iklan

✔ Komunikasi Antar Budaya (Kab)

 Defenisi Komunikasi Antar Budaya (KAB)
Hamid Mowlana menyebutkan komunikasi antar budaya sebagai human flow across national boundaries. Misalnya dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari banyak sekali negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya.
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa menyampaikan bahwa komunikasi antarbudaya yaitu proses perundingan atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing sikap insan dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan dengan perundingan untuk melibatkan insan di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi ia sanggup berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan; melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibentuk untuk berpartisipasi dalam proses proteksi makna yang sama; sebagai pembimbing sikap budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat lantaran mempunyai dampak terhadap sikap kita; memperlihatkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita sanggup membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan pelbagai cara.

 Konsep Kunci dalam Komunikasi Antar Budaya (KAB)
è    Lambang Verbal
Komunikasi antarbudaya, sebuah studi dari komunikasi antara individu dan kelompok dengan budaya yang berbeda, melibatkan beberapa area penting dari eksplorasi. Sebagai anggota sebuah budaya tertentu, seseorang mempelajari pola tertentu dari memahami dunia melalui sistem lambang menyerupai bahasa dan sikap nonverbal. Sementara seluruh anggota dari sebuah budaya sanggup berbicara bahasa yang sama, anggota dari budaya yang tidak mayoritas sanggup berbagi lambang mereka sendiri. Lambang-lambang ini mempersatukan mereka terhadap budaya mayoritas dan memperkuat identitas mereka sebagai anggota dari subbudaya tersebut. Saat budaya mayoritas mengadopsi lambang-lambang tersebut, mereka tidak lagi melayani maksud awal, jadi mereka mengubahnya. Sebagai pola dari fenomena ini sanggup dilihat dalam perubahan seorang remaja gaul ketika mereka diadopsi oleh orang dewasa.
è    Hipotesis Whorfrian
Yang terpenting dari bahasa dalam menghipnotis sebuah budaya yaitu poin penting dari teori relativitas linguistik dari Edward Sapir (1958, 1964) dan muridnya Benjamin Lee Whoff (1956). Hipotesis Whorfian memperlihatkan bahwa bahasa membentuk kebudayaan dan pola pikir individu. Sebagai contoh, di Inggris kita sanggup menyampaikan “brother” atau “sister” ketika berbicara dengan saudara kandung. Kita tidak perlu menspesifikasikan umur kecuali kalau kita ingin membedakan antara dua saudara perempuan atau untuk menekankan umur hubungan, menyerupai “older sister”. Akan tetapi, di Mandarin, Cina, tidak ada istilah umum untuk “brother,” “sister,” “uncle” atau “aunt.” Mungkin disebabkan oleh yang lebih penting dari kekerabatan keluarga tertentu dalam budaya cina.  Satu-satunya kata yang belaku untuk kerabat yang menentukan kekerabatan yang sempurna menyerupai “big (kakak tertua) /older sister”, “small (lahir sehabis abang pertama tetapi masih lebih renta dari yang mengatakan) older sister,” “younger brother” dan “uncle on my mother’s side.”
Hipotesis Worfian mengindikasikan bahwa bahasa menghipnotis cara komunikator melihat dunia. Karena orang Cina harus membuat perbedaan kekerabatan mental untuk berbicara bahasa Mandarin, mereka cenderung lebih peka terhadap perbedaan-perbedaan dalam kekerabatan keluarga tertentu daripada komunikator yang berbehasa Inggris. Namun, lantaran orang Inggris mempunyai banyak kata untuk warna daripada Cina, Cina jadi lebih cenderung melihat nuansa warna dari komunikator Inggris.sebagai contoh, pikirkan seluruh kata yang merupakan sinonim dari merah atau merupakan jenis-jenis dari merah: pink, pale pink, salmon pink, dan lain-lain. Mandarin hanya mempunyai satu kata untuk merah, dengan suplemen sebutan untuk nuansa terang atau gelap.
è    Lambang Nonverbal
Ada banyak cara yang sanggup dipakai untuk memulai interaksi nonverbal, memperjelas hubungan, percakapan langsung, ekspresi untuk menunjukan emosi, mengakhiri percakapan secara substansial dari budaya ke budaya. Contoh di bawah ini akan menjelaskan secara singkat beberapa area penting dari perbedaan komunikasi nonverbal yang bervariasi dengan budaya yang berbeda.
Ekman dan Friesen (1969) menyampaikan lima tipe gerakan badan yaitu emblem, ilustrator, menghipnotis tampilan, adaptor, dan regulaor. Emblem yaitu gerakan yang mempunyai tujuan atau arti yang sama dengan kata, dan dengan gampang terjadi kesalahpahaman (Ekman & Friesen, 1969). Sebagai contoh, ketika orang Amerika ingin memanggil sobat mereka, mereka melambaikan tangan (membuka dan menutup telapak tangannya). Sebagai suplemen orang Amerika selalu menggenggam tangan mereka diantara pundak dan pinggang ketika teman-teman memanggil, sementara orang Cina memegang tangan mereka dengan lurus sehingga tangan mereka berada dibawah pinggang.
Ilustrator – isyarat yang menyertai kata-kata untuk aksentuasi – juga bervariasi dari busaya ke budaya. Jakobson (1972) mendiskusikan kesulitan tentara Rusia dan Bulgaria selama perang di Turkey pada 1877-78 dalam memberikan gerakan yang menerangkan “iya”. Saat ilustrator dipakai sebagai emblem untuk menggantikan kata-kata, tentara Bulgaria tidak akan pernah yakin apakah ketika tentara Rusia menggelengkan kepala berarti “iya” atau “tidak.”
Perubah penampilan – gerakan badan yang mengekspresikan emosi - mungkin lebih menyerupai antara budaya dari jenis-jenis gerakan (Condon & Yosef, 1975), tetapi bahkan perubahan penampilan sanggup mengindikasikan arti yang berbeda. Tersenyum sanggup mengindikasikan bahwa orang Cina sedang mencoba menutupi malu. Morsbach (1982) mencatat bahwa orang Jepang juga memakai senyum dan tertawa untuk menutupi kemarahan, kesedihan, atau kekecewaan.
Kategori lain dari sikap nonverbal yang juga sering dikategorikan yaitu kontak mata. Di Amerika, orang yang menghindari kontak mata sanggup diperkirakan aib atau bahkan menghindar dan tidak sanggup dipercaya. Orang Jepang, mengajarkan bawah umur mereka untuk melihat atasan tidak pada mata lantaran memandang orang Jepang eksklusif di mata kemungkinan menghasilkan imbas membuat mereka sangat tegang, lantaran kebudayaan tabu telah dilanggar (Morsbach, 1982).
Elemen nonverbal dari bahasa termasuk nada, stres, dan kualitas bunyi yang menyediakan sumber suplemen dari perbedaan antar budaya. Sebuah bahasa yaitu salah satu yang bergantung pada kombinasi nada, stres, dan pola bunyi untuk mengindikasikan antar suara. Sebagai contoh, di Mandarin Cina, mai dengan nada tinggi berarti “membeli” sedangkan mai dengan nada rendah berarti “menjual.” Bahasa nada menyerupai Mandarin, Taiwan, dan Kanton berbicara dengan variasi vokal dibandingkan dengan bukan bahasa nada menyerupai Inggris.

Aturan dan Peranan
Disamping  lambang ekspresi dan tak lisan, kelompok anggota mempelajari  kelakuan  yang dianggap kiprah dan peraturan  untuk memakai simbol-simbol tersebut. Tugas seorang isteri atau suami di Amerika pastilah kini sangat-sangat berbeda kini jikalau dibandingkan dengan tiga puluh tahun yang kemudian ketika sebagian besar  perempuan mengasuh anak di rumah dan sebagian besar laki-laki menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga dalam sisi ekonomi. Budaya yang berbeda wacana bagaimana para anggota diharapkan sanggup memnuhi kiprahnya untuk mencapai  keinginan yang diinginkan.Beberapa kebudayaan dan kiprah memperbolehkan kelonggaran dari pada yang lainnya. Walaupun kiprah isteri telah berubah di Amerika Serikat, kiprah ibu harus tetap sama dengan tiga puluh tahun yang lalu, membuat fenomena "Superwoman" atau ”Supermom," wanita  berusaha untuk memenuhi kedua tersebut yaitu kiprah tradisional ibu dan kiprah perempuan gres dalam bisnis maupun eksekutif.  Ketik kiprah berganti atau tidak jelas, hal ini menimblukan atau membuat stres bagi orang yang mencoba mengadopsi kiprah ini. Di dalam situasi komunikasi antar budaya, pribadi dari kebudayaan lain mungkin akan berpikiran buruk lantaran mereka tidak tahu sikap yang ada dan berbeda dengan sikap mereka.

 Fungsi-Fungsi Komunikasi Antarbudaya
1.                  Fungsi Pribadi, adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui sikap komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
a.                   Menyatakan Identitas Sosial
b.                  Menyatakan Integrasi Sosial
c.                   Menambah Pengetahuan
d.                  Melepaskan Diri atau Jalan Keluar
2.                  Fungsi Sosial
a.                   Pengawasan
b.                  Menjembatani
c.                   Sosialisasi Nilai
d.                  Menghibur
 Prinsip-Prinsip Komunikasi Antarbudaya (KAB)
1.                  Relativitas Bahasa
Gagasan umum bahwa  bahasa  memengaruhi pedoman  dan perilaku paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada final tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa memengaruhi proses kognitif kita. Dan lantaran bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, sepertinya masuk nalar untuk menyampaikan bahwa orang yang memakai bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir wacana dunia.
2.                  Bahasa Sebagai Cermin Budaya
Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan.Kesulitan ini sanggup mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).
3.                  Mengurangi Ketidak-pastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dam ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga kita sanggup lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan sikap orang lain. Karena letidak-pasrtian dan ambiguitas yang lebih besar ini, dibutuhkan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.
4.                  Kesadaran Diri dan Perbedaan Antarbudaya
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita menyampaikan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.
5.                  Interaksi Awal dan Perbedaan Antarbudaya
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika kekerabatan menjadi lebih akrab. Walaupun kita selalu menghadapi kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.
6.                  Memaksimalkan Hasil Interaksi
Dalam komunikasi antarbudaya - menyerupai dalam semua komunikasi - kita berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank (1989) mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Sebagai contoh, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memperlihatkan hasil positif. Karena komunikasi antarbudaya itu sulit, anda mungkin menghindarinya. Dengan demikian, contohnya anda akan menentukan berbicara dengan rekan sekelas yang banyak kemiripannya dengan anda ketimbang orang yang sangat berbeda.
Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi kita. Bila kita memperoleh hasil negatif, kita mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi.
Ketiga, kita mebuat prediksi wacana mana sikap kita yang akan menghasilkan hasil positif. dalam komunikasi, anda mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisisi yang anda ambil, sikap nonverbal yang anda tunjukkan, dan sebagainya. Anda kemudian melaksanakan apa yang berdasarkan anda akan memperlihatkan hasil positif dan berusaha tidak melakkan apa yang berdasarkan anda akan memperlihatkan hasil negatif.

Strategi Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi yang melibatkan multietnik tentu saja memerlukan taktik yang khusus supaya komunikasi yang dijalankan benar-benar memperlihatkan pemahaman bagi pihak yang terlibat dalam komunikasi. Berikut ini disampaikan beberapa taktik untuk menghasilkan komunikasi antarbudaya yang efektif.

Teknik komunikasi inklusif di atas sanggup mendukung terjadinya komunikasi antarbudaya yang efektif supaya pesan komunikasi yang disampaikan benar memperlihatkan makna yang positif bagi masyarakat multietnik. Perbandingan teknik komunikasi diskriminatif dan teknik komunikasi inklusif memperlihatkan bahwa komunikasi diskriminatif cenderung menghasilkan kondisi permusuhan dan konflik alasannya yaitu tidak mempertimbangkan perasaan dan sensitifitas kelompok lain. Sedangkan teknik komunikasi inklusif cenderung mendorong tercipta kondisi tenang alasannya yaitu pihak yang terlibat dalam komunikasi saling memperlihatkan legalisasi dan penghormatan terhadap kelompok lain yang berbeda dengannya.Untuk membangun komunikasi antarbudaya yang efektif perlu pula dipahami beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan kekerabatan antara kelompok yang berbeda:
1.                  Enkulturasi (enkulturation): proses mempelajari dan menyerap kebudayaan yang berasal dari satu masyarakat.
2.                  Akulturasi (acculturation): proses adaptasi kebudayaan dengan kebudayaan tempatan dengan mengadopsi nilai, simbol dan/atau perilaku.
3.                  Etnosentris (ethnocentrism): suatu pandangan yang menganggap bahwa suatu kebudayaan lebih unggul dari pada kebudayaan lainnya.
4.                  Relativisme kebudayaan (cultural relativism): legalisasi terhadap perbedaan budaya dan mendapatkan bahwa setiap kelompok masyarakat mempunyai norma-norma sendiri.
Keempat konsep di atas berkaitan dengan pandangan seseorang terhadap kebudayaannya sendiri, kebudayaan orang lain, dan bagaimana menjalin kekerabatan dengan orang yang berbeda kebudayaan dengannya.Konsep enkulturasi dan akulturasi menujukkan pandangan kebudayaan yang bersifat dinamik dan adaptif lantaran terjadinya proses perembesan dan adaptasi antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Konsep etnosentris yaitu satu cara pandang yang bersifat sempit dan kaku karenahanya menganggap kebudayaan mereka yang paling tinggi dibandingkan kebudayaan lain. Pandangan menyerupai ini tentu saja akan menghambat terjadi komunikasi antarbudaya yang efektif. Sebaliknya, konsep relativisme kebudayaan memperlihatkan pandangan bersifat mengakui dan menghargai perbedaan kebudayaan alasannya yaitu setiap kebudayaan mempunyai keunggulan sendiri sehingga tidak perlu dipertentangkan keunggulan suatu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Ini bermakna kearifan lokal yang dimiliki setiap ini itu perlu diangkat dan penganggatan kearifan lokal itu tidak akan menghasilkan kontradiksi atau permusuhan alasannya yaitu relativisme kebudayaan telah mengajarkan kepada kita bahwa setiap kebudayaan mempunyai keunggulan masing-masing.

