Kunci Balasan Sejarah Esis Kelas X Pecahan 2
Kunci Jawaban
A.
1. e 11. a
2. a 12. e
3. c 13. a
4. a 14. d
5. d 15. b
6. c 16. d
7. a 17. c
8. c 18. c
9. a 19. d
10. c 20. b
B.
1. Ciri-ciri dari tradisi mulut adalah:
- Pesan-pesan disampaikan secara lisan, baik melalui ucapan, nyanyian maupun musik.
- Tradisi mulut berasal dari generasi sebelum generasi kini (paling sedikit satu generasi sebelumnya). Hal itu memperlihatkan fungsi pewarisan pada tradisi lisan.
2. Dua dimensi kisah dan dongeng dalam tradisi mulut adalah:
- Dimensi kisah, berupa kisah perorangan atau kelompok ialah kisah tentang insiden di sekitar kehidupan kelompok. Inti kisah ini bergotong-royong merupakan fakta tertentu yang diselimuti banyak sekali unsur dimensi magis religius sebagaimana yang mereka percayai.
- Cerita kepahlawanan menggambarkan tindakan kepahlawanan yang mengagumkan bagi kelompok pemiliknya. Cerita ini biasanya berpusat pada tokoh-tokoh tertentu. Selain mempunyai dimensi historis lantaran faktanya sanggup ditelusuri, cerita kepahlawanan juga mempunyai dimensi magis religius.
3. Perbedaan antara monogenesis dan poligenesis adalah:
- Monogenesis ialah suatu inovasi yang diikuti oleh proses difusi atau penyebaran.
- Poligenesis ialah akhir adanya penemuan-penemuan sendiri atau yang sejajar terhadap motif-motif dongeng yang sama di tempat-tempat yang berlainan serta alam masa yang berlainan atau pun bersamaan.
4. Ciri-ciri yang harus diperhatikan dalam mengenali sebuah folklore adalah:
- Folklore biasanya menyebar dan diwarisi secara lisan.
- Folklore bersifat tradisional. Hal ini terlihat dari sistem penyebarannya yang relatif tetap.
- Folklore ada dalam versi yang berbeda lantaran penyampaiannya secara lisan memungkinkan adanya perubahan di dalamnya.
- Folklore bersifat anonim lantaran nama penciptanya tidak diketahui lagi.
- Folklore memiliki bentuk yang biasanya mempunyai rumus atau berpola. Hal ini, terlihat dalam dongeng rakyat yang selalu memakai kata-kata klise, seperti ”bulan empat belas hari” untuk menggambarkan kecantikan seorang gadis atau memakai kata-kata pembukaan dan epilog yang baku, menyerupai ”menurut empunya cerita... mereka pun mengalami kesengsaraan...”
- Folklore mempunyai suatu fungsi dalam kehidupan bermasyarakat. Misalnya, cerita rakyat yang sangat berkhasiat sebagai alat pendidik, protes sosial, dan proyeksi dari impian yang terpendam.
- Folklore bersifat pralogis lantaran logikanya sendiri tidak sesuai dengan logika umum.
- Folklore menjadi milik bersama masyarakat tertentu. Hal ini lantaran penciptanya yang pertama tidak diketahui lagi. Maka, semua anggota masyarakat itu merasa memilikinya.
- Folklore pada umumnya bersifat polos dan lugu walaupun sering kali kelihatan garang dan terlalu spontan.
5. Kelompok golongan legenda berdasarkan Jan Harold Brunvand adalah:
- Legenda keagamaan. Yang termasuk kelompok golongan legenda ini, antara lain legenda orang-orang saleh dan suci dari suatu agama.
- Legenda alam gaib. Legenda menyerupai ini biasanya berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami oleh seseorang. Fungsinya ialah untuk meneguhkan kebenaran ”takhayul” atau kepercayaan rakyat.
- Legenda perseorangan. Cerita perihal tokoh-tokoh tertentu. Cerita tersebut dianggap oleh yang empunya dongeng benar-benar pernah terjadi.
- Legenda setempat. Yang termasuk ke dalam golongan legenda setempat adalah dongeng yang berafiliasi dengan suatu tempat, nama tempat, dan bentuk tipografi.
6. Runutan perkembangan kesusasteraan tertulis Indonesia adalah:
- Kesusasteraan Mataram. Hasil karyanya yang tertua ialah Shang Hiang Kamahayanikan yang ditulis oleh Sambara Suryawanasa. Di dalam kitab ini, dikisahkan problem aliran dan ibadah agama Buddha Tantrayana.
- Zaman Kediri mempunyai hasil karya, yakni Arjuna Wiwaha karangan Mpu Kanwa, Kresnayana karangan Mpu Dharmaja, dan Bharatayudha karya Mpu Sedah yang kemudian diselesaikan oleh Mpu Panuluh.
- Zaman Majapahit I mempunyai karya sastra Negarakertagama karangan Mpu Prapanca perihal raja-raja Singasari dan raja-raja Majapahit. Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular.
- Zaman Majapahit II mempunyai karya sastra kitab Pararaton dan Bubhuksah. Kitab Pararaton berisi kisah perihal mitos dari Ken Arok hingga selesai Majapahit. Sementara itu, Bhubuksah berisi kisah perihal dua bersaudara yang mencapai kesempurnaan.
7. Penjelasan mengenai tiang bertulis di Kutai dan kerikil bertulis dari Tarumanegara ialah sebagai berikut:
- Tiang bertulis di Kutai. Pada lembah sungai Mahakam di Kalimantan Timur, ditemukan tujuh buah tugu kerikil yang digambarkan sebagai yupa, tempat mengikat hewan-hewan yang akan dipersembahkan. Pada tugu-tugu kerikil ini, tertulis sajak- sajak dalam bahasa sansekerta yang mengisyaratkan persembahan besar-besaran. Persembahan ini utamanya terdiri atas binatang ternak, tetapi terdapat pula binatang lain, menyerupai kuda yang diberikan kepada para Brahmana sebagai balas jasa atas kehadiran mereka dalam ritual tersebut sebagai wakil dari Raja Mulawarman. Tulisan pada tiang-tiang ini memperlihatkan waktu penulisannya, yakni pada pertengahan kedua kala ke-4. Namun, sebuah geonologi yang terdapat di dalamnya memperlihatkan bahwa kerajaan tersebut kemungkinan telah berdiri satu kala lebih awal.
- Batu bertulis dari Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara yang berada di Jawa Barat berkembang di bawah kepemimpinan Raja Purnawarman pada kala ke-5. Nama raja ini terdapat dalam sejumlah kerikil bertulis yang salah satunya ditemukan dalam sebuah kerikil besar yang terdapat di tengah-tengah aliran sungai. Bekas telapak kaki sang raja pada kerikil ini mungkin sebagai tanda yang menandai daerah taklukkan atau wilayah kekuasaannya. Pada goresan pena dalam prasasti itu, Raja Purnawarman membandingkan bekas telapak kakinya dengan bekas telapak kaki Wisnu, yang kuasa dalam aliran Hindu. Sebuah kerikil memperlihatkan bekas telapak kaki gajah milik raja yang diduga didatangkan dari Sumatera mengingat semenjak zaman Prasejarah tidak ditemukan gajah liar di Pulau Jawa. Peninggalan Purnawarman yang paling penting dan utama ialah pembangunan kanal air ke arah timur laut Jakarta, yang barangkali bertujuan untuk mencegah banjir.
8. Perkembangan penulisan sejarah di Indonesia terbagi atas tiga fase, yaitu sebagai berikut:
- Fase pertama ialah fase historiografi tradisional yang mencakup penulisan babad dan hikayat. Beberapa kawasan di Indonesia mempunyai tradisi penulisan sejarah yang cukup penting dan biasanya tidak terpisah dari sastra sejarah. Pada zaman Hindu- Buddha, penulisan sejarah umumnya bersifat istanasentris, kepentingan dan impian raja sangat memilih isi tulisan. Masalah yang menjadi objek perhatian ketika itu ialah masalah-masalah pemerintahan. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam pemerintahan ditulis pada kerikil besar yang disebut dengan nama prasasti.
- Fase kedua ialah fase historiografi kolonial. Pada masa kolonial, penulisan insiden sejarah lebih bertujuan untuk memperkokoh kekuasaan mereka di Indonesia. Sebaliknya, di kalangan rakyat Indonesia, tulisan-tulisan sejarah yang dibentuk sanggup berperan dalam membangkitkan semangat usaha bangsa Indonesia melawan penjajah. Hal ini memperlihatkan corak tersendiri terhadap penulisan sejarah masa pergerakan nasional Indonesia.
- Fase ketiga ialah fase historiografi nasional. Pada masa kemerdekaan, penulisan bertujuan semoga perjalanan sejarah bangsa menuju kemerdekaan benar-benar dapat dipahami. Dengan ini, dibutuhkan bangsa Indonesia terdorong untuk mengisi kemerdekaan. Sekitar tiga belas tahun sehabis Indonesia merdeka, historiografi modern Indonesia dimulai. Sejak proklamasi kemerdekaan, historiografi nasional terbagi atas tiga tahap atau gelombang. Pertama, gelombang dekolonisasi sejarah dengan menggantikan model pendekatan Nederlando-sentris dengan pendekatan Indonesia-sentris. Kedua, gelombang pemanfaatan ilmu sosial dalam sejarah yang dipelopori oleh Sartono Kartodirdjo. Ketiga, gelombang reformasi sejarah, berupa pelurusan terhadap hal-hal yang kontroversial dalam sejarah yang ditulis semasa Soeharto berkuasa.
9. Tradisi masyarakat prasejarah dalam bidang mata pencaharian, awalnya ialah tatanan perekonomian masyarakat prasejarah lebih tergantung pada kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan. Kemudian, gaya hidup ini lambat laun menjelma kegiatan bercocok tanam dengan sitem pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin dan umur.
10. Sebuah kisah sanggup dikatakan sebagai isu sejarah (historical gossip) lantaran inti kisah ini bergotong-royong merupakan fakta tertentu yang diselimuti banyak sekali unsur dimensi magis religius sebagaimana yang mereka percayai. Selain itu, fakta tersebut dituturkan dengan banyak sekali pelengkap sesuai dengan selera penuturnya. Itulah sebabnya kisah ini dikatakan sebagai isu sejarah (historical gossip).
Sumber http://vostfourth.blogspot.com
0 Response to "Kunci Balasan Sejarah Esis Kelas X Pecahan 2"
Posting Komentar