iklan

Sebuah Cerpen Yang Mungkin Lagi Resah Cinta Pertamaku

                                                     CINTA PERTAMAKU


Cinta, saya tidak begitu paham apa itu cinta. Bicara soal cinta saya benar-benar payah. Hal yang konyol di usiaku yang 20 tahun saya belum pernah pacaran. Menyedihkan, bukan? Apa saya tidak laris atau saya gadis tak normal? Haha, jangan hingga itu terjadi dalam hidupku. Tapi apa saya pernah Jatuh Cinta?
Entahlah saya tak yakin apa saya jatuh cinta. Ada seseorang yang menarik perhatianku hingga kini dan saya belum bisa melupakannya. Dia sobat sekelasku, 3 tahun sekelas bukankah waktu yang cukup usang untuk saling mengenal. Tapi tidak dengan kami berdua, beliau laki-laki pendiam bahkan sangat pendiam. Jangankan untuk mengobrol menyerupai yang lain betegur sapa saja bisa ku hitung berapa kali.
Andrean Girsang namanya, laki-laki keturunan Batak, beliau siswa satu-satunya berbeda doktrin dengan kami mungkin hal itulah yang membuatnya sedikit pendiam. Tampan, rajin, pandai bermain banyak sekali alat musik, ditambah suaranya yang merdu gadis mana yang tidak tegila-gila padanya, tapi tidak denganku semenjak beliau meperkenalkan diri di depan kelas saya tidak begitu tertarik dengannya. Tapi suatu hari entah setan apa yang merasukinya, atau beliau geger otak, atau beliau salah makan entah apalah itu. Dia berubah.
Ruang kesenian begitu ramai, bunyi riuk pikuk terdengar di setiap sudut ruangan. Pinjam ini, pinjam itu semua nampak begitu riuh. Aish, saya mendesah kesal mendapati kuasku satunya hilang. Ratih seingatku beliau yang meminjamnya, saya segera menghampirinya dengan wajah kesal. “Aish kamu ini kalau sudah dikembalikan.” Gerutuku kesal.
“Hehehe. Maaf Mega lupa.” Rengeknya manja. Aku kembali lagi ke tempatku dan melewati Andre.
“Jangan lihat.” Aku terkesiap kaget ketika beliau menutupi lukisannya dengan badannya.
“Hah. Siapa yang mau lihat orang cuma lewat doang.” Ucapku seraya pergi.
Bukan Mega jikalau tidak jail, saya membalikkan badanku hendak melihat lukisannya tapi usahaku gagal.
“Apa?” Pekiknya sedikit keras.
“Aish.” Aku kali ini benar kembali ke tempatku, entah semenjak kapan beliau mengikutiku.
“Wow. Jelek sekali.” Aku terkejut dengan sigap saya menutupi lukisanku dengan badanku sama menyerupai yang beliau lakukan tapi bandannya lebih tinggi bisa menepisku.
“Kau? Sejak kapan kamu di sini?”
“Jelek…” Ejeknya pada lukisanku.
Aku berlari ke kawasan beliau tadi berharap sanggup membalasnya ejekannya, namun nihil lukisannya tak ada lagi di tempat. Dengan raut yang kesal saya kembali ke tempatku dan masih diikuti olehnya. “Jelek…” Lagi-lagi kata itu ke luar dari bibirnya.
“Masa udik yang penting saya buat.” Cecarku kesal.
“Jelek… Jelek banget.” Terus dan terus beliau mengejek lukisanku, tapi herannya saya bukan kesal malah ketawa alasannya saya tidak pungkiri jikalau lukisanku memang Jelek.
“Cie… Cieee… Ciee…” Kami melongo ketika undangan sorak teman-teman kepada kami.
“Cie, Mega sama Andre pacaran ya?” Goda Riani sobat karibku.
“Apa sih, emang kita ngapain?” Jawabku sedikit gugup.
Kami kembali membenarkan posisi, saya kembali menghadap lukisanku, dan beliau kembali ke tempatnya.
Wajahku sedikit merona saya bisa rasakan dari hawa yang ku rasakan begitu panas.
Sejak bencana itu beliau benar-benar telah berubah. Setiap kali bertemu denganku beliau selalu mengejekku, beliau bahkan berani minta tulis padaku, dan hal apapun yang saya lakukan niscaya jadi materi ejekannya. Dengan perubahannya harusnya saya senang setidaknya ada perubahan pada dirinya, tapi kenapa saya merasa sedih. Iya, saya murung semakin hari saya bersamanya ada sesuatu yang mengusik hatiku yang amat saya sadari itu. Cinta. Aku jatuh cinta padanya haruskah itu terjadi, mengingat siapa aku, siapa dia, apa rasa ini boleh terjadi?

Sumber http://andrisubiyantoro.blogspot.com

0 Response to "Sebuah Cerpen Yang Mungkin Lagi Resah Cinta Pertamaku"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel