Makalah Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dalam strategi pembelajaran atau metode pembelajaran sangat dibutuhkan konteks penguasaan konsepsional terhadap pelajaran. Strategi pembelajaran harus mengadung penjelasan perihal metode atau mekanisme dan teknik yang dipakai selama proses pembelajaran berlangsung. Oleh lantaran itu mari kita bahas lebih lanjut bahan taktik pembelajaran sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pemahaman perihal pendekatan pembelajaran, taktik pembelajaran dan metode pembelajaran yaitu hal yang sangat penting, terutama dalam konteks penguasaan konsepsional terhadap pelajaran. Strategi pembelajaran harus mengadung penjelasan perihal metode atau mekanisme dan teknik yang dipakai selama proses pembelajaran berlangsung. Oleh lantaran itu, dibutuhkan kreativitas dan ketrampilan pengajar dalam menentukan dan memakai taktik pembelajaran, yaitu penerima didik dan situasi kondisi yang dihadapinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Strategi Pembelajaran Kooperatif ?
2. Bagaimana Konsep dasar Strategi Pembelajaran Kooperatif ?
3. Apa karakteristik dan prinsip-prinsip Strategi Pembelajaran Kooperatif ?
4. Bagaimana mekanisme Pembelajaran Kooperatif ?
5. Apa keunggulan dan keterbatasan SPK ?
6. Apa yang dimaksud Strategi Pemebalajaran Kontekstual ?
7. Apa latar belakang Filosofis dan Psikologi CTL ?
8. Apa perbedaan CTL dengan pembelajaran konvensional ?
9. Bagaimana kiprah guru dan siswa dalam CTL ?
10. Apa asas, pola, dan tahapan pembelajaran CTL ?
11. Apa yang dimaksud Strategi Pembelajaran Afektif ?
12. Apa hakikat pendidikan nilai dan sikap ?
13. Bagaimana proses pembentukan sikap ?
14. Apa saja model taktik pembelajaran sikap ?
15. Apa kesulitan dalam pembelajaran afektif ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Strategi Pembelajaran Kooperatif
2. Mengetahui konsep dasar Strategi Pembelajaran Kooperatif
3. Mengetahui karakteristik dan prinsip-prinsip SPK
4. Mengetahui mekanisme pembelajaran Kooperatif
5. Mengetahui keunggulan dan keterbatasan SPK
6. Mengetahui pengertian Strategi Pembelajaran Kontekstual
7. Mengetahui latar belakang filosofis dan psikologis CTL
8. Mengetahui perbedaan CTL dengan Pembelajaran konvensional
9. Mengetahui kiprah guru dan siswa dalam CTL
10. Mengetahui asas, pola, dan tahapan pembelajran CTL
11. Mengetahui pengertian Strategi Pembelajaran Afektif
12. Mengetahui hakikat pendidikan nilai dan sikap
13. Mengetahui proses pembentukan sikap
14. Mengetahui model taktik pembelajaran sikap
15. Mengetahui kesulitan dalam pembelajaran afektif
BAB II
PEMBAHASAN
Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
A. Pendahuluan
Menurut teori Psikodinamika, kelompok bukan hanya sekedar kumpulan individu melainkan merupakan satu kesatuan yang mempunyai ciri dinamika dan emosi tersendiri. Misalnya, kelompok terbentuk lantaran adanya ketergantungan masing-masing individu, mereka merasa tidak berdaya sehingga mereka membutuhkan perlindungan, mereka membutuhkan pertolongan orang lain. Dalam situasi yang demikian, mka pimpinan kelompok bisa mengarahkan sikap dan interaksi antara anggota kelompok.
B. Konsep Strategi Kooperatif ( SPK )
Model pembelajaran kelompok yaitu kegiatan berguru yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok – kelompok. Ada empat unsur penting dalam SPK yaitu :
1. Adanya penerima dalam kelompok
2. adanya hukum dalam kelompok
3. adanya upaya berguru setiap anggota kelompok
4. adanya tujuan yang harus dicapai
Salah satu taktik dari model pembelajaran kelompok yaitu Strategi pembelajaran kooperatif ( cooperative learning ) (SPK)Pembelajaran kooperatif murupakan model pembelajaran dengan memakai sistem pengelompoken/tim kecil, yaitu antara empat hingga enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda ( heterogen).
SKP mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen kiprah kooperatif (cooperative incentive structure) dan komponen setruktur insentif kooperatif (cooperative incentive structure). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang mengakibatkan anggota bekerja sama dalam menuntaskan kiprah kelompok, sedangkan setruktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok.
Jadi, hal yang menarik pada SPK yaitu adanya peningkatan prestasi berguru penerima didik (student achievement) dan dampak pengiring menyerupai kekerabatan sosial.
SPK sanggup dipakai manakala:
1. Guru menekankan pentingnya perjuangan kolektif di samping perjuangan individual dalam belajar.
2. Guru menghendaki seluruh siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belagar.
3. Guru ingin menanamkan, bahwa siswa sanggup berguru dari temannya, dan darib pertolongan orang lain.
4. Guru ingin menyebarkan kemampuan komunikasi siswa cuilan dari isi kurikulum.
5. Guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan aneka macam solusi pemecahan.
C. Karakteristik dan Prinsip-prinsip SPK
1. Karakteristik SPK
Slavin, Abrani, dan Chambers. (1996) beropini bahwa berguru melalui kooperatif dapad dijelaskan dari beberapa persepektif, yaitu persepektif motivasi, persepektif sosial, persepektif kognitif, dan persepektif penjelasan terperinci kognitif. Dengan demikian karakteristik SPK sebagai berikut :
a. pembelajaran secara tim
SPK yaitu pembelajaran secara tim. Oleh lantaran itu, tim harus bisa menciptakan siswa belajar. Setiap kelompok bersifat heterogen artinya kelompok terdiri atas anggota yang memikili kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakan sosial yang berbeda.
b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
Pada umumnya manajemem mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi perrencanaan, organisasi, pelaksanaan, dan funfsi kontro. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. Fungsi perencanaan menandakan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang. Fungsi pelaksanaan menandakan bahwa pembelajaran kooperatif harus harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Fungsi organisasi menandakan bahwa pembelajaran kooperatif yaitu pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok. Fungsikontrol menandakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan.
c. Kemauan untuk Bekerja Sama
Prinsif bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajan kooperatif. Setiap anggota kelompok harus bekerja sama dan tanggung jawab masing- masing dan juga perlunya saling membantu satu sama lain
Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif.
a. Prinsif Ketergantungan Positif (Positive independence)
Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing -masing perlu mambagi kiprah sesuai dengan tujuan kelompoknya.Tugas tersebut tentu saja diadaptasi dengan kemampuan setiap anggota kelompok, inilah hakikat bentuk ketergantungan positif
b. Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability)
Artinya bahwa keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus mempunyai tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.
c. Interaksi Tatap Muka
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan untuk bertatap muka saling memeberikan infirmasi dan saling membelajarkan.Interaksi tatap muka akan memperlihatkan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompokuntuk bekerja sama.
d. Partisipasi dan Komunikasi
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk sanggup bisa berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Untuk sanggup melaksanakan partisipasi dan komunikasi, siswa perlu dibekali dengan kemampuan-kemampuan nberkomunikasi.
Baca Juga : Makalah Startegi Pembelajaran Terpadu
D. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
1. Pembelajaran Materi
Taham pembelajaran artinya penyampaian pokok-pokok bahan pelajaran sebelum siswa berguru dalam kelompok. Pada tahap ini guru memperlihatkan citra umum perihal bahan pelajaran, kemudian siswa sanggup memperdalamnya sendiri melalui berguru kelompok.
2. Belajar dalam Kelompok
Setelah guru menjelaskan citra umum perihal pokok-pokok pelajaran, selanjutnya siswa diminta berguru pada kelompoknya masing-masing yang telah dibuat sebelumnya. Pengelompokan dalam SPK bersifat heterogen.
3. Penilaian
Penilaian SPK bisa dilakukan dengan tes atau kuis, baik dilakukan secara individual maupun kelompok.
4 . Pengakuan Tim
Pengakuan tim yaitu penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprrestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah.
E. Keunggulan dan Kelemahan SPK
1.Keunggulan SPK
a. SPK sanggup menyebarkan kemampuan mengungapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membanding-bandingkannya dengan ide-ide orang lain
b. SPK sanggup membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta mendapatkan segala perbedaan
c. SPK sanggup meningkatkan kemampuan siswa memakai informasi dan kemampuan berguru ajaib menjadi kasatmata (rii)
2.Kelemahan SPK
a. Penilaian yang diberikan dalam SPK didasarkan pada hasil kerja kelompok. Namun guru perlu menyadari, bahwa bahwasanya hasil atau prerstasi yang diharapkan yaitu prestasi setiap individu.
b. Keberhasilan SPK dalam upaya menyebarkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan, hal ini mustahil sanggup tercapai hanya dengan satu kali atau atau sekali-sekali penerapan setrategi ini.
Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
A. Pendahuluan
CTL merupakan taktik yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran.Siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari bahan pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya. Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi berguru yaitu proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek efektif dan juga psikomotor. Belajar melalui CTL diharapkan siswa sanggup menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya.
B . Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual
Pertama, CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses berguru diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung.
Kedua, CTL mendorang supaya siswa sanggup menemukan antara meteri yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk sanggup menangkap korelasi antara pengalam disekolah dengan kehidupan nyata.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk sanggup menerapkannya dalam kehidupan.
Ada lima karekteristik penting dalam proses pembelajaran yang memakai pendekatan CTL yaitu:
1. Dalam CTL, prmbelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
2. Pembelajaran kontekstual yaitu belajardalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru
3. Pemahaman pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini.
4. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut.
5. Melakukan refleksi terhadap taktik pengembangan pengetahuan.
C . Latar Belakang Filisofis dan Psikologi CTL
1.Latar Belakang Filosofis
Pandangan Piaget perihal bagaimana bahwasanya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat kuat terhadap beberapa model pembelajaran, diantaraya konteks pembelajaran kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemberitahuan orang lain, tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan yang demikian akan gampang dilupakan dan tidak fungsional.
2.Latar Belakang Psikologis
Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk lantaran kiprah aktif subjek, maka dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran kognitif psikologis. berdasarkan aliran ini proses berguru terjadi lantaran pemahaman invidu akan lingkungan.belajar bukanlah kejadian mekanis menyerupai keterkaitan stimulus dan respons. Belajar tidak sesederhana itu. Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak menyerupai motivasi, emosi, minat, dan kemampuan atau pengalaman.
D. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional
1. Dalam pembelajaran CTL, siswa berguru melalui kelompok menyerupai diskusi, sedangkan dalam pembelajaran konvensionalsiswa lebih banyak berguru secara individu.
2. Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan kasatmata secara riil sedangkan, dalam pembelajaran konvensional, Pembelajaran bersifat teoretis dan abstrak.
3. Tujuan final Pembelajaran melalui CTL yaitu kepuasan diri. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional tujuan final yaitu nilai atau angka.
E. Peran Guru dan Siswa dalam CTL
Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe berguru dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya berguru siswa. Dalam pembelajaran konvensional, hal ini sering terlupakan sehingga proses pembelajaran tak ubahnya sebagai proses pemaksaan kehendak, yang berdasarkan Paulo Freire sebagai sistem penindasan.
Baca Juga : Makalah Media Pembelajaran
F. Asas-Asas CTL
1. Kontruktivisme
Kontruktivisme yaitu proses membangun atau menyusun pengetahuan gres dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
2. Inkuiri
Inkuiri yaitu proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan inovasi melalui proses berfikir secara sistematis. Secara umum proses inkuiri sanggup dilakukan melalui beberapa langkah yaitu :
a. Merumuskan masalah
b. mengajukan hipotesis
c. Mengumpulkan data
d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan
e. Membuat kesimpulan.
3. Bertanya ( Questioning )
Belajar pada hakikatnya yaitu bertanya dan menjawab pertanyaan.Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatanbertanya akan sangat mempunyai kegunaan untuk :
1. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
2. Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
3. Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan.
4. Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
4 . Masyarakat belajar
Konsep masyarakat berguru dalam CTL menyarankan supaya hasil pemelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain.
Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat berguru sanggup dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.
5.Pemodelan
Yang dimaksud dengan asas pemodelan yaitu proses pembelajaran dengan mempragakan sesuatu sebagai pola yang sanggup ditiru oleh siswa.
6.Refleksi
Reflaksi yaitu proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari dilakukan dengan cara mengurutkan lembali kejadian-kejadian atau kejadian pembelajaran yang telah dilaluinya.
7.Penilaian Nyata
Penilaian kasatmata yaitu proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi perihal perkembangan berguru yang dilakukan siswa. Penilaian ini diharapkan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar berguru atau tidak.
G. Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL
1. Pola Pembelajaran Konvensional
Untuk lebih memahami bagaimana Untuk mencapai tujuan kompetensi diatas, mungkin guru menerapkan taktik pembelajaran sebagai berikut.
1) Siswa disuruh untuk membaca buku perihal pasar
2) Guru memberikan bahan pelajaran sesuai dengan pokok-pokok bahan pelajaran menyerupai yang terkandung dalam indikator hasil belajar
3) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya manakala ada hal-hal yang kurang jelas
4) Guru megulas pokok-pokok bahan pelajaran yang telah disampaikan dilajutkan dengan menyimpulkan.
Dalam model pembelajaran menyerupai yang sudah dijelaskan diatas, maka tampak bahwa proses pembelajaran sepenuhnya ada pada kendali guru. Siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi. Pengalaman berguru siswa terbatas, hanya sekedar mendengarkan. Melalui pola pembelajaran semacam itu, maka terang faktor-faktor psikologis anak tidak berkembang secara utuh, contohnya mental dan moivasi berguru siswa.
2. Pola Pembelajaran CTL
Pendahuluan
1) Guru menjelaskan kompetensi-kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran
2) Guru menjelaskan mekanisme pembelajaran CTL
3) Guru melaksanakan tanya jawab sekitar kiprah yang harus dikerjakan oleh siswa. Inti
Dilapangan
1) Siswa melaksanakan obsevasi ke pasar sesuai dengan pembagia kiprah kelompok
2) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di pasar Didalam kelas
1) Siswa mendiskusikan hasil temuan sesuai dengan kelompoknya
2) Siswa melaporkan hasil diskusi
3) Setiap kelompok mengadakan tanya jawab dengan kelompok lain Penutup
1) Dengan pertolongan guru siswa menyimpulkan hasil kegiatan observasi
2) Guru menugaskan siswa untuk menciptakan karangan sesuai dengan bahasan dalam observasi.
Ada beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
1. CTL yaitu model pembelajaran yang menekankanpada acara siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
2. Materi pelajaran ditemukan siswa oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian orang lain.
3. CTL memandang bahwa pelajaran bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata.
Strategi Pembelajaran Afektif
A. Pendahuluan
Strategi pembelajaran afektif berbeda dengan taktik pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berafiliasi dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh lantaran menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuuh dari dalam.
B. Hakikat Pendidikan Nilai dan Sikap
Sikap (afektif) erat kaitannya dengan nilai yang dimiliki seseorang. Sikap merupaka refleksi dari nilai yang dimiliki. Oleh karenanya, pendidikan sikap intinya yaitu pendidikan nilai.
Nilai yaitu suatu konsep yang berada dalam pikiran insan yang sifatnya tersembunyi, tidak dalam dunia yang empiris. Nilai berafiliasi dengan pandangan seseorang perihal baik dan buruk, indah dan tidak indah, layak dan tidak layak, adil dan tidak adil dan sebagainya. Dengan demikian, pendidikan nilai intinya proses penanaman nilai pada penerima didik yang diharapkan siswa sanggup berperilaku sesuai dengan pandangan yang dianggapnya baik dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
C. Proses Pembentukan Sikap
1. Pola Pembiasaan
Belajar membentuk sikap melalui pembiasaan itu juga dilakukan oleh skinner melalui teorinya operant conditioning. Proses pembentukan sikap melalui pembiasaan yang dilakukan Watson berbeda dengan proses pembiasaan yang dilakukan Skinner. Pembentukan sikap yang dilakukan Skinner menekankan pada proses peneguhan respon anak. Setiap kali memperlihatkan prestasi baik diberikan penguatan dengan cara memperlihatkan hadiah atau sikap yang menyenangkan. Lama-kelamaan anak berusaha meningkatkan sifat positifnya.
2. Modeling
Proses penanaman sikap anak terhadap suatu objek melalui proses modeling pada mulanya dilakukan secara mencontoh, namun anak perlu diberi pemahaman mengapa hal itu dilakukan. Misalnya, guru perlu menjelaskan mengapa kita harus tlaten terhadap tanaman; atau mengapa kita harus berpakaian bersih. Hal ini dilakukan supaya sikap tertentu yang muncul benar-benar didasari oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai.
D. Model Strategi Pembelajaran Sikap
Strategi pembelajaran sikap umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis. Melalui situasi ini diharapkan siswa sanggup mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dianggapnya baik. Dibawah ini disajikan beberapa model taktik pembelajaran pembentukan sikap.
1. Model Konsiderasi
Model ini menekankan kepada taktik pembelajaran yang sanggup membentuk kepribadian. Tujuannya yaitu supaya siswa menjadi insan yang mempunyai kepedulian terhadap orang lain. Kaprikornus pembelajaran sikap intinya yaitu membantu anak supaya sanggup menyebarkan kemampuan untuk bisa hidup bersama secara harmonis, peduli, dan mencicipi apa yang dirasakan orang lain.
2. Model Pengembangan Kognitif
Model pengembangan kognitif dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg. Model ini banyak diilhami oleh pemikiran John Dewey dan Jean Piaget yang beropini bahwa perkembangan insan terjadi sebagai proses dari restrukturisasi kognitif yang berlangsung secara berangsur-angsur berdasarkan urutan tartentu. Menurut Kohlberg, moral insan itu berkembang melalui 3 tingkat dan setiap tingkat terdiri dari 2 tahap.
a.Tingkat Prakonvensional
Pada tingkat ini setiap individu memandang moral berdasarkan kepentingannya sendiri. Artinya pertimbangan moral didasarkan pada pandangan secara individual tanpa menghiraukan rumusan dan hukum yang dibuat oleh masyarakat. Pada tingkat prakonvensional ini terdiri atas dua tahap.
Tahap 1 Orientasi eksekusi dan kepatuhan
Tahap 2 Orientasi Instrumental-relatif
b. Tingkat Konvensional
Pada tahap ini anak mendekati masalah didasarkan pada korelasi individu-masyarakat. Kesadaran dalam diri anak mulai tumbuh bahwa sikap itu harus sesuai dengan norma-norma dan hukum yang berlaku di masyarakat.
Tahap 3 Keselarasan interpersonal
Tahap 4 Sistem sosial dan kata hati
c . Tingkat Postkonvensional
Pada tingkat ini sikap bukan hanya didasarkan pada kepatuhan terhadap norma norma masyarakat yang berlaku, akan tetapi didasari oleh adanya kesadaran sesuai dengan nilai-nilai yang dimilikinya secara individu.
Tahap 5 Kontrak sosial
Tahap 6 Prinsip etis yang universal
3. Teknik Mengklarifikasi Nilai
Tingkat mengklarifikasi nilai (value clarification technique) atau sering disingkat VCT sanggup diartikan sebagai teknik pengajaran yang membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi setiap masalah melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa.
Kelemahan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran nilai atau sikap yaitu proses pembelajaran dilakukan secara langsung oleh guru, artinya, guru menanamkan nilai-nilai yang dianggapnya baik tanpa memperhatikan nilai yang sudah tertanam dalam diri siswa, karenanya sering terjadi benturan atau konflik dalam diri siswa lantaran ketidakcocokan antara nilai usang yang sudah terbentuk dengan nilai gres yang ditanamkan oleh guru.
VCT sebagai suatu model dalam taktik pembelajaran moral VCT bertujuan:
a.Untuk mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa perihal suatu nilai.
b.Membina kesadaran siswa perihal nilai-nilai yang dimilikinya baik tingkatannya maupun sifatnya (positif dan negatifnya) untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulannya.
c.Untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik siswa.
E. Kesulitan dalam Pembelajaran Afektif
Proses pendidikan bukan hanya membentuk kecerdasan dan atau memperlihatkan keterampilan tertentu saja, akan tetapi juga membentuk dan menyebarkan sikap supaya anak berperilaku sesuai norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Namun demikian, dalam proses pendidikan di sekolah proses pembelajaran sikap kadang kala terabaikan. Hal ini disebabkan proses pembelajaran dan pembentukan etika mempunyai beberapa kesulitan.
Pertama, selama ini proses pendidikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku cenderung diarahkan uuntuk pembentukan intelektual. Dengan demikian, keberhasilan proses pendidikan dan proses berguru disekolah ditentukan oleh criteria kemampuan intelektual. Akibatnya, upaya yang dilakukan guru diarahkan kepada bagaimana supaya anak sanggup menguasai sejumlah pengetahuan sesuai dengan standar isi kurikulum yang berlaku oleh lantaran kemampuan intelektual identik dengan penguasaan bahan pelajaran.
Kedua, sulitnya melaksanakan control lantaran banyaknya factor yang sanggup menghipnotis perkembangan sikap seseorang. Pengembangan kemampuan sikap baik melalui proses pembeiasaan maupun modeling bukan hanya ditentukan oleh factor gguru, tetapi juga factor-faktor lai terutama factor lingkungan. Artinya, walaupun disekolah guru berusaha memperlihatkan pola yang baik, akan tetapi manakala tidak didukung oleh lingkungan anak baik lingkungan sekolah maupun masyarakat, maka pembentukan sikap akan sulit dilaksanakan.
Ketiga, keberhasilan pembentukan sikap tidak bisa dievaluasi dengan segera. Berbeda dengan pembentukan sikap kognitif aspek keterampilan yang hasilnya sanggup diketahui sehabis proses pembelajaran berakhir, maka keberhasilan dari pembentukan sikap gres dpat dilihat pada rentan waktu waktu yang cukup panjang. Hal ini disebabkan sikap berafiliasi dengan internalisasi nilai yang memerlukan proses
Keempat, imbas kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi yang menyuguhkan aneka pilihan jadwal acara. Berdampak pada pembentukan abjad anak-anak,sangat kuat dalam pembentukan sikap dan mental anak.
program-program televise misalnya, yang banyak menayangkan jadwal acara produksi luar yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda, dan banyak ditonton oleh anak - anak
Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk lantaran kiprah aktif subjek, maka dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran kognitif psikologis. berdasarkan aliran ini proses berguru terjadi lantaran pemahaman invidu akan lingkungan.belajar bukanlah kejadian mekanis menyerupai keterkaitan stimulus dan respons. Belajar tidak sesederhana itu. Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak menyerupai motivasi, emosi, minat, dan kemampuan atau pengalaman.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pembelajaran kelompok yaitu rangkaian kegiatan berguru yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam SPK, yaitu: (1) adanya penerima dalam kelompok; (2) adanya hukum kelompok; (3) adanya upaya berguru setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai.
Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL) merupakan taktik yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari bahan pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya. Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi berguru yaitu proses berpengalaman secara langsung.
Strategi Pembelajaran Afektif memang berbeda dengan taktik pembelajaran kognitif dan ketrampilan. Afektif berafiliasi denagn nilai (value), yang sulit diukur, oleh lantaran menyangkut kasadaran seseorang yang tumbuh dari dalam.
B. Saran
Demikianlah makalah perihal Strategi Pembelajaran Kooperatif, Strategi Pembelajaran Kontekstual, dan Strategi Pembelajaran Afektif semoga sanggup bermanfaat bagi kita semua, apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah mohon maaf. Selanjutnya kritik dan saran kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung
0 Response to "Makalah Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia"
Posting Komentar