Etika Dan Norma Komunikasi Antar Budaya
Prinsip-prinsip watak dan norma-norma yang relevan dalam bidang lain juga berlaku bagi komunikasi antar budaya. Prinsip-prinsip watak social menyerupai contohnya solidaritas, sub sidiaritas, keadilan dan kesamaan, serta pertanggung balasan dalam memakai sumber-sumber umum dan pelaksanaan peranan usaha-usaha umum selalu sanggup diterapkan. Komunikasi harus selalu penuh kebenaran, lantaran kebenaran yaitu hakiki bagi kebebasan individu dan demi komunitas yang otentik antara pribadi-pribadi.
Etika dalam komunikasi antar budaya menyangkut bukan hanya apa yang adil, dengan apa yang nampak dalam media, tapi sebagian besar juga diluar itu semua. Dimensi watak tidak hanya menyangkut isi komunikasi (pesan) dan proses komunikasi (bagaimana komunikasi dilakukan) tapi juga struktur mendasar dan persoalan-persoalan yang menyangkut sistem, yang kerap kali menyangkut persoalan-persoalan besar mengenai kebijakan yang berkaitan dengan pembagian tehnologi yang canggih serta produknya, siapayang akan kaya informasi dan yang akan miskin informasi. Persoalan-persoalan ini menunjuk ke duduk kasus lain yang mempunyai implikasi ekonomi dan politik untuk kepemilikan dan kontrol.
Dalam komunikasi antar budaya, bagi orang yang mempunyai kehendak baik sekalipun tidak selalu segera menjadi terang bagaimanakah menerapkan prinsip-prinsip watak serta norma-norma. Misalnya saja dalam kasus-kasus khusus menyerupai refleksi, diskusi dan obrolan dibutuhkan penerapan watak dan norma tersebut lebih mendalam. Hal tersebut dikarenakan obrolan semacam itu merupakan obrolan yang menyangkut antara komponen komunikasi atau para pembuat kebijakan mengenai komunikasi, para komunikator profesional, para hebat watak dan moral, para akseptor komunikasi, dan orang-orang lain yang terkait.

Kelebihan dan Kekurangan Komunikasi Antar Budaya
Kekurangan:
1.                  Perbedaan latar belakang kultural dalam menafsirkan pesan, lantaran tidak ada bahasa universal baik verbal maupun nonverbal, serta kesalahan dalam persepsi sosial yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan budaya yang menghipnotis proses persepsi.
2.                  Nilam W. Juga menyatakan bahwa dalam komunikasi antardua pihak yang berbeda budaya terdapat etnosentrisme, yaitu kecenderungan menganggap salah satu budaya lebih baik atau lebih unggul dari budaya lain.
Kelebihan:
1.                  Membuka diri memperluas pergaulan;
2.                  Menghadapi teknologi komunikasi
3.                  Menghadapi kurun globalisasi.
4.                  Memperoleh kapasitas untuk benar-benar terlibat dengan anggota dari budaya lain untuk membuat kekerabatan yang langgeng dan memuaskan orang tersebut.
5.                  Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan memelihara semesta wacana dan makna bagi para anggotanya
6.                  Membantu memahami kontak antar budaya sebagai suatu cara memperoleh pandangan ke dalam budaya sendiri: asumsi-asumsi, nilai-nilai, kebebasan-kebebasan dan keterbatasan-keterbatasannya.
7.                  Budaya merupakan landasan komunikasi sehingga bila budaya beraneka ragam maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasi yang berkembang

8.                  Dengan pemahaman mengenai komunikasi antar budaya dan bagaimana komunikasi sanggup dilakukan, maka kita sanggup melihat bagaimana komunikasi sanggup mewujudkan perdamaian dan meredam konflik di tengah-tengah masyarakat. Dengan komunikasi yang intens kita sanggup memahami akar permasalahan sebuah konflik, membatasi dan mengurangi kesalahpahaman, komunikasi sanggup mengurangi eskalasi konflik sosial. 

Sumber http://indaharitonang-fakultaspertanianunpad.blogspot.com

0 Response to "✔ Komunikasi Antar Budaya (Kab)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel