Tatang Herman: Bagaimanakah Sebaiknya Guru (Matematika) Membelajarkan Siswa? Minggu, 09 September 2018 Add Comment Edit belajar matematika, berikut ini yaitu beberapa kiat bagaimanakah sebaiknya pembelajaran matematika dilaksanakan. Mulailah dari apa yang diketahui anak, bukan dari apa yang diketahui guruMungkin hal biasa kalau guru beranggapan bahwa di awal pertemuan siswabelum tahu sedikit pun mengenai materi pelajaran. Guru umumnya cenderung memulai pengajaran dari apa yang mereka ketahui, bukannya dari apa yang siswa ketahui. Padahal pengalaman dan pengamatan siswa sehari-hari sanggup dijadikan pijakan awal untuk mereka mencar ilmu matematika. Jika siswa memahami menurut apa yang telah mereka ketahui atau menurut pengalamannya, tentu saja akan lebih bermakna bagi mereka. Sajikan matematika dalam suasana menyenangkanDitinjau dari sudut pandang psikologi pendidikan, menyajikan matematika dalam suasana menegangkan atau angker tidak menguntungkan dalam mengundang potensi intelektual siswa untuk mencar ilmu secara optimal. Suasana mencar ilmu yang baik bagi siswa memerlukan dukungan iklim yang aman untuk sanggup berpikir kritis, kreatif, dan eksploratif sehingga siswa sanggup bebas berpikir dan beropini sesuai dengan potensinya. Rasa percaya diri pada siswa perlu ditanamkan semenjak awal lantaran akan berkontribusi terhadap kebiasaan berpikir dalam kegiatan belajar. Dengan demikian, suasana pembelajaran matematika harus menyenangkan bagi anak. Beri siswa kesempatan sebanyak-banyaknya untuk berbicara, bekerja, dan menulis mengenai matematikaBerbicara, menulis, dan bekerja dalam bahasa dan cara mereka sehari-hari mengenai matematika bisa membantu meningkatkan pemahaman konsep-konsep ajaib matematika. Jika suatu fakta diperoleh siswa melalui bahasa dan pengalaman mereka merupakan cara yang ampuh untuk memahami konsep atau proses. Gunakan bahasa yang biasa (familier bagi anak) sebagai seni administrasi awalSiswa akan mengalami kesulitan jikalau dihadapkan pribadi pada konsep-konsep matematika yang abstrak. Misalnya, daripada melatih siswa kelas 6 untuk menghitung 1541 : 92 dengan pembagian cara ke bawah, akan lebih bermakna bagi siswa jikalau disajikan dalam dongeng seperti: “ Murid kelas 6 akan berdarmawisata ke Yogyakarta yang berjarak 1541km dari Bandung. Jika bis yang mereka tumpangi rata-rata menempuh 92km setiap jamnya, perkirakan berapa jamkah mereka di perjalanan?” Padukan matematika dengan pelajaran lainPendekatan ini sangat sempurna dilakukan di sekolah dasar mengingat guru pada tingkatan sekolah ini kebanyakan masih sebagai guru kelas. Memadukan matematika dalam satu konteks dengan IPA, IPS, atau bahasa tidak tidak mungkin sanggup meningkatkan perhatian dan motivasi siswa dalam mencar ilmu matematika. Selain itu mereka sanggup menyadari bahwa matematika itu bukan untuk matematika saja. Manfaatkan rekayasa teknologi (kalkulator dan komputer)Masyarakat kita masih menyangsikan akan peranan alat-alat canggih, ibarat kalkulator dan komputer, dalam pembelajaran matematika. Para orang bau tanah dan guru masih banyak yang beranggapan bahwa kalkulator akan menciptakan siswabodoh, tidak bisa berhitung, dan akan menimbulkan siswa bergantung pada alat. Anggapan itu sama sekali tidak benar sepanjang guru bisa memanfaatkan alat-alat itu dalam kegiatan pembelajaran matematika. Gunakan media pembelajaran yang gampang diperoleh dan menarikPeranan media atau alat peraga dalam pembelajaran matematika sangat urgen, lantaran melalui alat peraga siswabisa mencar ilmu matematika dengan derma objek-objek nyata, merangsang melaksanakan percobaan dan pengamatan, dan mencoba menyingkap hal-hal gres bagi mereka. Banyak konsep ajaib matematika yang sanggup dipresentasikan melalui benda-benda konkret sekeliling kita dalam upaya menanamkan konsep-konsep matematika yang kokoh. Biasakan menuntaskan suatu permasalahan dengan pendekatan problem solvingSalah satu tujuan pengajaran matematika di sekolah yaitu membentuk siswa biar bisa berpikir logis, sistematis, kritis, dan kreatif. Pendekatan problem solving dalam mencar ilmu matematika akan melatih siswa untuk berpikir efektif dan strategis dalam menuntaskan permasalahan. Oleh lantaran itu untuk membentuk nalar siswa dalam menganalisis dan menjawab permasalahan-permasalahan, kemampuan siswa dalam problem solving perlu dikembangkan terus melalui pendekatan-pendekatan pembelajaran. Apabila memungkinkan, dalam setiap kesempatan pengenalan konsep matematika sebaiknya dimulai melalui problem yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Biasakan siswa untuk aktif berhubungan dalam kelompok (cooperative learning)Siswa membangun pengetahuan melalui konstruksi-konstruksi pemahamannya yang sanggup diperoleh dari proses mencar ilmu atau pengalaman. Jika siswa mendapat sesuatu yang baru, maka persepsi dan konsep usang yang telah ada di kepalanya akan mengklarifikasi apakah hal gres itu sanggup diterimanya sebagai konsep baru? Proses pengkonstruksian ini akan lebih cepat apabila dilakukan siswa melalui acara dan sharing idea sesama siswa. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan merupakan kiprah sentral pegawanegeri pendidikan yang perlu dilakukan secara terus-menerus untuk membentuk kualitas sumber daya insan yang handal dan bisa bersaing di abad global. Kualitas sumber daya insan Indonesia yang diharapkan yaitu generasi yang mendapat standar pendidikan yang tinggi sehingga bisa menjadi pemimpin, manajer, atau inovator yang efektif dan bisa menyesuaiakan diri dengan aneka macam perubahan global. Guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan bukanlah sebagai akseptor dan pelaksana pembaruan, namun mempunyai peranan sentral dalam perbaikan pendidikan khususnya dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Mengacu pada pokok pikiran tersebut, peningkatan kualitas pendidikan akan segera sanggup dilakukan melalui peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Menurut hasil pengamatan kegiatan pembelajaran matematika yang selama ini dilakukan kebanyakan masih berkonsentrasi pada aspek-aspek prosedural dan mekanistis (Herman, 2001); Armanto, 2002). Oleh lantaran itu pemahaman dan pemaknaan matematika oleh siswa belum efektif sehingga belum menggapai kompetensi yang diharapkan. Di abad ekonomi dan gosip global ini, siswa memerlukan pengetahuan dan kompetensi untuk memberdayakan dirinya dalam menemukan, menafsirkan, menilai, dan memakai pengetahuan sehingga sanggup melahirkan gagasan dan kreativitas dalam bersikap, beraktivitas, dan mengambil keputusan yang dibutuhkan dalam kehidupan. [Dr. H. Tatang Herman, M.Ed.] Masih menganggap matematika hanya hitung-hitungan semata, mari kita lihat kreativitas siswa ini, menciptakan lagu dengan matematika; Sumber http://www.defantri.com Share this post
0 Response to "Tatang Herman: Bagaimanakah Sebaiknya Guru (Matematika) Membelajarkan Siswa?"
Posting Komentar