Sejarah Kerajaan Medang Mataram ( Medang Kamulan)
Nama Medang Kamulan merupakan kelanjutan kerajaan Mataram Lama di Jawa Tengah. Akan tetapi, Medang Kamulan tetap merupakan kerajaan tersendiri alasannya yaitu diperintah oleh Dinasti Baru yaitu Dinasti Isyana, yang didirikan oleh Empu Sindok.
Empu Sindok yaitu menantu dari Raja Wawa yang memindahkan sentra pemerintahan dari Jawa Tangah ke Jawa Timur. Empu Sindok memerintah sebagai raja pertama bergelar Sri Maharaja Rake Hino Isyana Wikradharmamotunggasewa. Pusat pemerintahannya berada di Watu Galuh, yaitu kawasan diantara Gunung Semeru dan Gunung Wilis.
Empu Sindok memerintah hingga tahun 947 M ia digantikan oleh putrinya bernama Sri Isyana Tunggawijaya. Ia menikah dengan Raja Lokapala. Dari perkawinan ini lahir seorang anak pria bernama Makutawangsyawardhana. Mangkutawangsyawardana naik tahta menggantikan ibunya. Ia memiliki anak wanita yang populer alasannya yaitu kecantikannya bernama Maendradatta juga sering disebut Gunapriyandharmapatni. Putrid ini bersuamikan Raja Udayana dari kelurga Warma tuhan yang memerintah di Bali. Dari perkawinan ini ia melahirkan seorang anak yang berjulukan Airlangga.
Satu-satunya keterangan perihal Empu Sindok sanggup diperoleh dari Prasasti Pucungan. Karena prasasti ini disimpan di Kalkuta (India) maka prasasti ini lebih dikenal dengan nama Prasasti Kalkuta.
1. Pemerintahan Raja Dharmawangsa.
Dharmawangsa yaitu putra dari Makutawangsyawardhana. Pusat pemerintahannya diduga terletak disekitar ajaran Sungai Brantas.
Dalam masa pemerintahan Dharmawangsa dihasilkan sebuah kitab hokum yang bernama Syiwasyasana selain itu diterjemahkannya bab kitab Mahabrata dari bahasa Sanskerta ke bahasa Jawa Kuno seperti Adiparwa, Wirataparwa, dan Bhimaparwa.
Pada tahun 1016, kerajaan yang diperintah oleh Dharmawangsa tiba-tiba mengalami Pralaya (kehancuran). Raja Dharmawangsa dan seluruh pembesar istana tewas. Satu-satunya yang berhasil meloloskan diri yaitu Airlangga, anak Mahendradatta yang pada ketika itu sedang berada di Jawa untuk melangsungkan pernikahannya dengan putrid Dharmawangsa.
2. Pemerintahan Airlangga (1019 - 1042).
Airlangga dan istrinya, serta penggiringnya yang setia, yaitu Rakyan Narottama berhasil melarikan diri. Ia mengungsi kehutan-hutan Gunung Pananggungan, Wonogiri. Di tengah hutan inilah, Airlangga menempa diri baik secara jasmaniah maupun secara rohaniah.
Pada tahun 1019, utusan rakyat dating menghadap Airlangga. Mereka meminta biar Airlangga mau dinobatkan menjadi raja untuk memerintah kembali Kerajaan Wangsa Isyana. Pada tahun 1019, ia diangkat menjadi raja dan dinobatkan oleh para pendeta Budha. Setelah dinobatkan menjadi raja. Ia bergelar Sri Maha Raja Rake Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa.
Airlangga berusaha menata kembali kekuasaan Wangsa Isyana. Ia dibantu oleh pembantu utamanya yang setia yaitu Narottama.
Pada tahun 1028, Airlangga berusaha melakukan cita-citanya. Kerajaan-kerajaan yang dulu berada dibawah kekuasaan Dharmawangsa satu persatu dikuasai kembali. Ia berhasil menundukkan Raja Bhismaprabawa (1029), Raja Wura-wari (1033), dan Raja Wijaya dari Wengker (1035). Itulah usaha-usaha yang dilakukan oleh Airlangga sehingga ia berhasil mengembalikan kerajaan Wangsa Isyana.
Airlangga membagi wilayah kerajaannya menjadi beberapa kawasan kekuasaan. Daerah kekuasaannya tersebut mencakup Jawa Timur, Jawa Tengah dan Bali. Pusat kerajaannya sendiri berada di Kahuripan dan Lambang Negara yang dipergunakan adalah Garudhamukha.
Setelah pembagian kerajaan selesai, Airlangga turun tahta tahun 1042. Ia hidup menjadi seorang petapa hingga meninggal dunia tahun 1049. Airlangga dimakamkan disebelah timur lereng Gunung Pananggungan yang populer dengan Candi Belahan. Dalam candi tersebut diwujudkan Airlangga sebagai Dewa Wisnu yang sedang mengendarai Garuda.
0 Response to "Sejarah Kerajaan Medang Mataram ( Medang Kamulan)"
Posting Komentar