hampir habis bisa diganti atau eksklusif ditambah isi dengan air sumur. Demikian seterusnya hingga semuanya tempat minum diisi atau ditambah air minum sumur.
5. Bekas botol vaksin disingkirkan musnahkan dengan cara ditanam dalam tanah dengan kedalaman minimal 30 cm.

Vaksinasi dengan cara penyuntikan. Vaksinasi yang dilakukan dengan cara menyuntikkan vaksin, lokasi penyuntikan sanggup di kawasan di bawah kulit (subcutan) yaitu pada leher belahan belakang sebelah bawah dan pada otot (intramuscular) yaitu pada otot dada atau paha. Langkah-langkah pelaksanaannya ialah sebagai berikut :
Alat suntik yang akan digunakan harus higienis dari sisa pemakaian sebelumnya, kemudian lepaskan bagian-bagian alat suntik dan sterilkan lebih dulu dengan cara direbus selama 30 menit dihitung mulai dikala air mendidih
Kocok terlebih dahulu vaksin dengan hati-hati hingga tercampur rata (homogen) sebelum digunakan
Suntikkan vaksin pada ayam dengan hati-hati sesuai dengan takaran yang telah dianjurkan. Untuk 1000 takaran vaksin dilarutkan dalam 500 cc aquades, untuk 500 takaran vaksin dilarutkan dalam 250 cc aquades dan demikian seterusnya. Setiap ekor ayam disuntik dengan takaran 0,5 cc pada otot dada
Vaksinasi dengan cara penyuntikan harus dilakukan sevara hati-hati. Bila dilakukan dengan ceroboh mengakibatkan kegagalan dan akan berakibat fatal. Akibat fatal yang mungkin terjadi antara lain ayam menjadi stress sehingga tamat hidup tinggi pasca penyuntikan, leher terpuntir (tortikolis), terjadinya abuh (kebengkakan) pada leher, terjadi infeksi basil secara gabungan dan ayam menjadi mengantuk kurang bergairah.

Keberhasilan vaksinasi dipengaruhi beberapa faktor yang sering kita sebut dengan 4M:

• Materi (vaksin dan ayam)
• Metode (program vaksinasi dan teknik vaksinasi)
• Manusia (keterampilan, sikap, dan pengetahuan)
• Milieu/lingkungan (agen penyakit, biosekuriti, dan air)

Dalam melaksanakan aktivitas vaksinasi ND peternak disediakan dalam 2 (dua) pilihan jenis vaksin yaitu vaksin ND aktip (virus ND dalam keadaan hidup) dan vaksin ND inaktip ( vaksin killed yaitu vaksin dengan virus dalam kondisi mati).

Penggunaan dan hasil kekebalan yang didapat dari kedua jenis vaksin ini berbeda. Kalau vaksin ND aktip hasil kekebalan diperoleh seketika pada dikala vaksin diberikan pada ayam dan titer kekebalan yang dihasilkan tinggi. Pemberian vaksin ND aktip biasa dilakukan secara : tetes mata, tetes verbal atau melalui air minum. Namun vaksin ND aktip ini hasil kekebalan yang dihasilkan tidak bisa usang bertahan lantaran sifat kekebalan yang dihasilkan sebagai pertahanan pertama (penjaga) kekebalan, jadi apabila terjadi serangan virus ND pada ayam maka yang ‘melawan’ pertama ialah hasil kekebalan dari vaksin ND aktip. Dalam kondisi normal kekebalan dari vaksin ND aktip bisa bertahan baik selama maksimal 2 (dua) bulan.

Sedang vaksin ND inaktip hasil kekebalan yang diperoleh gres sekitar 14 hari setelah diberikan. Pemberian vaksin ND inaktip selalu dengan cara disuntikan / injection : bawah kulit leher (waktu doc) dan suntik dada / paha pada umur remaja atau dewasa. Kekebalan yang didapatkan tidak terlalu tinggi tetapi bisa bertahan hingga 6 (enam) bulan lantaran sifat kekebalan yang diperoleh ialah sistem deposit yaitu hanya digunakan waktu darurat apabila kekebalan dari hasil vaksinasi ND aktip tidak cukup.
Makara sifat dari hasil vaksinasi ND inaktip ialah pertahanan terakhir terhadap serangan virus ND. Kombinasi aktivitas vaksinasi ND aktip dan sekaligus vaksinasi ND inaktip akan menghasilkan kekebalan yang sempurna. Meski terjadi serangan yang andal dari virus ND, apabila ayam sudah diprogram vaksinasi kombinasi ND aktip / inaktip maka ayam dipastikan selamat dan tidak mengalami tamat hidup berarti (sedikit).

