iklan

✔ Pengambilan Keputusan Adopsi Dan Proses Adopsi Inovasi

Pengertian Pengambilan Keputusan Adopsi
Proses adopsi dan difusi memiliki kekerabatan yang sangat erat.  Proses adopsi terjadi pada orang-orang secara individual, sedangkan proses difusi terjadinya penyerapan penemuan di masyarakat. Penyebarluasan suatu penemuan selalu memerlukan waktu. Sampai waktu target melaksanakan proposal penyuluh (inovasi baru) itu, telah berlangsung suatu proses mental pada diri sasaran.  Jangka waktu yang diharapkan itu bervariasi dan prosesnya terjadi dalam beberapa tahap.  Proses mental yang terjadi pada target hingga melaksanakan proposal tadi disebut Proses Adopsi.  Menurut Rogers (1960) proses adopsi itu terjadi mulai seseorang mendengar suatu ilham gres hingga balasannya ia melaksanakannya (mengadopsinya). Salah satu faktor yang menghipnotis percepatan adopsi yaitu sifat  dari inovasi  itu  sendiri.  Inovasi yang akan diintroduksi harus memiliki banyak kesesuaian (daya adaptif) terhadap  kondisi  biofisik,  sosial, ekonomi,  dan  budaya  yang ada  di  petani.  Untuk  itu,  inovasi  yang  ditawarkan  ke petani harus penemuan yang sempurna guna.
Proses Adopsi Inovasi
Pada dasarnya, proses adopsi niscaya melalui tahapan-tahapan sebelum masyarakat mau menerima/menerapkan dengan keyakinannya sendiri, meskipun selang waktu antar tahapan satu dengan yang lainnya itu tidak selalu sama (tergantung sifat inovasi, karakteristik sasaran, keadaan lingkungan (fisik maupun sosial), dan aktivitas/kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh). Dalam proses adopsi atau penerimaan, kita sanggup melihat adanya lima tahap, yaitu :
1.                  Tahap kesadaran atau penghayatan (awareness stage)
Pada tahap ini target mulai sadar perihal adanya penemuan yang ditawarkan oleh penyuluh. Pada tahap ini target sudah maklum atau menghayati sesuatu hal yang gres yang aneh tidak biasa (kebiasaan atau cara yang mereka lakukan kurang baik atau mengandung kekeliruan, cara gres sanggup meningkatkan hasil perjuangan dan pendapatannya, cara gres sanggup mengatasi kesulitan yang sering dihadapi).  Hal ini diketahuinya alasannya hasil berkomunikasi dengan penyuluh.  Tahapan mengetahui adanya penemuan sanggup diperoleh seseorang dari mendengar, membaca atau melihat, tetapi pengertian seseorang tersebut belum mendalam.
2.                  Tahap Minat atau tertarik (interest stage)
Pada tahap ini  target mulai ingin mengetahui lebih banyak perihal yang gres tersebut.  Ia menginginkan keterangan-keterangan yang lebih terinci lagi.  Sasaran mulai bertanya-tanya.  Hanya keberhasilan dan klarifikasi petani golongan early adopterlah yang sanggup menghilangkan kebimbangan petani yang telah menaruh minat.
3.                  Tahap Penilaian (Evaluation stage)
Pada tahap ini target mulai berpikir-pikir dan menilai keterangan-keterangan perihal yang gres itu.  Juga ia menghubungkan hal gres itu dengan keadaan sendiri (kesanggupan, resiko, modal, dll.).  Pertimbangan- pertimbangan atau evaluasi terhadap penemuan sanggup dilakukan dari tiga segi, yaitu  teknis, hemat dan sosiologis.  Misalkan penemuan yang diperkenalkan yaitu jenis padi baru, segi-segi teknis yang dinilai yaitu tingkat produktivitasnya, pemeliharaannya gampang atau tidak, umurnya lebig pendek daripada lokal atau tidak, gampang terjangkit hama dan penyakit atau tidak dsb.  Penilaian berikutnya dilakukan terhadap segi ekonominya; evaluasi segi ini dilakukan terhadap semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi untuk satuan luas tertentu pada suatu periode kegiatan berproduksi dan nilai yang diperoleh dari hasil penjualan hasil produksinya.
Selisih antara nilai penjualan dari nilai pengorbanan yang diharapkan dihitung dalam nilai uang, merupakan laba yang sanggup diperoleh dari perjuangan tani tersebut.  Keuntungan inilah yang akan diperbandingkan dengan laba yang diperoleh jikalau seseorang menanam padi jenis unggul lokal.  Pertimbangan dari segi sosial ini antara lain manfaat penerapan penemuan tersebut bagi masyarakat di sekitar perjuangan taninya, apakah penerapan penemuan ini sanggup memperlihatkan lapangan kerja gres bagi keluarganya atau masyarakat disekitarnya.  Jika evaluasi telah dilakukan dan kesimpulan yang sanggup ditarik yaitu bahwa penerapan penemuan tersebut menguntungkan, maka seseorang akan melangkah ke tahap berikutnya.
4.                  Tahap Percobaan ( Trial stage)
Pada tahap ini target sudah mulai mencoba-coba dalam luas dan jumlah yang sedikit saja.  Sering juga terjadi bahwa perjuangan mencoba ini tidak dilakukan sendiri, tetapi target mengikuti (dalam pikiran dan percakapan-percakapan), sepak terjang tetangga atau instansi mencoba hal gres itu (dalam pertanaman percobaan atau demosntrasi).  Kalau ia sudah yakin perihal apa yang dianjurkan, maka ia kan mengetrapkannya secara lebih luas.  Bila gagal dalam percobaan ini, maka petani yang biasa akan berhenti dan tidak akan percaya lagi.  Tapi petani naju yang ulet akan mengulangi percoabaannya lagi, hingga ia mendapat keyakinannya.
5.                  Tahap Penerimaan (Adoption).
Pada tahap ini target sudah yakin akan kebenaran atau keunggulan hal gres itu, maka ia mengetrapkan proposal secara luas dan kontinu.  Ia juga akan mengajurkannya kepada tetangga atau teman-temannya. Dalam prakteknya pentahapan tadi tidak perlu secara berurutan dilaluinya.  Dapat saja sesuatu tahap dilampaui, alasannya tahap tersebut dilaluinya secara mental.  Tidak semua orang memiliki waktu, kesempatan, ketekunan, kesanggupan dan keuletan yang sama untuk menjalani, adakala mengulangi proses adopsi hingga sakhir dan mendapat sukses.
Kegunaan simpel bagi para penyuluh pertanian perihal proses adopsi yaitu untuk mengetahui hingga tahap mana target yang dihadapinya itu.  Makara harus tahu ciri-ciri dari tiap tahap, dan pengetahuan ini dipakai untuk sanggup memperlihatkan bahan-bahan penyuluhan yang sempurna dan sesuai kepada orang-orang tertentu pada masing-masing tahap dan pada waktu-waktu tertentu pula.  Juga untuk sanggup menentukan metoda penyuluhan yang sempurna pada kesempatan (tahap) tertentu.
Bagi para penyuluh pertanian tiap tahap dari proses adopsi itu akan memperlihatkan indikasi golongan perjuangan penyuluhan yang harus digunakan, umpamanya :
a)                  Pada tahap kesadaran yang dilakukan yaitu perjuangan untuk menimbulkan perhatian atau kesadaran.  Cara-caranya lebih banyak di lapangan komunikasi massal, seperti  siaran melalui radio (siaran pedesaan), surat kabar, majalah, film, televisi, poster, dan lain-lain.
b)                  Pada tahap minat maka perjuangan yang dilakukan adalah  upaya-upaya kekerabatan secara perorangan, baik mulut maupun tertulis.  Orang-orang yang sudah sadar dan memperlihatkan sedikit minat terhadap perubahan, supaya lebih banyak diberi klarifikasi supaya minatnya sanggup tumbuh dan berkembang.
c)                  Pada tahap evaluasi maka perjuangan para penyuluh yaitu memperlihatkan bahan-bahan pertimbangan kepada sasaran.  Dapat berbentuk kunjungan rumah yang lebih sering, pameran, darmawisata, demonstrasi, latihan, surat-surat selebaran dll.
d)                 Pada tahap percobaan penyuluh akan memperlihatkan data teknis yang sanggup meyakinkan sasaran.  Juga target akan sanggup kesempatan untuk mencoba atau melaksanakan demonstrasi di tanahnya sendiri, di bawah bimbingan penyuluh.  Darmawisata kepada orang-orang yang telah berhasil akan menambah keyakinan tadi.
e)                  Pada tahap penerimaan atau pengetrapan maka penyuluh akan terus mendampingi atau membimbing sasaran, yang sudah melaksanakan proposal secara lebih luas dan kontinu itu.  Biasanya pada tahap ini target sudah diakui sebagai petani maju.  Mungkin selanjutnya juga dijadikan petani teladan, terus kontak tani pada akhirnya.
  Klasifikasi Sasaran Dalam Proses Adopsi
Berdasarkan waktu yang diharapkan untuk menuntaskan proses adopsi, dari tahap kesadaran hingga tahap penerimaan atau pengetrapan, maka kita sanggup membagi target itu dalam lima golongan, yaitu :
1.                  Golongan Pelopor atau Inovator  [ 2,5% ]
Golongan ini merupakan golongan yang paling cepat melewati proses adopsi.  Orang yang termasuk golongan ini jumlahnya tidak banyak dalam suatu daerah, satu atau dua orang saja, mungkin juga tidak ada.  Mereka merupakan orang yang maju sekali, pandai, pengetahuannya luas, usahanya maju, penghasilannya tinggi, kaya dan pengalamannya luas.  Tanah usahanya luas, memiliki kegemaran dan kesempatan untuk mencoba hal-hal baru.  Sifat istimewanya yaitu selalu ingin tahu dan aktif mencari keterangan kemana-mana.  Petugas penyuluhan sering dibentuk kewalahan.  Biasanya mereka kurang memperdulikan orang-orang sekitarnya, tidak aktif menyebar-luaskan innovasi atau pengetahuan dan pengalamannya.  Umumnya berumur setengah baya (40) dan memiliki kekerabatan yang erat dengan pihak luar (PT, Balai penelitian dan instansi tingkat pusat).  Dengan demikian golongan ini lebih bersifat “cosmopolite” apabila dibandingkan dengan golongan-golongan pengadopsi lainnya, maka dalam proses penyebaran penemuan golongan ini tidak banyak membantu.
2.                  Golongan Early Adopter (Pengadopsi)  [13,5%]
Golongan ini merupakan  masyarakat yang berumur  25 - 40 tahun. Golongan ini merupakan target yang cepat ikuti inovator, pendidikan diatas masyarakat sekitar, dan memiliki faktor produksi sehingga gampang untuk praktekkan hal-hal baru, aktif dalam masyarakat dan supel dalam pergaulan, sumber advis dan informasi bagi petani lain, mau membuatkan pengetahuan sehingga cocok untuk dijadikan petani teladan yang selanjutnya menjadi kontak tani, bersifat “localite” dalam proses penyebaran inovasi, golongan ini paling membantu penyuluh pertanian.

3.                  Golongan Majority (Mayoritas Awal)  [ 34%]
Pada golongan ini proses adopsi lebih lambat dibandingkan golongan penerap dini, biasanya merupakan para tokoh masyarakat setempat, dimana biasanya tidak mau usahanya gagal untuk menjaga supaya citranya tidak buruk,tingkat pendidikan, pengalaman, dan kondisi sosio ekonominya sedang.
4.                  Golongan  Late  Majority (Pengetrap Akhir/Mayoritas Lamabt) [ 34%]
Pada golongan ini  petani yang kurang mampu, pendidikan rendah bahka masih buta huruf, sifatnya kurang ulet dalam mengetrapkan penemuan baru, harus melihat pola dari golongan terdahulu, kurang memakai media massa sehingga lambat mengetahui informasi terbaru, kekerabatan dengan penyuluh relatif kecil.
5.                  Golongan Laggard (Penolak/Lamban) [16%]
Golongan ini disebut juga non adopter,  tuan-tuan tanah, petani yang berpandangan terbelakang (tradisional), tidak bahagia terhadap perubahan, kalau-pun mendapatkan akan terjadi paling akhir. Berdasarkan anutan informasi atau sebagai sumber informasi maka :
Lembaga penelitian (PT, BPTP, dll) merupakan sumber informasi bagi golongan inovator, early adopter, dan penyuluh pertanian.  Golongan inovator biasanya sudah maju, mampu, penemuan-penemuan gres selalu didengar dengan cepat dan kurang perhatian thd masyarakat sekitar maka tidak perlu menjadi perhatian (pembinaan) penyuluh pertanian.
Sumber informasi golongan early majority yaitu golongan Early adopter dan penyuluh pertanian.  Golongan inilah yang harus memperoleh perhatian utama para penyuluh.  Pada umumnya golongan ini menjadi tokok masyarakat, sehingga tindakannya banyak diikuti oleh golongan late majority.  Golongan ini biasanya erat dengan golongan late majority dan laggard.
Sumber informasi golongan late majority yaitu early majority, golongan late majority gres mau mengadopsi penemuan gres sesudah golongan early majority mengadopsinya, sehingga golongan inipun tidak usah menjadi perhatian yang utama dari penyuluh.
Yang paling gampang menghipnotis golongan laggard yaitu golongan late majority, itupun sangat sulit terjadi.  Dari uraian di atas sanggup disumpulkan bahwa yang harus menjadi perhatian utama para penyuluh yaitu golongan early adopter.

Faktor – Faktor Yang meperngaruhi Kecepatan Adopsi
Dari khasanah kepustakaan diperoleh informasi bahwa kecepatan adopsi, ternyata dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu:
a)                  Sifat-sifat atau karakteristik inovasi
b)                  Sifat-sifat atau karakteristik calon pengguna
c)                  Pengambilan keputusan adopsi
d)                 Saluran atau media yang digunakan
e)                  Kualifikasi penyuluh.
Meskipun demikian, Mardikanto (1995) mensinyalir bahwa, identifikasi bermacam-macam faktor penentu kecepatan adopsi penemuan itu masih terbatas pada pendekatan proses komunikasi. Karena itu, ia mencoba menggali lebih jauh dengan melaku-kan pendekatan kebudayaan (Soewardi, 1976), dan pendekatan sistem agribisnis. Lebih lanjut, alasannya kegiatan penyuluhan pertanian sanggup dili-hat sebagai sub-sistem pengembangan masyarakat, maka kece patan adopsi penemuan sanggup pula dipengaruhi oleh sikap abdnegara dan hal-hal lain yang terkait dalam kegiatan pengem-bangan masyarakat.
Studi perihal adopsi inovasi, telah banyak dilakukan oleh banyak sekali pihak. Herman Soewardi (1976), misalnya, telah melaksanakan studi untuk melihat proses adopsi sebagai proses perkembangan kebudayaan, menurut teori Erasmus:
                        A = f (M, C, L)
di mana:          A = adoption,
                        M = motivation,
                        C = cognition, dan

                        L = limitation.

Sumber http://indaharitonang-fakultaspertanianunpad.blogspot.com

0 Response to "✔ Pengambilan Keputusan Adopsi Dan Proses Adopsi Inovasi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel