Kebudayaan Indonesia: Moral Istiadat Bali
Adat istiadat Bali – Bali merupakan sebuah Pulau Dewata yang menjadi sentra objek para wisatawan untuk menghabiskan waktu liburannya. Mengapa para wisatawan sering sekali berkunjung kesana? sebab di Bali terdapat aneka macam destinasi wisata yang sangat indah. Bukan hanya itu saja, Bali juga mempunyai makanan khasnya yang sangat enak dan lezat.
Namun apakah kalian sudah tahu? ternyata kebudayaan Bali juga sangat bermacam-macam mulai dari rumah adatnya, tarian tradisionalnya hingga watak istiadat yang sering dilakukan oleh masyarakat di sana.
Nah, pada kesempatan ketika ini akan menjelaskan pembahasan mengenai kebudayaannya berupa watak istiadat Bali yang sangat bermacam-macam dan unik. Yang mana sebelumnya sudah membahas perihal rumah watak Bali dan minuman khas Bali.
Contents
Kebiasaan Masyarakat Bali
Masyarakat Bali dikenal sebagai penduduk yang ramah tamah. Memegang prinsip hidup kebhinekaan yang tidak banyak aturan dan kecondongan pada suatu pemahaman. Masyarakat Bali juga berpegang teguh serta menjalankan watak istiadatnya pada kehidupan sehari-hari yang dipercaya berasal dari nenek moyang mereka sehingga sanggup hidup dengan damai.
Adapun kebiasaan masyarakat Bali yang sesuai dengan watak istiadat yang dipercayai sebagai berikut;
a) Meisaban
Meisaban merupakan watak istiadat Bali yang selalu menempel pada kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Setiap selesai memasak untuk sarapan di pagi hari, sebelum makan mereka melaksanakan ritual meisaban ini. Meisaban sanggup diartikan sebagai bentuk rasa terima kasih atas segala nikmat yang telah dikaruniakan Tuhannya. Selain itu juga dipercaya sebagai bentuk sajian atas bhuta kala biar tidak mengganggu.
b) Karma Phala
Karma phala juga merupakan watak istiadat Bali berupa aturan alam yang sangat dipercayai. Karma phala sanggup diartikan sebagai bentuk kebaikan yang telah dilakukan kemudian dibalas dengan kebaikan yang serupa. Begitu pula dengan keburukan apabila melakukannya.
c) Kebiasaan Sopan
Masyarakat Bali juga menerapkan kebiasaan sopan kepada sesama dan terlebih kepada orang yang lebih bau tanah pada kehidupan sehari-harinya. Hal ini diyakini sebagai salah satu wujud watak istiadat Bali yang harus dilakukan.
Kebiasaan sopan tersebut menyangkut etika yang baik ibarat ketika berbicara pada orang bau tanah dihentikan meninggikan suara. Ataupun pada ketika memperlihatkan sesuatu pada orang lain harus menggunakan tangan kanan. Dan masih banyak etika baik lainnya.
d) Kasta
Kasta yakni sebuah watak istiadat Bali yang digunakan sebagai pendataan masyarakat Bali menurut keturunan, ras dan tahta. Digolongkan dari posisi paling atas yaitu Brahmana, Ksatria, Weisya dan Sudra. Pulau Bali lebih didominasi oleh Sudra ( masyarakat biasa). Jika berbicara pada yang lebih tinggi tahtanya harus menggunakan bahasa yang halus dan sopan.
e) Ngejot
Ngejot merupakan kebiasaan masyarakat Bali yang sering dilakukan hampir setiap hari. Yaitu berupa saling memberi kuliner dan minuman pada sesama. Hal ini dilakukan biar ikatan sosial mereka tetap serasi dan damai. Adat istiadat Bali yang satu ini biasanya dilaksanakan pada upacara keagamaan.
Adat Istiadat Bali Berupa Pernikahan
Setelah anda mengetahui perihal kebiasaan masyarakat Bali, anda juga harus tahu mengenai watak istiadat Bali dalam program pernikahan. Dalam hakikatnya insan dianjurkan untuk menikah dan setiap kawasan mempunyai tahapannya sendiri.
Begitu pula dengan di Bali. Uniknya program ijab kabul di Bali semua proses ijab kabul dilakukan di rumah mempelai pria. Berikut ini beberapa tahapan ijab kabul yang biasa dilakukan oleh calon pengantin:
1. Upacara Ngekeb
Upacara ngekeb merupakan suatu cara untuk mempersiapkan calon mempelai perempuan dari masa remajanya menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga. Persiapan tersebut diawali dengan seorang pengantin perempuan mensucikan dirinya menggunakan air yang tercampur dengan bunga 7 rupa dan menggunakan air merang untuk membersihkan rambutnya.
Kemudian dilanjutkan dengan luluran yang terbuat dari daun merak, bunga kenanga, kunyit dan beras yang dihaluskan. Setelah pencucian diri dilakukan, kemudian sang pengantin perempuan meminta restu dari Tuhan yang Maha Esa biar diberi ketenangan dan keharmonisan ketika sudah berkeluarga nanti. Selain itu juga biar diberikan keturunan yang baik.
Setelah semua ritual di atas selesai, kemudian sang perempuan masuk ke dalam kamar pengantin yang sudah disediakan dan menggunakan kain kuning yang melambangkan bahwa perempuan tersebut sudah siap melepas masa lajangnya.
2. Mungkah Lawang
Tahap yang kedua yaitu mungkah lawang atau buka pintu. Hal ini dilakukan oleh seseorang yang diutus pihak keluarga untuk mengetuk pintu kamar sang pengantin perempuan sembari dinyanyikan lagu Bali oleh seorang Malat (penyair). Yang berisi sebuah pesan bahwa sang mempelai laki-laki sudah tiba menjemput sang perempuan dan meminta biar dibukakan pintunya.
3. Upacara Mesegehagung
Upacara mesegehagung merupakan sebuah ungkapan selamat tiba kepada sang pengantin perempuan di rumah mempelai pria. Upacara ini dilakukan sehabis kedua sang pengantin tiba di rumah pihak keluarga mempelai pria.
Kemudian sang perempuan ditunjukkan sebuah kamar oleh pihak keluarga dari mempelai laki-laki untuk tempat ganti selembar kain kuning yang dipakainya dan ditukarkan dengan uang kepeng satakan yang diikat dengan tali benang Bali. Biasanya jumlah uang kepeng tersebut bernilai dua ratus kepeng.
4. Madengen-dengen
Medengen-dengen merupakan watak istiadat Bali dalam program ijab kabul yang mempunyai tujuan untuk membersihkan diri kedua calon pengantin dari hal yang negatif. Upacara ini dipimpin oleh seorang pemangku watak istiadat atau biasa disebut dengan Balian.
5. Mewidhi Widana
Mewidhi widana merupakan watak istiadat Bali dengan menggunakan baju khas pengantin yang dilakukan sehabis semua tahapan sebelumnya selesai. Upacara ini yakni tahapan terakhir dari watak ijab kabul Bali yang bertujuan untuk menyempurnakan program ijab kabul watak Bali dengan dipimpin oleh seorang Sulingguh atau Ida Peranda.
Setelah itu, keduanya menuju tempat pemujaan yang disebut merajan, untuk meminta izin dan doa restu dari yang Maha Kuasa. Dengan dipimpin oleh pemangku merajan.
Upacara Ngaben, Adat Istiadat Bali
Upacara ngaben merupakan watak istiadat Bali yang sering dilakukan ketika ada seorang yang meninggal dunia. Upacara ini sangat penting bagi masyarakat Bali yang beragama Hindu. Karena dengan pengabenan dipercaya sanggup membebaskan arwah orang yang meninggal dunia dari ikatan duniawinya menuju surga.
Upacara ngaben biasa dilakukan di hari-hari baik yang telah dianjurkan oleh sang pendeta melalui kalender Bali atau dengan melalui konsultasi terlebih dahulu.
Sebelum upacara ini dimulai, pihak keluarga dari orang yang meninggal menyiapkan bade dan lembu yang nantinya akan digunakan sebagai tempat pengantar jasad orang yang meninggal tersebut dengan cara mengaraknya ramai-ramai disertai bunyi gambelan dan kidung.
Hal tersebut dilakukan biar sang roh resah dan tidak kembali lagi kepada pihak keluarga untuk mengganggunya.
Ketika hingga di tempat upacara, jasad tersebut ditaruh pada punggung lembu. kemudian sang pendeta membacakan mantra-mantra dan menyalakan api untuk membakarnya. Lalu bubuk jasadnya dibuang ke sungai atau bahari terdekat. Setelah upacara selesai, pihak keluarga pergi ke pura keluarga untuk berdoa.
Upacara ini membutuhkan banyak biaya dan tenaga. Makara pada ketika ini, masyarakat Bali sering melaksanakan watak istiadat ini secara massal biar sanggup saling meringankan beban yang ditanggung.
Demikianlah artikel mengenai watak istiadat Bali yang sanggup dituturkan. Semoga sanggup bermanfaat dan menambah wawasan anda semua.
Sekian dan terima kasih.
Sumber https://mefahlan.com
0 Response to "Kebudayaan Indonesia: Moral Istiadat Bali"
Posting Komentar