iklan

Biografi Ulama | Kh. Mahrus Ali Lirboyo Bab 2

 Mahrus Ali Lirboyo Memperjuangkan Kemerdekaan Biografi Ulama | KH. Mahrus Ali Lirboyo Bagian 2

Halaman ini yaitu lanjutan dari Biografi Ulama | KH. Mahrus Ali Lirboyo
KH. Mahrus Ali Lirboyo Memperjuangkan Kemerdekaan

KH. Mahrus Aly ikut berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan dan ini nampak ketika pengiriman 97 santri pilihan Pondok Pesantren Lirboyo, guna menumpas sekutu di Surabaya, bencana itu belakangan dikenal dengan perang 10 November. Hal ini juga yang menjadi embrio berdirinya Kodam V Brawijaya. Selain itu KH. Mahrus Aly juga berkiprah dalam penumpasan PKI di sekitar Kediri.

PP Lirboyo merupakan pondok pesantren yang mempunyai sejarah panjang dan mempunyai tugas besar dalam sejarah memperebutkan kemerdekaan Indonesia. Ponpes ini juga mempunyai cerita usaha yang melegenda ketika awal kemerdekaan. Pada medio September 1945 disebutkan, tentara sekutu tiba ke Indonesia dengan memakai nama tentara NICA. Hal itu kemudian menciptakan para kiai HBNU (sebelum PBNU) memanggil seluruh ulama di Jawa dan Madura membicarakan hal ini di kantor HBNU Jalan Bubutan, Surabaya.

Dalam pertemuan itu para ulama mengeluarkan resolusi Perang Sabil, yaitu perang untuk melawan Belanda dan kaki tangannya dengan aturan fardhu a'in. Rupanya keputusan inilah yang menjadi motivasi para ulama dan santrinya untuk memanggul senjata ke medan laga, termasuk Pesantren Lirboyo.

Tepat pada jam 22.00 berangkatlah para santri PP Lirboyo sebanyak 440 menuju ke tempat sasaran di bawah komando KH Mahrus Aly

dan  Mayor H Mahfudz. Sebelum penyerbuan dimulai, seorang santri yang berjulukan  Syafi’i  Sulaiman yang pada waktu itu berusia 15 tahun  menyusup ke dalam markas Dai Nippon yang dijaga ketat. Maksud tindakan itu yaitu untuk mempelajari dan menaksir kekuatan lawan. Setelah penyelidikan dirasa sudah cukup,  Syafi’i  segera melapor kepada KH Mahrus Aly dan Mayor H Mahfudz.

Saat-saat menegangkan itu berjalan hingga pukul 01.00 dini hari dan berakhir ketika Mayor Mahfudz mendapatkan kunci gudang senjata dari komandan Jepang yang sebelumnya telah diadakan diplomasi panjang lebar. Dalam penyerbuan itu, gema takbir “Allahu Akbar” berkumandang menambah semangat juang para santri.

Saat datangnya Jenderal AWS Mallaby pada tanggal 25 Oktober 1945 di Pelabuhan Tanjung Perak, stabilitas kemerdekaan mulai nampak terganggu terutama di tempat Surabaya. Terbukti pada tanggal 28 Oktober 1945, para tentara sekutu ini mulai mencegat perjaka di Surabaya dan merampas kendaraan beroda empat milik mereka. Puncaknya yaitu mereka menurunkan bendera merah putih yang berkibar di Hotel Yamato dengan bendera Belanda.

Selang beberapa lama, Mayor H. Mahfudz melapor kembali kepada KH Mahrus Aly di Lirboyo bahwa tentara sekutu yang memboncengi Belanda telah merampas kemerdekaan dan Surabaya banjir darah p0juang. Maka KH Mahrus Aly menyampaikan bahwa kemerdekaan harus kita pertahankan hingga titik darah penghabisan. Kemudian KH Mahrus Aly mengintruksikan kepada santri Lirboyo untuk berjihad kembali mengusir tentara Sekutu di Surabaya. Hal ini disampaikan lewat Agus Suyuthi maka dipilihlah santri-santri yang tangguh untuk dikirim ke Surabaya.

Dengan mengendarai truk, para santri di bawah komando KH Mahrus Aly berangkat ke Surabaya. Meskipun hanya bersenjatakan bambu runcing, mereka bersemangat berjihad menghadapi musuh. Santri yang dikirim waktu itu berjumlah sebanyak 97 santri. Peristiwa itu belakangan dikenal dengan perang 10 November. Hal ini juga yang menjadi embrio berdirinya Kodam V Brawijaya. Selain itu KH Mahrus Aly juga berkiprah dalam penumpasan PKI di sekitar Kediri.

KH Mahrus Aly juga mempunyai andil besar dalam perkembangan jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Bahkan dia diangkat menjadi Rois Syuriyah NUJawa Timur selama hampir 27 tahun, hingga alhasil diangkat menjadi anggota Mutasyar PBNU pada tahun 1985 M. 

KH. Mahrus Aly mempunyai andil besar dalam perkembangan Jamiyyah Nahdlatul Ulama, bahkan dia diangkat menjadi Rois Syuriyah Jawa trimur selama hampir 27 Tahun, hingga alhasil diangkat menjadi anggota Mutasyar PBNU pada tahun 1985 M.

Senin, 04 Maret 1985 M, sang istri tercinta, Nyai Hj. Zaenab berpulang ke Rahmatullah alasannya yaitu sakit Tumor kandungan yang telah usang diderita. Sejak ketika itulah kesehatan KH. Mahrus Aly mulai terganggu, bahkan banyak yang tidak tega melihat KH. Mahrus Aly terus menerus larut dalam kedukaan. Banyak yang menyarankan biar KH. Mahrus Aly menikah lagi supaya ada yang mengurus beliau, namun dengan sopan dia menolaknya. Hingga puncaknya yakni pada sabtu sore pada tanggal 18 mei 1985 M, kesehatan dia benar-benar terganggu, bahkan sehabis opname selama 4 hari di RS Bayangkara Kediri, dia dirujuk ke RS Dr. Soetomo, Surabaya. Delapan hari sehabis dirawat di Surabaya dan tepatnya pada Hari Ahad malam Senin Tanggal 06 Ramadlan 1405 H/ 26 Mei 1985 M, KH. Mahrus Aly berpulang Ke Rahmatullah. Beliau wafat diusia 78 tahun.

sumber :  www[dot]lirboyo[dot]net

Sumber http://d0w3r.blogspot.com/

0 Response to "Biografi Ulama | Kh. Mahrus Ali Lirboyo Bab 2"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel