Panen Dan Pasca Panen Tanaman Bawang Putih (Allium Sativum)
Sedulurtani.com Panen dan Pasca Panen Tanaman Bawang Putih (Allium sativum)
Setiap petani bawang putih pasti menginginkan produk dari hasil budidayanya mempunyai kualitas yang baik. Dengan terjaminya kualitas dari produk yang dihasilkan, maka secara tidak pribadi akan menaikan nilai jual produk tersebut.
Upaya yang dilakukan untuk mendapat produk yang berkualitas tidak hanya dari tindakan budidaya yang telah diterapkan. Akan tetapi, panen dan penanganan pasca panen ikut andil didalam memilih kualitas dari bawang putih yang telah anda budidayakan.
Baca juga : Cara Budidaya Bawang Putih Dengan Benar Supaya Hasilnya Maksimal
Dimana cara panen dan penanganan pasca panen yang tidak sempurna akan mengakibatkan menurunya kualitas bawang putih yang dihasilkan. Seperti halnya umur simpan menjadi berkurang atau tidak lama, bawang berkerut dan cacat, serta gampang busuk.
Oleh alasannya yaitu itu, anda juga harus tau cara panen dan pasca panen tumbuhan bawang putih secara benar. Dengan mengetahui hal tersebut maka dibutuhkan anda sanggup mempertahankan kualitas dari bawang putih yang anda budidayakan.
Pada kesempatan kali ini Sedulurtani.com ingin membuatkan gosip terkait Panen dan Pasca Panen Tanaman Bawang Putih (Allium sativum).
Ada beberapa hal penting yang perlu anda perhatikan terkait panen dan pasca panen bawang putih. Hal tersebut terbagi menjadi lima, antara lain kriteria panen, cara panen, penyortiran dan pengkelasan, penyimpanan, serta pengemasan dan pengankutan.
Berikut ini yaitu klarifikasi dari kelima uraian tersebut :
1.Kriteria penen
Bawang putih yang siap dipanen harus dewasa agar produk yang dihasilkan tetap berkualitas. Umur panen bawang putih biasanya berkisar antara 85-125 hari sesudah tanam. Akan tetapi semua itu tergantung dari kultivar yang diusahakan dan juga kondisi iklim.
Seperti halnya kultivar lumbu kuning sanggup dipanen antara 85-100 hari sesudah tanam. Sedangkan kultivar lumbu hijau sanggup lebih usang yaitu antara 95-125 hari sesudah tanam.
Umbi yang siap dipanen dicirikan dengan 50% pada pecahan atas tumbuhan telah menguning dan bahkan telah rebah di atas tanah. Selain itu daun telah mengering dan tangkai batangnya mengeras, serta umbi mulai keluar dari permukaan tanah.
2. Cara Panen
Bawang putih dipanen secara manual memakai tangan. Dimanan pemanenan umbi bawang putih dicabut secara berhati-hati agar tidak patah. Bagi kondisi lahan yang tekstur tanahnya agak keras sanggup dilakukan dengan cara pencukilan.
Kemudian bawang putih diikat 10-30 tangkai per ikatan kemudian dikeringkan selama 1-2 ahad hingga batangnya kering. Lakukan pengangkutan dengan berhati-hati jangan hingga umbi terbentur-bentur atau terlukai.
Untuk pengeringan bawang putih jangan dilakukan dibawah sinar matahari. Akan tetapi keringkan pada para-para dengan cara digantungkan untuk diangin-anginkan. Jika terpaksa jumlahnya banyak dan harus dikeringkan di kebun, maka hendaknya umbi harus terlindungi dari sengatan matahari maupun hujan.
3. Penyortiran dan pengkelasan
Pentortiran adalah suatu upaya memisahan produk yang sudah higienis menjadi bermacam macam mutu atas dasar sifat-sifat fisik. Umbi bawang putih yang telah jawaban dikeringkan kemudian dibersihkan terlebih dahulu dari sisa-sisa tanah dan kotoran lain yang menempel. Sedangkan akar dan daun dipotong hingga menyisakan pangkal batang semu dengan panjang sekitar 2 cm.
Kriterian atau ukuran yang dipakai di dalam pengkelasan bawang putih yaitu :
- Keseragaman warna
- Umur umbi bawang
- Tingkat kekeringan
- Kekompakan susunan siung
- Serangan hama atau patogen
- Bentuk umbi bawang putih
- Ukuran umbi bawang puith
Sedangkan ukuran umbi bawang putih dikelompokan menjadi beberapa kelas, antara lain :
- Kelas A, Jika ukuran diameter umbi lebih dari 4 cm.
- Kelas B, bila ukuran diameter umbi antara 3-4 cm.
- Kelas C, bila ukuran diameter umbi antara 2-3 cm.
- Kelas D, bila umbi terdiri atas umbi kecil, pecah, dan juga rusak.
4. Penyimpanan
Umbi bawang putih yang dipakai untuk konsumsi sanggup disimpan selama beberapa bulan dengan suhu 25±1oC. Akan tetapi bila ingin disimpan dalam waktu yang agak usang maka disimpan pada suhu mendekati )oC dengan kelembaban udara kurang dari 60%.
Penyimpanan pada suhu yang mendekati 5oC tidak dianjurkan alasannya yaitu siung akan gampang berkecambah. Selain itu penyimpanan pada suhu diatas 25oC juga tidak dianjurkan alasannya yaitu akan menjadikan umbi menjadi keriput alasannya yaitu proses transpirasi yang tinggi.
Jika umbi konsumsi dalam skala kecil maka penyimpanan sanggup dilakukan didapur dengan cara digantungkan pada para-para (pogo). Penyimpanan jenis ini merupakan cara tradisional yang sering dilakukan oleh sebagian besar masyarakat kita. Caranya yaitu bawang dengan ikatan kurang lebih 2 kg diikat dan digantungkan di dapur pada para-para yang terbuat dari bambu ataupun kayu.
Ditaruhnya didapur dengan tujuan yaitu dikala setiap kali api dapur dinyalakan untuk memasak, maka umbi tersebut akan terkena asap tersebut. Sehingga dengan terkenanya asap tersebut maka umur simpan bawang putih akan lebih awet.
Apabila umbi untuk konsumsi dalam skala besar yaitu berton-ton maka perlu disimpan di dalam gudang dengan ventilasi udara yang baik. Dimana dengan sumbangan ventilasi tersebut menghasilkan suhu 25±1oC dan kelembaban udara sekitar 60%.
Sedangkan bagi umbi yang akan dipakai sebagai bibit maka hendaknya disimpan pada suhu 5-10oC. Penyimpanan umbi untuk bibit pada suhu dibawah 4oC sebaiknya dihindari. Hal tersebut dikarenakan penyimpanan pada suhu tersebut akan menciptakan umbi yang diproduksi menjadi berangasan atau matang terlalu dini.
Selain itu penyimpanan umbi bawang putih untuk keperluan bibit sebaiknya juga jagan disimpan pada suhu di atas 18oC. Karena penyimpanan pada suhu tersebut menimbulkan perkecambahan menjadi tertunda, selain itu sanggup menghambat pembentukan dan pematangan umbi.
5. Pengemasan dan pengankutan
Sebagai upaya untuk mempermudah pengangkutan sebaiknya bawang putih dikemas dalam karung-karung plastik atau karung goni. Gunakan karung plastik atau karung goni yang mempunyai pori-pori besar. Dimana pori-pori tersebut berfungsi sebagai ventilasi udara agar udara sanggup bertukar dengan leluasa.
Setiap karung sanggup anda gunakan untuk mengisi bawang putih sebanyak 25 kg atau 50 kg.
Panen dan Pasca Panen Tanaman Bawang Putih (Allium sativum)
Panen yaitu acara pemetikan atau pemungutan hasil ladang, yang menandai bahwa acara ladang telah selesai. Sedangkan pascapanen adalah tahap penanganan hasil tumbuhan pertanian segera sesudah pemanenan.
Penan dan pascapanen pada bawang putih mencakup, kriteria panen, cara panen, penyortiran dan pengkelasan, penyimpanan, serta pengemasan dan pengankuta.
Demikian artikel tentang, Panen dan Pasca Panen Tanaman Bawang Putih (Allium sativum). Semoga sanggup menjadi rujukan bagi anda yang sedang mencari gosip terkait penanganan pasaca panen bawang putih.
Follow juga Facebook saya di Facebook.
Baca juga :
- Klasifikasi dan Morfologi Bawang Putih Secara Lengkap.
- Cara Mengatasi Hama Utama Pada Bawang Putih Secara Lengkap
- Cara Mengatasi Hama Utama Pada Budidaya Bawang Merah
- Cara Mengatasi Penyakit Pada Bawang Putih Secara Lengkap
- Cara Untuk Memanen Bawang Merah Secara Lengkap
- Cara Panen dan Penanganan Pascapanen Cabai Sesuai Teknik
Sumber https://www.sedulurtani.com
0 Response to "Panen Dan Pasca Panen Tanaman Bawang Putih (Allium Sativum)"
Posting Komentar