Dinamika Lembaga Kerjasama Apec Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Kawasan
Konektivitas antar negara telah memasuki aneka macam aspek kehidupan. Jika pada kala ke-19 - awal kala ke-20, kerjasama internasional menitikberatkan pada problem politik dan pertahanan-keamanan, sekarang ruang lingkup kerjasama meluas pada isu besar lain, menyerupai perdagangan, investasi, lingkungan, dan kebudayaan.
Salah satu bentuk kerjasama antar negara yang dilandasi oleh letak wilayah yaitu the Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) yang akan kita ulas pada artikel ini.
Menurut situs resminya, APEC merupakan lembaga ekonomi regional yang dibuat pada 1989, dalam rangka meningkatkan konektivitas tempat Asia-Pasifik.
Adapun tujuan kerjasama APEC yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan negara-negara di wilayah Asia-Pasifik melalui peningkatan integrasi ekonomi, dengan membuat pertumbuhan ekonomi yang seimbang, berkelanjutan, inovatif, dan aman (www.apec.org. About APEC, dikutip pada Rabu, 25 Mei 2016).
Data memperlihatkan bahwa pada 2014:
Pada awal berdirinya, entitas ini beranggotakan 12 negara, antara lain: Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Selandia Baru, Phillipina, Singapura, Thailand, dan Amerika Serikat.
Pada 1991 ada tiga anggota gres yang bergabung, yakni: Taiwan, Hongkong, dan China.
Di 1993, dua negara bergabung dalam APEC, yaitu: Meksiko dan Papua Nugini.
Dengan demikian total anggota APEC pada 1993 mencapai 17 negara.
Selanjutnya dalam Pertemuan Puncak APEC 1994 (1994 APEC Summit), di Bogor, Indonesia, selain menghasilkan Deklarasi Bogor, APEC menerima suplemen anggota baru, Chile.
Lalu pada 1998 ada tiga negara lagi yang berpartisipasi, yakni: Peru, Rusia, dan Vietnam; sehingga hingga ketika ini total anggota APEC yaitu 21 negara.
Dalam mewujudkan visi'nya, APEC berpedoman pada tiga pilar utama kerjasama, yaitu:
Sedangkan empat alasan yang mendasari terbentuknya kerjasama APEC adalah:
Perlu dicatat adanya perbedaan antara APEC dengan organisasi multinasional lain, menyerupai ASEAN, TPP (the Trans-Pacific Partnership), atau WTO (the World Trade Organization), yakni APEC tidak membuat peraturan perdagangan, melainkan lebih pada memfasilitasi diskusi bagi kepentingan integrasi ekonomi kawasan.
Dengan kata lain, forum APEC lebih merupakan sarana mediasi yang menghubungkan negara-negara anggota dalam melakukan kerjasama multilateral.
Namun demikian menyerupai halnya organisasi internasional dan lainnya, APEC tidak lepas dari kritik terkait kinerja'nya. Berikut beberapa kritik terhadap kinerja APEC:
Selain problem teknis diatas, terdapat faktor non-teknis yang mempengaruhi dinamika APEC, diantaranya:
Diluar pro-kontra atas tugas APEC dalam mewujudkan kesejahteraan di tempat Asia-Pasifik, kebutuhan untuk berhubungan dalam ekonomi, perdagangan, dan investasi, tetap menjadi alasan utama masih dibutuhkannya APEC hingga ketika ini. **
UPDATE ARTIKEL (Selasa, 20 Nopember 2018):
Pada 2018, APEC telah mengadakan serangkaian pertemuan, baik di tingkat kementerian maupun di level pemimpin tertinggi.
Papua Nugini (Papua New Guinea) terpilih sebagai negara tuan rumah penyelenggara pertemuan rutin tersebut.
Adapun tema APEC 2018 yaitu ‘Harnessing Inclusive Opportunities, Embracing the Digital Future’.
Sedangkan jadwal pertemuan menawarkan prioritas utama pada beberapa hal, yakni:
Salah satu pertemuan yang perlu dicermati yaitu Pertemuan antar Menteri Keuangan APEC (2018 APEC Finance Ministers’ Meeting), pada 15-17 Oktober 2018, di Port Moresby, Papua Nugini.
Pertemuan tersebut antara lain membahas pertumbuhan ekonomi global yang tidak merata, bahaya terkait perdagangan internasional, ketegangan geopolitik kawasan, peningkatan risiko keuangan, serta ketimpangan sosial.
Pertemuan menghasilkan komitmen bersama dalam upaya menciptakan pertumbuhan ekonomi yang terbuka, kuat, berkesinambungan, dan seimbang.
Selain itu setiap kebijakan, baik fiskal maupun moneter, harus mendukung tercapainya pertumbuhan yang berkeadilan.
Sementara untuk meningkatkan produktivitas diupayakan melalui pembangunan infrastruktur, sehingga bisa membuat konektivitas, lapangan kerja, penguatan pertumbuhan ekonomi, sekaligus memacu persaingan sehat.
Terkait sektor keuangan, keterbukaan di sektor tersebut merupakan pondasi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu, sektor keuangan harus:
Di sektor perpajakan, perlu didorong adanya kerjasama internasional, terutama dalam mengimplementasikan sistem pajak yang transparan, penuh kepastian, dan berkeadilan (2018 APEC Finance Ministers’ Meeting. Joint Ministerial Statement, Port Moresby, Papua New Guinea, 17 October, 2018).
Adapun Konferensi Tingkat Tinggi APEC (2018 APEC CEO Summit) berlangsung pada 15-17 Nopember 2018, di Port Moresby, Papua Nugini, dihadiri oleh 21 pemimpin negara anggota serta beberapa pemimpin negara non-anggota sebagai tamu.
Namun demikian, pertemuan tersebut tidak menghasilkan janji bersama (joint communique). Hal ini terjadi akhir adanya ketegangan hubungan antara China dengan Amerika Serikat terkait isu perang dagang diantara kedua negara, serta perebutan hegemoni di tempat Asia-Pasifik.
Dengan demikian, ini yaitu untuk pertama kalinya KTT APEC tidak menghasilkan kesepakatan.
Peristiwa ini bahkan menjadi pemberitaan utama di aneka macam media internasional, misalnya:
Demikian perkembangan terkini dinamika lembaga kerjasama APEC. Kita akan terus mencermati bagaimana perkembangannya di masa mendatang. ***
ARTIKEL TERKAIT :
Sekilas perihal the Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)
Melihat Sejarah Gerakan Non Blok (Non-Aligned Movement) dan Relevansinya di Dunia Modern
Sekilas perihal the Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)
Tantangan UNDP Mewujudkan Agenda the Sustainable Development Goals Sumber http://www.ajarekonomi.com
Salah satu bentuk kerjasama antar negara yang dilandasi oleh letak wilayah yaitu the Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) yang akan kita ulas pada artikel ini.
Menurut situs resminya, APEC merupakan lembaga ekonomi regional yang dibuat pada 1989, dalam rangka meningkatkan konektivitas tempat Asia-Pasifik.
Adapun tujuan kerjasama APEC yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan negara-negara di wilayah Asia-Pasifik melalui peningkatan integrasi ekonomi, dengan membuat pertumbuhan ekonomi yang seimbang, berkelanjutan, inovatif, dan aman (www.apec.org. About APEC, dikutip pada Rabu, 25 Mei 2016).
Data memperlihatkan bahwa pada 2014:
- total GDP 21 negara anggota APEC berkisar di angka US$ 43.8 triliun.
- total populasi penduduk negara anggota APEC tak kurang dari 2.8 miliar jiwa.
- total perdagangan di tempat Asia-Pasifik mencapai lebih dari 40% perdagangan global.
Pada awal berdirinya, entitas ini beranggotakan 12 negara, antara lain: Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Selandia Baru, Phillipina, Singapura, Thailand, dan Amerika Serikat.
Pada 1991 ada tiga anggota gres yang bergabung, yakni: Taiwan, Hongkong, dan China.
Di 1993, dua negara bergabung dalam APEC, yaitu: Meksiko dan Papua Nugini.
Dengan demikian total anggota APEC pada 1993 mencapai 17 negara.
Selanjutnya dalam Pertemuan Puncak APEC 1994 (1994 APEC Summit), di Bogor, Indonesia, selain menghasilkan Deklarasi Bogor, APEC menerima suplemen anggota baru, Chile.
Lalu pada 1998 ada tiga negara lagi yang berpartisipasi, yakni: Peru, Rusia, dan Vietnam; sehingga hingga ketika ini total anggota APEC yaitu 21 negara.
Dalam mewujudkan visi'nya, APEC berpedoman pada tiga pilar utama kerjasama, yaitu:
- liberalisasi perdagangan dan investasi (trade and investment liberalization). Hal ini diwujudkan dengan menurunkan kendala tarif dan non-tarif, memperbanyak lapangan kerja baru, serta meningkatkan pertumbuhan dan pendapatan.
- penyediaan akomodasi perdagangan (trade facilitation). Dilakukan dengan mengurangi faktor ketidakpastian, serta waktu dan biaya bisnis dan perdagangan.
- kerjasama ekonomi dan teknik (economic and technical cooperation/ecotech). Hal ini mencakup pembangunan kapasitas teknis untuk mempromosikan investasi dan perdagangan, pembangunan sumberdaya manusia, penciptaan pasar modal yang kondusif dan efisien, peningkatan infrastruktur ekonomi, penerapan teknologi masa depan, peningkatan perjuangan kecil, mikro, dan menengah (UMKM), serta promosi pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang ramah lingkungan.
Sedangkan empat alasan yang mendasari terbentuknya kerjasama APEC adalah:
- perekonomian yang terus berkembang pada dekade 1980'an, ditandai dengan pertumbuhan investasi dan perdagangan di tempat Asia-Pasifik.
- adanya kepentingan bersama dari negara-negara di wilayah Asia-Pasifik untuk memelihara hubungan perdagangan internasional. Kerjasama ini berpotensi memberi peluang besar bagi setiap negara untuk memasarkan produk-produknya.
- kekhawatiran negara-negara di tempat Asia-Pasifik atas berkembangnya tempat perdagangan lain, sebab menjadi pesaing potensial.
- munculnya perselisihan antar dua negara dalam satu tempat terkait kerjasama bilateral, yang berpotensi memicu konflik, sehingga dibutuhkan lembaga obrolan yang lebih luas dan melibatkan banyak negara di tempat yang sama.
Perlu dicatat adanya perbedaan antara APEC dengan organisasi multinasional lain, menyerupai ASEAN, TPP (the Trans-Pacific Partnership), atau WTO (the World Trade Organization), yakni APEC tidak membuat peraturan perdagangan, melainkan lebih pada memfasilitasi diskusi bagi kepentingan integrasi ekonomi kawasan.
Dengan kata lain, forum APEC lebih merupakan sarana mediasi yang menghubungkan negara-negara anggota dalam melakukan kerjasama multilateral.
Namun demikian menyerupai halnya organisasi internasional dan lainnya, APEC tidak lepas dari kritik terkait kinerja'nya. Berikut beberapa kritik terhadap kinerja APEC:
- lambat dalam beradaptasi, terutama terkait janji dalam kebijakan persaingan dan kendala non-tarif.
- terlalu banyak area yang di'cover, sehingga justru tidak fokus dalam penyelesaian masalah.
- komitmen yang rendah dari sebagian anggotanya.
- evaluasi yang tidak memadai atas komitmen yang disetujui.
- karena kesepakatan APEC bersifat konsensus, maka tidak ada keputusan yang mengikat untuk dilaksanakan anggota-anggotanya.
- koordinasi yang lemah, sehingga tidak bisa menetapkan skala prioritas.
- keputusan yang diambil berpotensi menimbulkan tumpang-tindih dan inefisiensi, akhir banyaknya kelompok kerja dalam lembaga APEC.
Selain problem teknis diatas, terdapat faktor non-teknis yang mempengaruhi dinamika APEC, diantaranya:
- konflik politik dan keamanan antar anggota APEC, contohnya sengketa Laut China Selatan (South China Sea).
- pertentangan kepentingan antar negara anggota (negara besar vs negara kecil), dimana negara kecil cenderung mempunyai kapasitas ekonomi terbatas, sehingga tidak mempunyai kuasa dalam pengambilan keputusan.
- ego antar kelompok negara dari area yang berbeda, misalnya: Perdana Menteri Malaysia ketika itu, Mahathir Muhammad, pernah mengusulkan untuk membentuk kaukus negara-negara Asia Timur (East Asian Economic Caucus/EAEC) dalam lembaga APEC untuk meng'counter kepentingan negara anggota APEC yang bukan berasal dari Asia Timur.
Diluar pro-kontra atas tugas APEC dalam mewujudkan kesejahteraan di tempat Asia-Pasifik, kebutuhan untuk berhubungan dalam ekonomi, perdagangan, dan investasi, tetap menjadi alasan utama masih dibutuhkannya APEC hingga ketika ini. **
UPDATE ARTIKEL (Selasa, 20 Nopember 2018):
Pada 2018, APEC telah mengadakan serangkaian pertemuan, baik di tingkat kementerian maupun di level pemimpin tertinggi.
Papua Nugini (Papua New Guinea) terpilih sebagai negara tuan rumah penyelenggara pertemuan rutin tersebut.
Adapun tema APEC 2018 yaitu ‘Harnessing Inclusive Opportunities, Embracing the Digital Future’.
Sedangkan jadwal pertemuan menawarkan prioritas utama pada beberapa hal, yakni:
- meningkatkan konektivitas dan mempererat integrasi perekonomian kawasan.
- mempromosikan pertumbuhan yang terbuka dan berkesinambungan.
- memperkuat pertumbuhan melalui reformasi struktural.
Salah satu pertemuan yang perlu dicermati yaitu Pertemuan antar Menteri Keuangan APEC (2018 APEC Finance Ministers’ Meeting), pada 15-17 Oktober 2018, di Port Moresby, Papua Nugini.
Pertemuan tersebut antara lain membahas pertumbuhan ekonomi global yang tidak merata, bahaya terkait perdagangan internasional, ketegangan geopolitik kawasan, peningkatan risiko keuangan, serta ketimpangan sosial.
Pertemuan menghasilkan komitmen bersama dalam upaya menciptakan pertumbuhan ekonomi yang terbuka, kuat, berkesinambungan, dan seimbang.
Selain itu setiap kebijakan, baik fiskal maupun moneter, harus mendukung tercapainya pertumbuhan yang berkeadilan.
Sementara untuk meningkatkan produktivitas diupayakan melalui pembangunan infrastruktur, sehingga bisa membuat konektivitas, lapangan kerja, penguatan pertumbuhan ekonomi, sekaligus memacu persaingan sehat.
Terkait sektor keuangan, keterbukaan di sektor tersebut merupakan pondasi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu, sektor keuangan harus:
- memberi kesempatan seluas-luasnya bagi individu dan institusi usaha untuk memperoleh terusan keuangan sesuai dengan kebutuhan.
- memfasilitasi jadwal pengentasan kemiskinan.
- memupuk modal untuk pembangunan.
- menghasilkan pemerataan kesejahteraan.
Di sektor perpajakan, perlu didorong adanya kerjasama internasional, terutama dalam mengimplementasikan sistem pajak yang transparan, penuh kepastian, dan berkeadilan (2018 APEC Finance Ministers’ Meeting. Joint Ministerial Statement, Port Moresby, Papua New Guinea, 17 October, 2018).
Adapun Konferensi Tingkat Tinggi APEC (2018 APEC CEO Summit) berlangsung pada 15-17 Nopember 2018, di Port Moresby, Papua Nugini, dihadiri oleh 21 pemimpin negara anggota serta beberapa pemimpin negara non-anggota sebagai tamu.
Namun demikian, pertemuan tersebut tidak menghasilkan janji bersama (joint communique). Hal ini terjadi akhir adanya ketegangan hubungan antara China dengan Amerika Serikat terkait isu perang dagang diantara kedua negara, serta perebutan hegemoni di tempat Asia-Pasifik.
Dengan demikian, ini yaitu untuk pertama kalinya KTT APEC tidak menghasilkan kesepakatan.
Peristiwa ini bahkan menjadi pemberitaan utama di aneka macam media internasional, misalnya:
- www.cnn.com. APEC summit wraps with no joint statement amid US-China discord, Nopember 19, 2018.
- www.abc.net.au. APEC 2018: US-China clash at regional meeting leads to historic summit failure, Monday 19 November, 2018.
- www.theguardian.com. Apec leades summit: five key moments in Pacific tug of war, Monday 19 November 2018.
- www.inquirer.net. Apec leaders fail to agree on tamat communique, Sunday 18 November 2018.
Demikian perkembangan terkini dinamika lembaga kerjasama APEC. Kita akan terus mencermati bagaimana perkembangannya di masa mendatang. ***
ARTIKEL TERKAIT :
Sekilas perihal the Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)
Melihat Sejarah Gerakan Non Blok (Non-Aligned Movement) dan Relevansinya di Dunia Modern
Sekilas perihal the Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)
Tantangan UNDP Mewujudkan Agenda the Sustainable Development Goals Sumber http://www.ajarekonomi.com
0 Response to "Dinamika Lembaga Kerjasama Apec Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Kawasan"
Posting Komentar