Macam Adab Dan Tanggung Jawab Sosial Dalam Bisnis Internasional
Alasan dasar keberadaan suatu bisnis yaitu untuk membuat nilai (dalam bentuk keuntungan) bagi pemiliknya. Selain itu, sebagian besar orang bekerja untuk memperoleh penghasilan untuk kehidupan mereka atau keluarga mereka. Sebagai akibatnya, tujuan dari setiap keputusan yang dibentuk untuk kepentingan bisnis atau individu dalam sebuah bisnis yaitu untuk meningkatkan penghasilan (bagi bisnis dan individu) dan mengurangi biaya. Dalam banyak kasus, manager membuat keputusan dan bertingkah laris untuk pribadi dan untuk perusahaan mereka dengan sikap yang diterima masyarakat. Tetapi dalam pelaksanaannya kadang mereka menyimpang terlalu banyak. Kejadian sikap yang tidak diterima yang dilakukan oleh bisnis atau orang-orang dalam bisnis telah meningkat. Karena itu, menyerupai halnya dunia bisnis yang semakin internasional semakin meningkat pula perhatian terhadap etika dan tanggung jawab sosial yang dijalankan oleh manager dan bisnisnya.
Etika didefenisikan sebagai kepercayaan individu perihal apakah keputusan, perilaku, atau tindakan tertentu benar atau salah. Karena itu apa yang memilih sikap etis berbeda bagi satu orang dengan yang lainnya. Contohnya seseorang yang menemukan uang di lantai ruang kosong mungkin percaya bahwa sah-sah saja untuk mengambilnya, sedangkan yang lain mungkin merasa wajib mengembalikan ke bab barang hilang. Konsep sikap etis biasanya merujuk ke sikap yang diterima oleh norma sosial umum. Perilaku tidak etis, yaitu sikap yang tidak sesuai dengan norma sosial umum.
Etika seorang individu ditentukan oleh kombinasi banyak sekali faktor. Orang mulai membentuk kerangka etis semenjak bawah umur untuk merespon persepsi mereka terhadap sikap orang bau tanah mereka dan orang remaja lain yang bekerjasama dengan mereka. Saat bawah umur tumbuh dan masuk sekolah, mereka dipengaruhi teman-teman yang berinteraksi dengan mereka di kelas dan daerah bermain. Kejadian setiap hari mendorong mereka untuk melaksanakan pilihan moral dengan
melihat sikap dan sikap masyarakat lingkungannya, dan hal ini akan membentuk kepercayaan dan sikap etis dikala mereka beranjak dewasa. Demikian juga dengan pengajaran agama, memberi bantuan pada etikanya. Beberapa keyakinan agama, contohnya, mendorong aturan sikap dan standar bertindak yang keras, sedangkan yang lain lebih fleksibel.
Nilai-nilai seseorang juga mempengaruhi standar etika. Orang yang menempatkan perolehan keuangan dan kemajuan pribadi di atas semua prioritasnya, sebagai contoh, akan menyerap nilai etika yang mendorong percepatan kesejahteraan. Makara mereka mungkin kejam dalam perjuangan mendapat hasil ini, tanpa melihat kerugian pada orang lain. Sebaliknya, orang yang membangun keluarga dan teman-teman sebagai prioritas utama akan mengadopsi standar etika yang berbeda.
Masyarakat umumnya mengadopsi aturan formal yang memperlihatkan standar etika yang ada, misalnya tindakan mencuri, aturan telah mengatakan hampir di semua negara bahwa tindakan mencuri itu illegal dan mengatakan cara untuk menghukum mereka yang mencuri. Tetapi meskipun aturan berusaha untuk terperinci dan tidak membingungkan, penerapan dan interpretasinya sanggup jadi membingungkan secara etika. Contohnya kebanyakan orang akan oke bahwa memaksakan karyawan bekerja melebihi jam tanpa kompensasi yaitu tidak etis, maka dibuatlah aturan untuk mengatur standar kerja dan upah. Akan tetapi pada pelaksanaannya akan berbeda. Contohnya di Jepang, kebiasaan sering menganjurkan para pekerja anabawang untuk tidak meninggalkan kantor hingga mereka yang lebih senior pergi, sedangkan di Amerika Serikat bos biasanya pulang terakhir.
Hal tersebut diatas mengatakan generalisasi sebagai berikut:
- Setiap individu mempunyai system kepercayaan mereka sendiri perihal apa yang membentuk sikap etis dan tidak etis
- Masyarakat dari konteks budaya yang sama cenderung mempunyai kesamaan dan kepercayaan tetapi tidak harus identik dalam hal pembentukan sikap etis dan tidak etis
- Setiap individu sanggup merasionalisasi sikap menurut keadaan
- Setiap individu sanggup menyimpang dari system kepercayaan mereka menurut kondisi keadaan.
- Nilai etika sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan tabiat nasional.
- Anggota dari suatu budaya sanggup melihat sikap tertentu yaitu tidak etis, sedangkan anggota yang lain sanggup melihatnya sebagai hal yang masuk akal.
Etika Dalam Konteks Lintas Budaya dan Internasional
Untuk menggambarkan sikap etika dalam konteks lintas budaya dan internasional yaitu berdasarkan:
1.Bagaimana organisasi memperlakukan karyawan,
Satu hal yang penting dalam etika lintas budaya dan internasional yaitu perlakuan terhadap karyawan oleh organisasinya. Pada sisi yang ekstrim, organisasi sanggup berusaha memperkerjakan orang-orang yang terbaik, memperluas kesempatan dan pengembangan karir, mengatakan kompensasi dan lain sebagainya. Pada sisi ektrim lainnya, perusahaan sanggup memperkerjakan menurut criteria yang merugikan dan dengan sengaja membatasi kesempatan berkembang, kompensasi minim dan lain sebagainya.
Manajer yang membayar karyawan lebih kecil dari yang sewajarnya, alasannya yaitu manajer itu tahu bahwa karyawan tersebut tidak akan mengeluh alasannya yaitu takut keluar atau kehilangan pekerjaan, sanggup digolongkan berperilaku tidak etis. Begitu juga sama halnya, di beberapa Negara masyarakatnya menyetujui bahwa oganisasi wajib memproteksi privasi karyawannya. Manajer yang membuatkan kabar bahwa karyawan tertentu terkena AIDS atau mempunyai korelasi antara dengan rekan kerjanya sanggup dipandang melanggar etika privasi.
Para manajer di organisasi internasional menghadapi sejumlah tantangan mengenai masalah- problem tersebut. Perusahaan harus menuntaskan gosip etika khusus negara itu dalam hal perlakuan perusahaan terhadap karyawan, tetapi juga harus siap mengatakan klarifikasi jikalau dihadapkan dengan perbandingan internasional.
2.Bagaimana karyawan memperlakukan organisasi
Isu penting yang terkait problem ini mencakup konflik kepentingan, kerahasiaan dan kejujuran. Konflik kepentingan terjadi jikalau sebuah keputusan mempunyai potensi menguntungkan dan mungkin merugikan organisasi. Persepsi etis mengenai pentingnya konflik kepentingan berbeda bagi masing-masing budaya. Contoh sederhana pemasok yang memperlihatkan hadiah untuk karyawan perusahaan tertentu. Beberapa perusahaan percaya bahwa hadiah macam ini sanggup menimbulkan konflik kepentingan, mereka takut bahwa karyawan akan mulai mengutamakan pemasok yang memberi bingkisan terbaik, bukannya pemasok yang memperlihatkan produk terbaik untuk perusahaan.
Untuk gosip pentingnya kerahasiaan, membuka diam-diam perusahaan dipandang tidak etis di beberapa negara, tetapi tidak di lainnya. Karyawan yang bekerja untuk bisnis dalam industri yang ketat bersaing menyerupai elektronik, software dan baju contohnya, sanggup termakan menjual informasi perihal rencana penjualan ke competitor.
Sedangkan gosip kejujuran, problem yang umumnya terjadi dibidang ini mencakup hal – hal menyerupai penggunaan telepon kantor untuk telepon jarak jauh dalam kepentingan pribadi, mengambil barang-barang kantor dan menggelembungkan biaya-biaya. Dalam beberapa budaya bisnis, tindakan – tindakan menyerupai ini dipandang tidak etis.
3.Bagaimana organisasi dan karyawan memperlakukan biro ekonomi lainnya
Etika yang terlibat dalam korelasi antara perusahan dan karyawannya dengan biro ekonomi yang lain mencakup konsumen, competitor, pemegang saham, pemasok, dealer dan serikat pekerja. Jenis interaksi antara organisasi dengan agen-agen ini rentan terhadap ambigu etis yang mencakup iklan dan promosi, pembukaan diam-diam keuangan, pemesanan dan pembelian, dan lain sebagainya. Perbedaan praktek bisnis antar negara menimbulkan kerumitan secara etis bagi perusahaan dan karyawan mereka.
Mengelola Perilaku Etis Lintas Batas
Meskipun tiap individu mempunyai etika, banyak bisnis berusaha untu mengatur sikap manajer dan karyawan dengan secara terperinci menegakkan fakta bahwa mereka berharap para manajer dan karyawan melaksanakan sikap yang etis. Cara-cara yang paling umum dilakukan yaitu dengan memakai penuntun atau standar etika, pembinaan etika, dan melalui praktek organisasi dan budaya perusahaan.
Banyak perusahaan multinasional besar termasuk Toyota, Siemens, General Mills dan Johnson & Johnson telah menulis penuntun yang terperinci bagaimana karyawan memperlakukan pemasok, konsumen, competitor dan pihak lain. Adakalanya perusahaan mempunyai standar global yang menyeluruh dan kemudian menyesuaikan masing-masing dengan konteks local. Ada juga perusahaan multinasional yang mengatakan pembinaan untuk mengatasi dilemma etika yang konsisten secara global dan apakah harus diadaptasi dengan konteks local. Selain itu praktek organisasi dan budaya perusahaan juga menyumbang ke pengelolaan sikap etika. Jika pimpinan suatu perusahaan bersikap etis dan pelanggaran etika diatasi secara eksklusif dengan benar, maka setiap orang di organisasi akan memahami bahwa perusahaan mengharapkan mereka untuk bersikap etis, membuat keputusan etis dan melaksanakan hal yang benar.
Tanggung Jawab Sosial dalam Konteks Lintas Budaya dan Internasional
Tanggung jawab social yaitu kumpulan kewajiban organisasi untuk melindungi dan memajukan masyarakat dimana organisasi bekerja. Kompleksitas bagi manajer bisnis internasional yaitu terperinci yaitu kesinambungan yang ideal anara tanggung jawab social secara global terhadap kondisi lokal yang mungkin memaksa perbedaan pendekatan dengan di neagra- negara yang berbeda – beda dimana perusahaan tersebut melaksanakan bisnis.
Contoh klasik keseimbangan tersebut berkaitan dengan industry tembakau. Di beberapa negara menyerupai Amerika Serikat, Afrika Selatan dan Inggris, perusahaan tembakau dibatasi dalam mengiklankan rokok. Tetapi di banyak negara lain lebih longgar pembatasannya atau bahkan tidak ada pembatasan apa pun. Isunya kemudian adalah, hingga sejauh mana perusahaan temabakau harus menerapkan pendekatan paling ketat ke semua pasar atau mengambil laba dari fleksibilitas yang ditawarkan di beberapa pasar untuk secara aktif mempromosikan penjualan dan penggunaan produk tembakau.
0 Response to "Macam Adab Dan Tanggung Jawab Sosial Dalam Bisnis Internasional"
Posting Komentar