iklan

✔ Kasus Pemberdayaan Masyarakat


Soal 
Cari sebuah kasus pemberdayaan masyarakat(dapat bersifat pemberdayaan sosial, ekonomi, pendidikan, politik) dalam hal :
a.         Paradigma dan Proses Pemberdayaan
b.         Prinsip dan Peran Pemberdayaan
c.         Perencanaan, Pelaksanaan, Mentoring dan Evaluasi

Jawaban :
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM DESA WISATA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Jika diberdayakan untuk mengelola suatu acara program, kenyataanya masyarakat pedesaan bisa mengatasi duduk kasus yang dihadapi. Sebagaimana dalam acara acara desa wisata, baik yang di desa Sendari maupun Ketingan, masyarakat desa semakin siap dengan sumber daya yang dimiliki. Kesiapan mereka dalam menangani acara desa wisata disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, sebelum dicanangkan menjadi desa wisata, masyarakat desa telah memperoleh pembinaan nonformal dari beberapa instansi pemerintah. Pembinaan ini dialami masyarakat desa Sendari yang menerima pembinaan atau training dari instansi perindustrian, dan kemudian menerima training lagi dari departemen pariwisata. Kedua, peningkatan sumber daya masyarakat desa bukanlah lantaran menerima pembinaan atau pelatihan, akan tetapi ketekunannya dalam mengelola acara desa wisata. Ketekunan ini dialami masyarakat desa Ketingan, sehabis desanya dicanangkan menjadi desa wisata, maka setiap ada kunjungan wisata dari para wisatawan selalu diadakan penilaian bersama.
Kesanggupan masyarakat desa untuk meningkatkan sumber dayanya ini memperlihatkan bahwa mereka bisa sanggup berdiri diatas kaki sendiri dan yang penting mereka cepat tanggap dikala terdapat suatu acara kegiatan yang memerlukan penanganan atau pengelolaan dengan persiapan matang. Hal ini bisa menangkis sinyalemen bahwa keterbelakangan bangsa Indonesia alamat utamanya selalu ditujukan kepada desa-desa beserta masyarakatnya (Rahardjo, 2004: 4). Masyarakat Ketingan semakin hari tambah trampil dalam melayani para wisatawan. Mereka telah diberdayaakan sesuai dengan situasi dan kondisi desanya.
Situasi dan kondisi desa yang merupakan daya dukung untuk mewujudkan desa wisata yang representatif merupakan idam-idaman masyarakat pedesaan sekarang. Buktinya semakin hari banyak desa yang tadinya gres pada taraf embrio desa wisata, kini sudah benar-benar menjadi desa wisata. Di Propinsi Daerah spesial Yogyakarta (DIY) yang tadinya terdapat 42 desa wisata (Baparda DIY, 2005), kini sudah bertambah menjadi 50-an desa wisata. Munculnya banyak desa wisata lebih banyak di tempat Sleman, mengingat tempat ini termasuk tempat subur lingkar lereng gunung Merapi, artinya alam lingkungan yang mendukung ibarat air, sawah, tegalan, flora, fauna, dan banyak sekali jenis tradisi ritual dan seni-budaya banyak dijumpai di tempat ini. Padahal suatu desa bila digali akan sanggup menghasilkan banyak sekali aspek, antara lain aspek alamiyah, sosial, budaya, dan ekonomi. Hal ini sanggup dijumpai pada desa-desa yang mengandung potensi sumber daya, sebagaimana terdapat di wilayah pedesaan Propinsi Daerah spesial Yogyakarta (DIY).
Pengembangan menjadi desa wisata didasarkan atas potensi atau daya dukung yang dimikliki, serta mencerminkan cirikhas masing-masing desa, antara lain: flora, fauna, rumah adat, pemandangan alam, iklim, makanan tradisional, kerajinan tangan, seni tradisional, dan sebagainya. Potensi yang dimiliki kemudian digarap sedemikian rupa dengan tidak lupa memberdayakan masyarakat desanya sendiri. Hasilnya diperlukan sanggup bermanfaat untuk membangun desa dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
Dengan demikian desa yang tadinya tidur, dibangunkan untuk diberdayakan dengan memanfaatkan kemampuan masyarakatnya, menjadi desa wisata yang produktif. Hal tersebut bekerjsama merupakan modal tersembunyi (hidden capital) yang perlu ditumbuhkan.
Memperhatikan banyaknya potensi yang dimilki desa ibarat itu, mestinya sanggup menangkal masyarakat yang hendak melaksanakan urbanisasi ke kota guna mencari pekerjaan yang dianggap lebih layak dibanding dengan di desanya. Di samping banyaknya potensi alam lingkungan dan seni-budaya, masyarakat desa harus siap diberdayakan, lantaran percuma bila mempunyai banyak potensi di desa sementara masyarakat tidak bisa mengelolanya, dan hanya diserahkan kepada suatu Event Organizer. Dalam kasus desa wisata Ketingan merupakan prestasi sendiri bagi masyarakatnya. Hal ini disebabkan lantaran mereka sangat ulet sehabis diberdayakan untuk mengelola desa wisata. Bila masyarakat desa telah siap diberdayakan, maka desa itu akan maju. Meskipun demikian masih ditemukan banyaknya cowok desa berbondong-bondong ke kota, lantaran desa dianggap tidak menjanjikan (Wahono, 2007).
Ditinjau dari segi perekonomian kerakyatan, desa wisata ibarat Ketingan yang menonjolkan pesona alam memperlihatkan banyak sekali manfaat yang sanggup dinikmati oleh masyarakatnya. Dalam prosedur pasar tradisional tidak tergantung pada duduk kasus ekspor-impor dan modal yang diberi pinjaman negara maju. Dalam prosedur tersebut, jenis barang, tempat, penjual, dan pembeli semuanya mempergunakan tenaga, modal, uang masyarakat. Tidak ada imbas dari prosedur pasar global, artinya baik barang maupun uang semuanya berasal, mengalir, dan kembali ke masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa menyebarkan perekonomian masyarakat sama saja dengan mengandalkan perekonomian dalam negeri, dan sama sekali tidak tergantung dari pihak luar. Bila perekonomian rakyat bisa berkembang besar tentu saja Indonesia tidak akan menggantungkan aspek perekonomiannya dari luar negeri. Program desa wisata intinya juga sanggup menjadi fundamen perekonomian kerakyatan. sebuah acara pariwisata dengan modal dan lahan yang telah tersedia, contohnya sawah, tegalan, kali, kerajinan, satwa, makanan tradisional. Modal yang ditawarkan tidak harus disertai dengan pemanis biaya, ibarat penuruanan dana dari bank untuk membangun sarana-prasarana semoga dianggap lebih indah. Justru dengan dibangun atau direhapnya modal yang tersedia akan menciptakan sifat artifisial dan ketidakaslian lokasi pedesaan. Hal ini disebabkan minat para wisatawan sudah mulai bergeser kembali untuk melihat tempat-tempat dan acara tradisi yang masih mengandung nuansa asli. Demikian juga tenaga untuk mengelola desa wisata tidak perlu mendatangkan tenaga gila dengan biaya tinggi, tetapi cukup memberdayakan masyarakatnya sendiri yakni masyarakat desa. Mereka inilah yang mengetahui secara mendalam perihal citra situasi-kondisi isi desa wisata. Oleh lantaran itu, memberdayakan masyarakat desa untuk menyukseskan desa wisata merupakan keniscayaan.
Jika desa wisata digalakkan secara optimal merupakan pasar tersendiri di masa depan, mengingat suatu acara pariwisata selalu mengandung unsur-unsur: pengelola, atraksi, transportasi, dan konsumsi, yang berarti mengandung pinjaman tenaga kerja dari banyak sekali bidang. Dengan tegas desa wisata sanggup mengurangi pengangguran. Dalam konstruksi Robot (2001: 4) setiap desa yang menyelenggarakan acara desa wisata harus mengusahakan faktor-faktor pendukung untuk mendampingi objek wisata yang diunggulkan. Faktor-faktor pendukung itu antara lain sarana transportasi, akomodasi, konsumsi, dan toko cinderamata khas desa setempat yang harus disiapkan. Jika demikian, desa wisata menjadi benar-benar representatif, dan siap dikunjungi oleh para wisatawan terutama berasal dari mancanegara.
Jika acara desa wisata telah mengandung unsur-unsur tersebut tentu akan menjadi perekonomian kerakyatan yang memadai. Dengan demikian perputaran uang kita tidak keluar, tetapi di dalam negeri sendiri, dan tentu untuk kesejahteraan masyarakat sendiri. Berkaitan dengan krisi ekonomi global, sesunguhnya acara desa wisata sanggup dijadikan sebagai perlawanan untuk menangkis efek krisis ekonomi global yang sulit dicari kapan penyelesaiannya.

Analisis :
a.         Paradigma dan proses pemberdayaan
Jadi, dari pembahasan diatas sanggup disimpulkan bahwa masyarakat desa Sendari maupun Ketingan sudah bisa untuk menyebarkan dan meningkatkan desanya sendiri dengan ketekunannya dalam mengelola acara desa wisata. Dengan adanya kesanggupan dan harapan dari masyarakat tersebut untuk meningkatkan sumber daya yang ada, maka sanggup dikatakan bahwa masyarakat desa tersebut bisa untuk melaksanakan kegiatan tersebut semoga sanggup memsejahterakan masyarakat desanya sendiri.
Proses pemberdayaan yang diperoleh masyarakat desa yakni pembinaan nonformal dari beberapa instansi pemerintah. Peningkatanya sumber daya masyarakat desa bukan hanya lantaran menerima pembinaan atau pelatihan, akan tetapi ketekunannya dalam mengelola acara desa wisata. Maka dengan begitu masyarakat desa tersebut sudah dikatakan bisa untuk meningkatkan desanya demi generasi selanjutnya.
b.         Prinsip dan Peran Pemberdayaan
Masyarakat berpartisipasi untuk memberdayakan desanya dengan tujuan ingin meningkatkan perekonomian kerakyatannya. Didalam melaksanakan pemberdayaan ini melibatkan tenaga masyarakat dan sumber daya yang ada demi kesejahteraan desa tersebut.
Didalam tugas pemberdayaan, instansi pemerintah telah memperlihatkan pembinaan nonformal untuk masyarakat desa. Pembinaan ini dialami masyarakat desa yang menerima pembinaan atau training dari instansi perindustrian, dan kemudian menerima training lagi dari departemen pariwisata. Dengan adanya pembinaan yang diberikan oleh instansi pemerintah, maka terjadi peningkatan yang baik untuk mesejahterakan dan  memperlihatkan kebebasan kepada masyarakatnya untuk lebih berkreatifitas lagi.
c.         Perencanaan, Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi Pemberdayaan.
Hal ini memperlihatkan bahwa instansi pemerintah telah memperlihatkan pengetahuan kepada masyarakat tersebut semoga mereka sanggup melaksanakan acara acara desa wisata, tetapi bukan hanya itu dengan adanya ketekunan yang dilakukan masyarakat mengakibatkan dampak positif yang dihasilkanny. Disini pemerintah memantau jalannya perkembangan atau pengingkatan desa tersebut didalam bidang ekonomi dari hasil pembinaan dalam pemberdayaan masyarakat desa dalam pelaksanaan acara acara desa wisata didaerah DIY.
Pelankasaan dalam pelaksaan acara tersebut berhasil disampaikan dan dilakukan kepada masyarakat desa tersbut, lantaran mereka berkeinginan perekonomian desanya meningkat dan menjadi desa yang sejahtera.
Maka dari itu perlu diberdayakan desa-desa lain untuk mengelola suatu acara acara yakni dengan cara masyarakat desa bisa melaksanakan acara acara tersebut demi kesejahteraan bersama. Kesanggupan masyarakat desa untuk meningkatkan sumber dayanya yakni dengan memperlihatkan bahwa mereka bisa untuk menjalankan acara acara ini dan mereka siap dikala suatu acara kegiatan yang memerlukan penanganan atau pengelolaan yang lebih dalam lagi.
Dengan adanya pemberdayaan masyarakat desa ini sangat bermanfaat bagi mereka untuk lebih berkreativitas lagi dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada dengan menghasilkan laba hemat yang sanggup menambah kesejahteraan hidupnya.

Sumber http://indaharitonang-fakultaspertanianunpad.blogspot.com

0 Response to "✔ Kasus Pemberdayaan Masyarakat"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel