Pengenalan Kimia Analitik

“Kimia Analitik bukan cabang Ilmu Kimia, tetapi merupakan peng-aplikasian Ilmu Kimia” -David Harvey

Pada postingan Ilmu Kimia dan Cabang Ilmunya, anda tentu sudah membaca definisi Kimia Analitik, yaitu:

“Cabang ilmu Kimia yang mengkaji perihal analisis suatu senyawa, sanggup dengan cara kualitatif (pengamatan umum terhadap sistem) atau dengan cara kuantitatif (memperoleh angka-angka dari pengukuran terhadap sistem).”

Ini merupakan definisi umum dan banyak diterima orang. Menurut definisi di atas, Kimia Analitik terdengar sebagai sesuatu yang sangat praktis bukan? Bukannya kalau menganalisis suatu senyawa saja, semua cabang Ilmu Kimia juga melakukannya? Tetapi, dunia Kimia Analitik bekerjsama sungguh indah, dan bukan sesuatu yang dikerjakan orang secara rutin.

Cabang Ilmu Kimia lain hanya melaksanakan analisis Kimia dengan metode-metode yang sudah umum dan memakai metode itu-itu saja. Sekali menemukan suatu metode untuk menganalisa, mereka tidak akan berusaha menemukan atau memakai metode lainnya, yang mungkin sanggup lebih akurat, lebih aman, atau lebih hemat. Bahkan, beberapa dari mereka yang terlanjur mengikuti metode yang sudah ada bahkan tidak memahami metode yang mereka gunakan.

Misalnya, menurut pengalaman penulis “magang” di suatu perusahaan, analis-analis Kimia di perusahaan itu hanya melaksanakan pengamatan dan kalkulasi menurut suatu rumus yang mereka hafalkan, bahkan mereka sendiri TIDAK PAHAM dengan cara mendapat rumus-rumus itu. Metode itu hanya diajarkan oleh atasan mereka, tanpa mereka mengerti maksudnya, atau mengerti tetapi sudah lupa. Hal ibarat tidak mencerminkan suatu “Analisa” tetapi HANYA “mengambil sampel dan memasukkannya ke dalam rumus”.

Atau pola lainnya, anda niscaya pernah mendengar istilah “titrasi”. Tapi tidak problem kalau anda belum pernah mendengarnya. Berikut sedikit paparan perihal titrasi:

Titrasi:

Titrasi ialah proses memilih kadar suatu larutan yang belum diketahui memakai larutan dengan kadar yang sudah diketahui. Dalam titrasi dikenal istilah “Titran” (Inggris: titrant) atau “Titer” yaitu reagent yang sudah diketahui kadarnya yang ditambahkan pada larutan yang akan diuji, yang disebut “Titrat” atau “Analit”. Dalam titrasi, yang menjadi fokus perhatian utama ialah volume titran yang ditambahkan untuk mencapai titik selesai titrasi (titik dimana titrasi harus dihentikan). Idealnya, titik selesai titrasi sama dengan titik ekuivalen titrasi (titik titrasi dimana jumlah ekuivalen titrat dan titran yang bereaksi ialah sama secara stoikiometri). Sayangnya, seringkali titik ekuivalen titrasi tidak sanggup diamati dengan terperinci memakai mata telanjang, sehingga seringkali dipakai indikator. Indikator ialah senyawa yang akan berubah warna ketika titrasi sudah mencapai titik akhirnya.

Seringnya, kesalahan yang dilakukan seorang analis dalam melaksanakan titrasi ialah penggunaan indikator yang keliru sehingga titik ekivalen titrasi agak berbeda jauh dari titik selesai titrasi. Misalnya, dalam mereaksikan asam besar lengan berkuasa dengan basa lemah ibarat dalam reaksi:

HCl_(aq) + NH_3(aq) → NH₄Cl_(aq)

Seharusnya, pH pada titik ekivalen dibawah pH air yaitu 7, dan indikator yang dipakai seharusnya bertrayek pH dibawah 7. Namun, seringkali yang dipakai analis dengan alasan murah ialah phenolpthalein, dengan trayek pH sekitar 8.3. Jika konsentrasi HCl dan NH₃ yang dipakai tidak terlalu kecil, maka penggunaan phenolpthalein tidak terlalu dipermasalahkan. Tapi bila konsentrasi NH₃ dan HCl agak kecil, maka kesalahan yang muncul cukup besar.

Perbedaan titik selesai titrasi dengan titik ekuivalen titrasi disebut kesalahan titrasi (Inggris: titration error).

Ada 4 jenis titrasi, yang paling umum dan diajarkan di Sekolah Menengan Atas yaitu titrasi asam-basa, kemudian ada titrasi kompleksometri, titrasi redoks, dan titrasi pengendapan. Ciri keempat jenis titrasi itu sama, yaitu pada titik ekuivalen, jumlah ekuivalen titran dan titrat harus sama.

Sebenarnya anda tidak perlu mencerna semua paparan diatas ketika ini, terutama bila anda belum mempelajari pecahan Kesetimbangan Kimia dan Asam-Basa. Anda cukup mengerti dan memahami apa itu titrasi.

Dalam Ilmu Kimia selain Kimia Analitik (terutama lebih kepada Kimia Terapan), titrasi hanya dilakukan dengan cara yang itu-itu saja. Hanya dilakukan sekali titrasi dengan larutan yang benar-benar kadarnya sudah diketahui. Seolah-olah, bila kita hanya mempunyai larutan yang kadarnya tidak diketahui untuk mentitrasi suatu titrat, kita tidak sanggup melaksanakan titrasi.

Misalnya, kita mempunyai suatu analit untuk dititrasi memakai titran yang tidak diketahui kadarnya, langkah awalnya ialah titran itu kita titrasi dengan larutan lain yang kadarnya diketahui dimana larutan itu bereaksi secara analog (sama) dengan analit yang akan diuji. Misalnya, untuk mentitrasi asam dengan basa yang kadarnya tidak diketahui, basa itu kita titrasi dulu dengan asam lain yang kadarnya telah diketahui. Hal ini tidak terbatas pada satu jenis reaksi dalam suatu titrasi saja, sanggup saja untuk memilih kadar basa itu, kita titrasi basa itu dengan metode titrasi pengendapan, atau dengan cara lainnya.

Kimia Analitik menuntut kita untuk kreatif dalam menemukan cara-cara menganalisa suatu senyawa Kimia dengan pengetahuan yang kita miliki. Kimia Analitik menolak pandangan bahwa menganalisa suatu senyawa hanya sanggup dilakukan dengan satu atau dua metode saja, tetapi Kimia Analitik selalu memandang bahwa terdapat sangat banyak metode yang sanggup digunakan.

Kimia Analitik selalu bersentuhan dengan hitungan matematika. Bagi anda yang suka matematika, Kimia Analitik ialah “ladangnya” matematika dalam ilmu Kimia. Tenang saja, selama anda memahami konsep-konsep dasar yang dipakai dalam Kimia Analitik, tidak akan sulit mempelajarinya.

Selamat mempelajari Kimia Analitik.

Referensi: Kimia Analitik (David Harvey) dan Seribu Pena Kimia (Dra. Priscilla Retnowati)

Sumber https://olimpiadekimia.com

Share this post