Dalam santunan vaksin ND aktip via minum peternak disediakan 2 (dua) pilihan yaitu vaksin ND Lasota aktip dan vaksin ND Lasota Clone. Jenis vaksin ND Lasota Clone ini sebetulnya sama dengan vaksin ND Lasota aktip tetapi punya kelebihan yaitu sifat vaksin aktip yang schoking (mendobrak / mengguncang) sudah dilemahkan / dihilangkan sehingga imbas vaksinasi yaitu stress sudah tidak ada. Vaksinasi menggunakan ND Clone dianjurkan untuk jadwal vaksinasi ulangan dan digunakan apabila kondisi ternak ayam kita kurang sehat. Dalam kondisi ayam kurang sehat apabila divaksin ulang ND aktip akan timbul stress yang mengakibatkan beberapa tamat hidup post habis vaksinasi. ND Clone ialah solusi pilihan vaksinasi ulang baik ayam dalam kondisi sehat atau kurang sehat.
dan yg terakhir kita harus perhatikan Cara mencegah terjadinya kegagalan vaksinasi antara lain :
-Vaksin aktif harus disimpan dalam suhu 2-8°C
-Jaga kebekuannya (dalam kondisi beku kering)
-Jangan membuka vial vaksin atau botol kemasan apabila belum siap benar akan digunakan
-Campurkan vaksin sesegera mungkin bila akan digunakan
-Lakukan vaksinasi dengan takaran yang tepat
-Ikuti petunjuk dan mekanisme dari pabrik asal pembuat vaksin
-Jangan terburu-buru dalam melaksanakan vaksinasi (asal cepat)
-Vaksin harus tercampur secara merata (homogen)
-Air yang digunakan untuk melarutkan vaksin harus bebas dari desinfektan

Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Vaksinasi

Agar kekebalan hasil vaksinasi optimal, sebaiknya dikala melaksanakan vaksinasi perlu memperhatikan hal-hal berikut:

• Jangan gunakan vaksin kalau botol retak atau segel rusak serta catat nomer batch vaksin dan perhatikan tanggal kedaluwarsanya
• Ayam yang akan divaksin dalam kondisi sehat. Misalnya kalau ayam sedang terkena korisa, sebaiknya dilakukan pengobatan terlebih dahulu
• Gunakan teknik vaksinasi sesuai tawaran (tepat teknik) dan kalau menggunakan alat suntik, pastikan alat suntik yang digunakan steril
• Pastikan setiap ekor mendapat takaran yang sama dan seragam. Saat vaksinasi, hindari perlakuan kasar yang mengakibatkan ayam stres atau salah suntik dan tidak tergesa-gesa, tidak ada ayam “lolos” tidak tervaksin serta perhatikan batas waktu vaksin setelah dilarutkan

Beberapa faktor yang sanggup mengakibatkan ketidak-keseragaman dosis, yaitu :

• Lama pelaksanaan vaksinasi lebih dari 2 jam semenjak vaksin dilarutkan, sehingga ada kemungkinan biro infeksi dalam vaksin menjadi mati yang berakibat ayam yang divaksin belakangan tidak mendapat takaran minimal yang diperlukan
• Terdapat buih pada alat suntik sehingga volume larutan vaksin tidak terisi penuh
• Vaksin yang sudah di-thawing diletakkan kembali di suhu dingin
• Saat vaksinasi, biro infeksi yang terkandung dalam vaksin terkena suhu tinggi (terlalu bersahabat dengan pemanas atau kontak dengan sinar matahari)
• Larutan vaksin terkotori desinfektan/logam berat/kaporit, pH pelarut yang sangat rendah (pH asam) atau sangat tinggi (pH basa)
• Tiga hari sebelum dan setelah vaksinasi, berikan vitamin atau imunomodulator (bahan alami/buatan yang sanggup meningkatkan fungsi sistem kekebalan) ibarat Imustim untuk daya tahan dan hasil optimal.

Sekilas Sejarah Tentang Ayam Kampung:

Ayam lokal pada awalnya dikenal awalnya ialah ayam kampung, lantaran kebanyakan ayam ini diperoleh dari kampung-kampung di perdesaan. Nama ini kemudian dirasakan kurang pas, lantaran berkonotasi dengan istilah kampungan. Kemudian muncul istilah ayam sayur di kalangan akademisi. Rupanya istilah ayam sayur inipun dirasa kurang tepat, lantaran toh semua ayam bisa menjadi masakan (sayur). Ayam impor yang dikala itu sudah berkembang luas diberi nama ayam negeri, lantaran ayam tersebut merupakan keturunan dari induk bapaknya yang diimpor dari luar negeri diantaranya Jepang, USA, Eropa. Istilah ayam negeri cukup usang digunakan masyarakat, terutama di pulau Jawa pada sekitar tamat tahun 1960 hingga awal tahun 1980.

Mungkin istilah ayam negeri pun kurang pas, sehingga pada awal tahun 1980-an keluar nama ayam ras, yakni ras pedaging dan petelur. Adanya aktivitas pemerintah melalui Direktorat Jenderal Peternakan pada awal tahun 1980-an dalam rangka pengembangan, ayam kampung diberi nama ayam buras, sebagai tandingan terhadap istilah ayam ras yang sudah memasyarakat. Program pemerintah pada dikala itu memanfaatkan ayam-ayam kampung yang diperoleh dari masyarakat pedesaan atau dari pasar. Program yang populer dikala itu ialah INTAB akronim dari intensifikasi ayam buras.

Buras merupakan akronim dari ayam bukan ras. Penamaan ayam ras dan buras bertahan hingga awal-awal tahun 2000-an dan mulai memudar setelah adanya istilah ayam lokal dari akademisi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Ibu Prof. Dr. Ir. Supraptini Mansjoer, kemudian diturunkan kepada muridnya Dr. Ir Tike Sartika, sehingga pada tahun 2007 Dr. Tike Sartika dan Dr. Sofjan Iskandar menggunakan istilah ayam lokal dalam buku Mengenal Plasma Nutfah Ayam Indonesia dan Pemanfaatannya cetakan Balai Penelitian Ternak, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, yang juga sempat diperbanyak cetakannya oleh Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) pada tahun 2008. (sumber : www.poultryindonesia.com)

Diolah dari aneka macam sumber

Sumber http://ternakdanburung.blogspot.com

Share this post