iklan

√ Seni Sastra : Pengertian, Unsur, Ciri, Jenis, Fungsi Misalnya Lengkap

√ Seni Sastra : Pengertian, Unsur, Ciri, Jenis, Fungsi & Contohnya Lengkap


 


 


SeputarIlmu.Com – Seni sastra ?? Pasti anda sudah pernah menciptakan salah satu jenis seni ini. anda pernah ditugaskan oleh guru anda menciptakan puisi. puisi merupakan salah satu teladan seni sastra. Untuk lebih jelasnya lagi wacana apa itu seni sastra. Mari simak ulasan yang ada dibawah berikut ini.


 


 Pasti anda sudah pernah menciptakan salah satu jenis seni ini √ Seni Sastra : Pengertian, Unsur, Ciri, Jenis, Fungsi  Contohnya Lengkap


 


 


Pengertian Seni Sastra


Sastra ialah kata serapan dari Bahasa Sansekerta, yaitu Shastra, yang artinya teks yang mangandung suatu instruksi, pedoman, ajaran. berdasarkan kamus besar bahasa indonesia (KBBI), sasatra ialah suatu karya tulis yang apabila dibandingkan dengan sebuah karya tulis lainnya yang mempunyai ciri khas, keunggulan, keindahan, keaslian dalam suatu kontent yang meliputi sebuah gaya bahasa yang digunakan. Para andal pun telah banyak yang menjelaskan makna sastra biar lebih gampang dipahami. Menurut M. Esten, sastra ialah suatu karya imaginatif yang diungkapkan melalui sebuah bahasa yang khas serta mempunyai sebuah nilai positf terhadap kehidupan manusia.





Pengertian Seni Sastra Menurut Para Ahli


 


1. Semi


Menurut Semi menyatakan bahwa Sastra ialah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya yaitu insan dan kehidupannya memakai sebuah bahasa yang sebagai mediumnya.



2. Panuti Sudjiman


Menurut Panuti Sudjiman menyatakan bahwa Sastra ialah sebagai karya verbal atau goresan pena yang mempunyai banyak sekali ciri keunggulan ibarat pada sebuah keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapanya.


 


3. Ahmad Badrun


Menurut Ahmad Badrun menyatakan bahwa Kesusastraan ialah suatu kegiatan seni yang mempergunakan suatu bahasa dan garis simbol-simbol lain sebagai alat, dan bersifat imajinatif.


 


4. Eagleton


Menurut Eagleton menyatakan bahwa Sastra ialah suatu karya goresan pena yang halus (belle letters) yaitu karya yang mencatatkan sebuah bentuk bahasa. harian dalam banyak sekali cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan dan diterbalikkan, dijadikan ganjil.


 


5. Plato


Menurut Plato menyatakan bahwa Sastra ialah sebuah hasil peniruan atau citra dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh lantaran itu, nilai sastra akan semakin rendah dan jauh dari dunia ide.


 


6. Aristoteles


Menurut Aristoteles menyatakan bahwa Sastra ialah sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.


 


7. Robert Schole


Menurut Robert Scholes menyatakan bahwa Tentu saja, sastra itu sebuah kata, bukan sebuah benda.


 


8. Sapardi


Menurut Sapardi menyatakan bahwa sastra ialah sebuah forum sosial yang memakai bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri ialah ciptaan sosial. Sastra menampilkan sebuah citra kehidupan, dan kehidupan itu sendiri ialah suatu kenyataan social.


 


9. Taum


Menurut Taum menyatakan bahwa Sastra ialah suatu karya cipta atau fiksi yang mempunyai sifat imajinatif atau sastra ialah suatu penggunaan bahasa yang indah dan mempunyai kegunaan yang membuktikan hal-hal lain


 




Ciri- Ciri Seni Sastra


Berdasarkan pengertiannya, ciri-ciri seni sastra sanggup dibagi menjadi yaitu sebagai berikut :



  • Seni sastra berupa Bahasa : yaitu seni sastra yang berbentuk ungkapan, kata-kata, cerita, maupun gaya bahasa.


 



  • Seni sastra berupa curahan perasaan : yaitu Seni sastra yang berupa curahan perasaan yang berbentuk kitab, buku, goresan pena maupun karangan.


 



  • Seni sastra yang tertuang dalam gagasan/nilai : Yaitu seni sastra yang teruang dalam suatu gagasan atau nilai yakni sastra yang bebentuk ajaran, pedoman, perintah, maupun pendidikan.


 




Unsur-Unsur Seni Sastra


Dalam seni sastra terdapat sebuah unsur-unsur yang membangun seni sastra itu sendiri. yaitu sebagai berikut :


1. Unsur instrinsik


Unsur instrinsik merupakan sebuah unsur yang mempengaruhi seni sastra yang terdapat didalam seni sastra itu sendiri, unsur instrinsik seni sastra yaitu sebagai berikut:



  • Tema, yakni sebuah pokok problem yang terdapat di dalam cerita.

  • Amanat, yakni sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh sih pengarang untuk pembacanya.

  • Karakter/perwatakan, yakni tokoh dalam cerita. Karakter tersebut sanggup digolongkan menjadi : tokoh utama yang menjadi sorotan utama dan tokoh pembantu yang mendampingi tokoh utama. Bila dilihat dari karakter baik buruknya maka tokoh dibagi menjadi yaitu : protagonis, antagonis.

  • Konflik, yakni sebuah permasalahan yang dialami oleh karakter di dalam cerita. Konflik terbagi menjadi dua macam yaitu : konflik internal (konflik yang tidak melibatkan tokoh lain), dan konflik eksternal ( konflik yang melibatkan tokoh lain).

  • Setting/latar, yakni sebuah keterangan tempat, waktu, dan suasana.

  • Plot/alur, yakni sebuah jalan kisah dalam karya sastra dari awal hingga akhir

  • Symbol, yakni penggunaan karya sastra untuk mewakili suatu hal yang abstrak.

  • Sudut pandang, yakni penerapan karakter penulis dalam cerita. Sudut pandang penulis terbagi menjadi : orang pertama ditandai dengan penggunaan kata “aku”atau “saya”, orang kedua ditandai dengan penggunaan kata “kamu” dan orang ketiga ditandai dengan penggunaan kata “mereka” atau “dia”.


 


2. Unsur ekstrinsik


Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang membentuk karya sastra dari luar. Umunya unsur ini berupa latar belakang kehidupan penulis, keyakinan dan cara pandang peniulis, watak istiadat, situasi politik, sejarah dan ekonomi yang berada dalam sebuah karya sastra. Meskipun unsur ekstrinsik Nerada diluar karya sastra namun unsur ini tetap menjadi unsur yang membangun karya sastra. Sehingga karya sastra sanggup dinikmati oleh penikmatnya.


 




Jenis-Jenis Sastra


Seni sastra tidak hanya bekerjasama dengan sebuah goresan pena tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan suatu pengalaman atau pemikiran tertentu. Oleh lantaran itu, seni sastra sanggup dibagi menjadi dua, yaitu:


1. Seni Sastra Tulis


Seni sastra tulis merupakan sebuah bentuk karya sastra yang dituangkan dalam sebuah bentuk tulisan, yaitu kombinasi sebuah abjad yang mempunyai makna atau arti. Banyak sekali jenis seni sastra goresan pena yang berkembang di masyarakat, Contohnya dalam bentuk prosa, puisi, kisah fiksi, dan essai.


a. Pujangga Lama


Karya sastra Pujangga Lama di Indonesia dihasilkan sebelum periode ke-20. Pada masa ini karya sastra di Indonesia di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat.



  • Syair merupakan puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Biasanya terdiri atas 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud). Pantun ialah sejenis puisi yang terdiri atas 4 baris bersajak ab-ab atau aa-aa. Dua baris pertama yaitu sampiran, yang umumnya wacana alam (flora dan fauna). Dua baris terakhir yaitu isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.

  • Gurindam merupakan satu bentuk puisi Melayu usang yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama tamat yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawaban nya atau jawaban dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi. Hikayat merupakan salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan wacana kisah, cerita, dongeng, maupun sejarah.


Umumnya mengisahkan wacana kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama. Beberapa karya sastra pada masa pujangga usang diantaranya yaitu Hikayat Abdullah, Hikayat Andaken Penurat, dan Hikayat Bayan Budiman.


 


b. Sastra Melayu Lama


Sastra Melayu Lama ialah karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870–1942, yang berkembang di lingkungan masyarakat Sumatra ibarat Langkat, Tapanuli, Padang dan tempat Sumatra lainnya, Cina dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat. Beberapa teladan karya sastra Melayu usang yakni Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo), Bunga Rampai oleh A.F van Dewall, Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe, Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan, Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lain


 


c. Angkatan Balai Pustaka


Karya sastra angkatan Balai Pustaka muncul di Indonesia semenjak tahun 1920–1950, yang dipelopori oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, kisah pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini. Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah efek jelek dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap mempunyai misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak dan bahasa Madura. Contoh karya sastra angkatan Balai Pustaka antara lain Azab dan Sengsara, Seorang Gadis oleh Merari Siregar, Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis Sutan Sati, dan Siti Nurbaya oleh Marah Rusli.


 


d. Pujangga Baru


Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru ialah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi “bapak” sastra modern Indonesia. Pada masa itu, terbit pula majalah “Poedjangga Baroe” yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930–1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karya sastra Pujangga Baru di antaranya Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisjahbana dan Belenggu oleh Armijn Pane. Makna Pujangga atau Bujangga ialah pemimpin agama atau pendeta. Tetapi, makna pujangga dalam pujangga gres ialah ”pencipta”.


 


e. Angkatan ’45


Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan ’45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga gres yang romantik-idealistik. Misalnya, Surat Cinta Enday Rasidin, Simphoni oleh Subagio Sastrowardojo, dan Balada Orangorang Tercinta oleh W.S.Rendra


 


f. Angkatan 66-70-an


Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat bermacam-macam dalam aliran sastranya. Sastrawan pada tamat angkatan yang kemudian termasuk juga dalam kelompok ini ibarat Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Gunawan Mohammad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hurip, Sutardji Calzoum Bachri, dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B.Jassin.


Seorang sastrawan pada angkatan 50–60-an yang menerima tempat pada angkatan ini ialah Iwan Simatupang. Pada masanya, karya sastranya berupa novel, cerpen dan drama kurang menerima perhatian. Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C Noer, Akhudiat, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Gunawan Mohammad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Widjaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail dan banyak lagi yang lainnya. Karya Sastra Angkatan ‘66 di antaranya Amuk, Kapak, Laut Belum Pasang, Meditasi, Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur, Tergantung Pada Angin, Dukamu Abadi, Aquarium, Mata Pisau dan Perahu Kertas.


 


g. Angkatan 80-an


Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan perempuan yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas di banyak sekali majalah dan penerbitan umum. Beberapa sastrawan yang sanggup mewakili Angkatan dekade 80-an ini antara lain Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, dan Kurniawan Junaidi. Karya Sastra Angkatan Dasawarsa 80 antara lain Badai Pasti Berlalu, Cintaku di Kampus Biru, Sajak Sikat Gigi, Arjuna Mencari Cinta, Manusia Kamar, dan Karmila. Mira W dan Marga T ialah dua sastrawan perempuan Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka ialah wanita. Bertolak belakang dengan novelnovel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa periode ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 80-an biasanya selalu mengalahkan kiprah antagonisnya.


Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 80-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop (tetapi tetap sah disebut sastra, jikalau sastra dianggap sebagai salah satu alat komunikasi), yaitu lahirnya sejumlah novel terkenal yang dipelopori oleh Hilman dengan Serial Lupus-nya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih “berat”. Budaya barat dan konflik-konfliknya sebagai tema utama kisah terus mempengaruhi sastra Indonesia hingga tahun 2000.


 


h. Angkatan 2000-an


Sastrawan angkatan 2000 mulai merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada tamat tahun 90-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kisah novel fiksi. Apakah kau mengenal Ayu Utami dengan karyanya Saman? Sebuah fragmen dari kisah Laila Tak Mampir di New York. Karya ini menandai awal bangkitnya kembali sastra Indonesia setelah hampir 20 tahun. Gaya penulisan Ayu Utami yang terbuka, bahkan vulgar, itulah yang membuatnya menonjol dari pengarang-pengarang yang lain. Novel lain yang ditulisnya ialah Larung.


 


2. Seni Sastra Lisan


Seni sastra verbal disampaikan dengan bahasa verbal , yaitu dengan dituturkan secara pribadi kepada sih pendengar, dengan atau tanpa iringan musik tertentu.


Bentuk seni sastra verbal yang berkembang di Indonesia, antara lain:


a. Mitos atau Mite


Mitos ialah seni sastra bersifat religius, namun memberi rasio pada kepercayaan dan praktik keagamaan. Masalah pokok yang diulas di dalam mitos ialah masalah kehidupan manusia, asal mula insan dan makhluk hidup lain, lantaran insan di bumi, dan tujuan tamat hidup manusia. Fungsi mitos yaitu memberi klarifikasi wacana alam semesta dan keteraturan hidup dan perilaku.


Mite yang hidup di Indonesia biasanya bercerita wacana proses terciptanya alam semesta (kosmogony), asal seruan dan silsilah para yang kuasa (theogony), pencitaan insan pertama dan pembawa kebudayaan, asal seruan makanan pokok (padi), dan sebagainya. Berikut salah satu mite yang hidup di Jawa.


“Konon, pada masa dahulu kala Pulau Jawa belum berpenghuni sehingga gampang terombang-ambing terkena ombak laut. Hanya Bathara Guru dan Bathari Parameswari yang berani menempatinya. Maka, biar Pulau Jawa menjadi tenang, Bathara Guru memanggil para yang kuasa untuk tiba ke Jambudwipa. Intinya mereka diperintah untuk memindahkan Gunung Mahameru ke Pulau Jawa untuk dijadikan pasak. Para yang kuasa pun sebenarnya mengangkat gunung tersebut. Bathara Wisnu berkembang menjadi tali untuk mengikat dan Bathara Brahma menjadi kura-kura untuk kendaraannya. Separuh gunung ditinggal dan puncaknya sanggup hingga ke Jawa. Selama perjalanan, ada bagian-bagian gunung yang jatuh dan membentuk Gunung Wilis, Gunung Kelud, serta Gunung Kawi. Puncaknya menjadi Gunung Semeru dan menjadi sentra dunia ibarat Gunung Mahameru di Jambudwipa.


 


b. Legenda


Legenda merupakan kisah yang bersifat semihistoris mengenai pahlawan, terciptanya adat, perpindahan penduduk, dan selalu berisi percampuran antara fakta dan supernatural. Legenda tidak banyak mengandung masalah, namun lebih kompleks dari mitos. Fungsinya antara lain memberi pelajaran, fatwa moral, meningkatkan rasa gembira terhadap suku bangsa atau moyangnya. Suatu legenda yang lebih panjang berbentuk puisi atau prosa ritmis dikenal dengan epik.


 


c. Epik


Epik merupakan kisah verbal yang panjang, adakala dalam bentuk puisi atau prosa ritmis yang menceritakan perbuatan-perbuatan besar dalam kehidupan orang yang sebenarnya atau yang ada dalam legenda.


 


d. Dongeng


Dongeng merupakan suatu kisah yang tidak nyata dan tidak historis yang fungsinya untuk memberi hiburan dan memberi pelajaran atau nasihat.


 




Contoh Seni Sastra Lisan


 Berikut ini ialah contoh-contoh seni sastra verbal yang hidup di Indonesia.


1. Pantun Sunda


Pantun Sunda ialah penceritaan bersyair orang Sunda (Jawa Barat) dengan diiringi oleh musik kecapi. Tradisi ini biasanya dilakukan sebelum atau setelah upacara tradisional contohnya ijab kabul dan merupakan hiburan tunggal. Juru pantun menyanyi sesuai irama kecapi yang ia petik dalam skala pentatonik (lima nada). Kecapi Sunda itu biasanya berbentuk bahtera dengan 18 senar. Pantun Sunda biasanya berisi kisah kisah dari masa Kerajaan Hindu Pajajaran. Cerita ditampilkan secara bersamaan antara percakapan dan nyanyian. Salah satu pantun Sunda yang terkenal ialah Lutung Kasarung, syairnya terdiri atas 1.000 baris dan berasal dari periode XV. Semula, tradisi ini disampaikan oleh pendongeng profesional yang berkelana dari desa ke desa. Maksudnya untuk mengajarkan kepercayaan agama, sejarah, mitologi, sopan santun, dan lain-lain. Dalam perkembangannya, tradisi ini berkembang menjadi kisah anakanak.


 


2. Rabab Pariaman


Tradisi pertunjukan verbal ini berasal dari Sumatra Barat. Tukang rabab memberikan kisah dalam wujud nyanyian dengan ciri dialek Pariaman. Tradisi ini biasa dipertunjukkan pada pesta perkawinan, perayaan nagari, pesta pengangkatan penghulu, dan lain-lain. Cerita yang disampaikan berisi usaha untuk mencapai keberhasilan hidup. Tokoh dalam kisah itu menghadapi kesulitan dalam mencapai keberhasilan, kemudian menerima tanggapan dari penonton.


 


3. Makyong


Tradisi ini semula berasal dari Pattani, Muangthai, namun berkembang ke selatan hingga pesisir Melayu. Makyong merupakan pertunjukan teater di mana unsur-unsur drama, tari, musik, mimik, dan sebagainya tergabung menjadi satu. Semula, tradisi ini dipertunjukkan di kalangan atas Istana Kelantan dan Riau Lingga hingga tahun 1700-an. Fungsinya bukan untuk menghibur tetapi penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sultan dan istrinya dianggap wakil Tuhan, maka makyong dianggap persembahan kepada Tuhan. Dalam perkembangannya, makyong berkembang menjadi pertunjukan desa sebagai hiburan atau upacara penyembuhan.


Kisah yang dimainkan sebagian besar berasal dari warisan cerita-cerita istana kerajaan Melayu, biasanya berbentuk prosa tanpa naskah. Makyong antara lain terdiri atas punakawan (pengasuh) yang mengenakan topeng, wak petanda (ahli pembintangan atau orang bijak), serta para pemain yang semua diperankan oleh kaum perempuan. Salah satu kisah yang paling disukai dalam tradisi makyong ialah yang kuasa muda.


 


4. Wayang Kulit dan Wayang Beber


Tradisi ini merupakan tradisi verbal yang lakonnya bersumber dari legenda serta kisah verbal sastra tulis atas tradisi India dan Jawa. Wayang kulit dan wayang beber sanggup ditemukan di Jawa, Bali, Sumatra Selatan, dan Jawa Barat. Tradisi wayang berbentuk teater boneka dengan memakai layar (kelir), gamelan, dan 400-an wayang. Hidup tidaknya pertunjukan ini ditentukan oleh dalang, lantaran dialah yang menguasai pertunjukan.




Fungsi Seni Sastra


1. Sarana Menyampaikan Pesan Moral


Sastrawan menulis karya sastra, yaitu antara lain untuk memberikan model kehidupan yang diidealkan dan ditampilkan dalam sebuah kisah lewat para tokoh. Dengan karya sastranya, sastrawan ini memberikan pesan moral yang bekerjasama dengan sebuah sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat itu pada hakikatnya universal, yang artinya diyakini oleh semua manusia. Pembaca dibutuhkan dalam menghayati sifat sifat ini dan kemudian menerapkannya dalam sebuah kehidupan nyata.


Moral dalam karya sastra atau hikmah yang akan disampaikan oleh sastrawan selalu dalam pengertian yang baik lantaran pada awal mula semua karya sastra ialah baik. Jika dalam kisah ditampilkan suatu sikap dan tingkah laris tokoh-tokoh yang tidak terpuji, baik mereka berlaku sebagai tokoh antagonis maupun protagonis, bukan berarti sastrawan menyarankan untuk bertingkah laris demikian. Pembaca dibutuhkan sanggup mengambil sebuah hikmah sendiri dari cerita. Sesuatu yang baik justru akan lebih mencolok bila dikonfrontasikan dengan yang tidak baik.


 


2. Sarana Menyampaikan Kritik


Seni sastra, terutama sastra goresan pena sanggup menjadi sarana untuk memberikan kritik atas fenomena sosial maupun dalam politik dalam masyarakat. Misalnya, novel atau puisi yang mengemukakan suatu masalah kemiskinan, dalam suatu perbedaan antara laki-laki dan wanita, atau kesenjangan sosial. Melalui sastra, masyarakat menjadi berempati dan bersimpati dan risikonya akan tergugah untuk berpartisipasi dalam menuntaskan sebuah masalah-masalah sosial tersebut.


 


3. Menumbuhkan Rasa Nasionalisme dan Penghargaan Terhadap Kebudayaan Daerah


Sebagai cuilan dari kebudayaan nasional, seni sastra Indonesia merupakan suatu wahana ekspresi budaya dalam rangka upaya ikut memupuk kesadaran sejarah serta semangat dalam nasionalisme. Semangat nasionalisme dalam sebuah seni sastra tidak hanya dalam faktual pada masa revolusi saja, tetapi pada era globalisasi yang sanggup mengancam suatu sendi-sendi nasionalisme sebuah bangsa.


Didalam kehidupan tanpa adanya seni terasa hidup ini tidak berwarna, karna seni merupakan suatu keindahan yang yummy dipandang dan didengar.


 


Itulah ulasan wacana √ Seni Sastra : Pengertian, Unsur, Ciri, Jenis, Fungsi & Contohnya Lengkap. Semoga apa yang diulas diatas bermanfaat bagi pembaca. Sekian dan terimakasih.


 


 


Baca Juga Artikel Lainnya :


Baca Juga :  √ Seni : Pengertian, Macam, Cabang, Fungsi, Tujuan & Contohnya Lengkap

Baca Juga :  √ Seni Rupa : Pengertian, Fungsi, Unsur, Prinsip, Jenis & Contohnya Lengkap

Baca Juga :  √ Musik : Pengertian, Fungsi, Unsur, Jenis & Manfaatnya Lengkap

Baca Juga :  √ Seni Tari : Pengertian, Sejarah, Jenis, Unsur, Fungsi & Contohnya Lengkap

Baca Juga :  √ Seni Teater : Pengertian, Ciri, Unsur, Fungsi , Jenis & Contohnya Lengkap


Sumber aciknadzirah.blogspot.com

0 Response to "√ Seni Sastra : Pengertian, Unsur, Ciri, Jenis, Fungsi Misalnya Lengkap"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel