Pengertian Seni Tari

Seni sebagai perwujudan bentuk-bentuk ekspresif, atau penampilanbentuk-bentuk ekspresif dari seseorang, sanggup digolongkan menjadi dua yaitu : Seni rupa (seni lukis, seni patung, seni kriya, seni grafis, seni reklame, seni arsitektur, dan seni dekorasi ), dan Seni pertunjukan (seni tari, seni deklamasi, dan seni drama) (Suparli 1983 : 46).

Seni merupakan sebuah cara pemahaman melalui pengalaman-pengalaman artistik individu untuk mengenali diri sendiri maupun orang lain, seni juga merupakan sesuatu yang alamiah dalam kehidupan manusia, seperti
halnya bernafas dan berjalan. Seni ialah aspek intrinsik dari kehidupan insan ( Jazuli, 2008 : 2).
John Martin seorang penulis dan kritikus tari dari Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa substansi dasar dari tari ialah gerak. Gerak disini diartikan sebagai pengalaman fisik yang paling elementer dari kehidupan
manusia. Menurut Wisnu Wardhana ( dalam Sedyawati, 1984 : 33 )

Seni tari pada hakekatnya ialah ungkapan nilai-nilai keindahan dan keseluruhan lewat gerak. Sedangkan Jazuli (1989:1) mendifinisikan tari sebagai sebuah ungkapan, pernyataan, atau mulut dalam gerak yang
memuat komentar-komentar perihal realita kehidupan yang sanggup merasuk di benak penonton sesudah pertunjukan tari selesai. Sebagai ekspresi, tari bisa membuat untaian gerak yang membuat kita menjadi peka terhadap sesuatu yang ada dan terjadi di sekitar kita. Tari juga merupakan pengalaman yang
sangat mempunyai kegunaan untuk lebih memperkaya peranan dan pertumbuhan seseorang, baik sebagai seniman maupun sebagai penikmatnya.

Definisi – definisi tari dalam Jazuli (1989 : 2) antara lain adalah:

1. Tari ialah gerak yang ritmis. Defisi yang sangat singkat ini dikemukakan oleh Cut Sachs spesialis sejarah dan musik dari Jerman dalam bukunya World History of the Dance.
2. Seorang Belanda berjulukan Corrie Hartong dalam bukunya Danskunst menyampaikan bahwa, tari ialah gerak – gerak yang diberi bentuk dan ritmis dari tubuh di dalam ruang.
3. Dalam buku Dance Composition yang ditulis La Meri dikatakan bahwa, tari ialah mulut subyektif yang diberi bentuk obyektif.
4. BPA. Soeryodiningrat spesialis tari Jawa dalam bukunya Babad Lan Mekaring Joget Jawi menyampaikan bahwa, tari ialah gerak – gerak dari seluruh anggota tubuh atau tubuh yang selaras dengan bunyi musik (gamelan), diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan di dalam tari.
5. Sedangkan Soedarsono dalam bukunya Djawa Dan Bali Dua Pusat Perkembangan Drama Tari Tradisionil Di Indonesia menyampaikan bahwa, tari ialah mulut jiwa insan yang diungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah.

Suryadiningrat (dalam R.M.Wisnu wardana 1990:8) mengemukakan pengertian tari dalam bahasa jawa sebagai berikut : Ingkang kawastanan joget inggih puniko ebahing sarandunging badan, katata pikantuk wiramaning gendhing, jumbuhing pasemon, sarta pikajenging joget. Artinya kurang lebih:
Yang dinamakan tari ialah gerak keseluruhan tubuh yang ditata dengan irama lagu pengiring, sesuai dengan lambang, watak, dan tema tari. Crawley dalam Wisnu Wardana (1990:8) spesialis ilmu jiwa menyampaikan bahwa tari ialah pernyataan gaya instingtif dari urat mengenai sesuatu perasaan. Dengan kata lain, tari ialah kolaborasi dari insan yang penyalurannya melewati urat-urat.

Charlotte Bara, seorang penari, mengungkapkan penghayatannya sebagai penari ialah bahwa tari ialah sebagian dari arus, menyerupai air, cepatlambat seakan tak berubah, berkembang tak bergerak pada permukaan yang ada alirannya di bawahnya. Ia selalu bergerak, bukan bayangan, bukan plastik, bukan karang, bukan arsitektur, dan bukan lukisan. Ia ialah insan yang bergerak (dalam Wisnu Wardana, 1990 : 8).

Menurut Mary Wigman (masih dalam Wisnu Wardana) seorang perintis seni tari modern, menyatakan bahwa tari bukanlah hanya pernyataan irama musikal atau intelektual pantomime. Ia mempunyai asal sendiri,
bentuknya dan pernyataannya yang hanya ada padanya sendiri.
Seni tari merupakan alat komunikasi yang disampaikan melalui gerak, dengan tubuh insan sebagai alatnya. Seni tari juga dilengkapi dengan unsur-unsur lain, menyerupai irama, ruang, waktu, tenaga, serta unsur-unsur
pendukung lainnya ( Weni dkk, 2009 : 1).

Menurut M. Jazuli (2008:13–31) unsur – unsur pendukung atau embel-embel sajian tari ialah iringan (musik), tema, tata busana (kostum), tata rias, tempat (pentas atau panggung), tata lampu atau sinar, dan tata suara.

1. Iringan atau musik
Musik dan tari merupakan pasangan yang tidak sanggup dipisahkan satu dengan lainnya. Keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu dorongan atau naluri ritmis. Semula insan menggunakan suaranya dengan teriakan, jeritan dan tangisan guna mengungkapkan perasaannya, menyerupai gembira, takut, terharu, marah, dan sebagainya. Curt Sachs dalan bukunya World History of The Dance mengatakan, bahwa pada zaman pra-sejarah andaikata musik dipisahkan dari tari, maka musik itu tidak mempunyai nilai artistik apa pun. Hal ini bisa kita lihat pada musik primitif yang sering menggunakan suara-suara untuk mengiringi tariannya sebagai
ungkapan emosi atau penguat ekspresinya.

Keberadaan musik di dalam tari mempunyai tiga aspek dasar yang bersahabat kaitannya dengan tubuh dan kepribadian manusia, yaitu melodi, ritme, dan dramatik. Melodi didasari oleh nada, pengertiannya ialah alur nada atau rangkaian nada-nada. Ritme ialah degupan dari musik yang sering ditandai oleh aksen atau tekanan yang diulang-ulang secara teratur. Dramatik yaitu suara-suara yang sanggup memperlihatkan suasana-suasana tertentu.

Dalam tari, fungsi musik sanggup dikelompokkan menjadi tiga yaitu (1) sebagai pengiring, (2) sebagai pemberi suasana, (3) sebagai illustrasi tari.
a. Sebagai pengiring tari berarti peranan musik hanya untuk mengiringi atau menunjang penampilan tari, sehingga tak banyak ikut memilih isi tarinya. Dalam perkembangan musik sebagai pengiring tari telah banyak kita jumpai suatu iringan tari yang disusun secara khusus. Artinya meskipun fungsi musik hanya untuk
mengiringi tetapi juga harus bisa memperlihatkan dinamika atau membantu memberi daya hidup tarinya.

b. Musik sebagai pemberi suasana tari. Dalam fungsi ini musik sangat cocok dipergunakan untuk dramatari, meskipun tidak menutup kemungkinan untuk yang bukan dramatari. Sebab di dalam  ramatari banyak terdapat pembagian adegan-adegan atau babak-babak pada alur dongeng yang akan dipertunjukkan untuk menghadirkan suasanasuasana tertentu.

c. Musik sebagai illustrasi atau pengantar tari. Pengertiannya ialah tari yang menggunakan musik baik sebagai pengiring atau pemberi suasana pada saat-saat tertentu saja,tergantung kebutuhan garapan tari.
Pada dasarnya bentuk iringan tari sanggup dibedakan menjadi dua yaitu bentuk internal dan bentuk eksternal. Iringan internal ialah iringan tari yang berasal atau bersumber dari diri penarinya, menyerupai tarikan nafas, suara-suara penari, imbas dari gerakan-gerakan penari berupa tepukan tangan dan hentakan kaki, sanggup pula bunyi-bunyi yang ditimbulkan dari busana dan perlengkapan yang dikenakan oleh para penari. Sedangkan iringan eksternal ialah iringan tari yang bersumber dari luar diri penari. Misalnya berupa nyanyian, puisi,
suara-suara, instrumen gamelan, orkestra musik, perkusi, dan sebagainya.

2. Tema
Tema ialah pokok pikiran, gagasan utama atau wangsit dasar. Tema biasanya merupakan suatu ungkapan atau komentar mengenai kehidupan. Setiap karya seni selalu mengandung observasi dasar tentang, kehidupan,
baik berupa acara manusia, hewan maupun keadaan alam lingkungan.
Dari semua unsur karya seni itu, tema merupakan hal yang paling sulit ditemukan sebab berakar dari penyajian hal-hal yang khusus dalam karya tersebut. Sumber tema sanggup berasal dari apa yang kita lihat, kita dengar, kita pikirkan dan kita rasakan. Pada dasarnya sumber tema tidak terlepas
dari faktor, yaitu Tuhan, insan dan alam lingkungannya.

3. Tata Busana atau Kostum
Pakaian yang digunakan oleh penari semula ialah pakaian seharihari, namun dalam perkembangannya, pakaian tari telah diadaptasi dengan kebutuhan tarinya. Fungsi busana tari ialah untuk mendukung
tema atau isi tari, dan untuk memperjelas peran-peran dalam suatu sajian tari. Busana tari yang baik bukan hanya sekedar untuk menutup tubuh semata, melainkan juga harus sanggup mendukung desain ruang pada saat
penari sedang menari. Dalam penataan dan penggunaan busana tari hendaknya
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Busana tari hendaknya yummy digunakan (etis) dan sedap dilihat oleh penonton.
b. Penggunaan busana selalu mempertimbangkan isi atau tema tari sehingga bisa menghadirkan suatu kesatuan keutuhan antara tari dan busananya.
c. Penataan busana hendaknya bisa merangsang imajinasi penonton.
d. Desain busana harus memperhatikan bentuk-bentuk gerak tarinya semoga tidak mengganggu gerakan penari.
e. Busana hendaknya sanggup memberi proyeksi kepada penarinya, sehingga busana itu sanggup merupakan pecahan dari diri penari.

f. Keharmonisan dalam pemilihan atau memadukan warna-warna sangat penting, terutama harus diperhatikan efeknya terhadap tata cahaya.

Dalam tari tradisi, busana tari sering mencerminkan identitas suatu tempat yang sekaligus menunjuk suatu tari itu berasal. Dalam pemakaian warna busana, tidak jarang suatu tempat tertentu bahagia dengan warna tertentu. Warna mempunyai arti simbolis bagi masyarakat yang memakainya, antara lain :

• Warna merah merupakan simbol keberanian dan agresif, biasa digunakan untuk menggambarkan tokoh atau peranan raja yang sombong dan bengis. Namun sering juga dipergunakan oleh seorang yang bergairah dan pemberani,seperti kesatria yang dinamis.
• Warna biru merupakan simbol kesetiaan dan mempunyai kesan ketentraman. Biasa dikenakan oleh tokoh atau kiprah yang berwatak setia.
• Warna kuning merupakan simbol keceriaan atau gembira.
• Warna hitam merupakan simbol budi atau kematangan jiwa. Biasa digunakan tokoh raja yang agung dan bijak.e. Warna putih merupakan simbol kesucian atau bersih. Biasanya untuk menggambarkan tokoh-tokoh yang tidak mementingkan duniawi.

4. Tata Rias
Rias bagi seorang penari senantiasa menjadi perhatian yang sangat penting. Fungsi rias ialah untuk mengubah huruf langsung menjadi huruf tokoh yang diperankan, untuk memperkuat ekspresi,
dan menambah daya tarik atau kecantikan dalam penampilannya. Rias merupakan hal yang sangat peka dihadapan penonton, sebab biasanya penonton tari pertama-tama akan melihat wajah penarinya, baik untuk
mengetahui siapa tokoh yang diperankan maupun siapa orang yang memerankan atau menarikan.

5. Tempat atau Pentas
Suatu pertunjukan apapun bentuknya akan selalu memerlukan tempat atau ruangan guna menyelenggarakan pertunjukan itu sendiri, tempat atau ruangan itu disebut pentas atau panggung yaitu pecahan dari arena pertunjukan yang ditata sedemikian rupa sebagai tempat bermain teater (Hadi, 1987 : 42).
Lebih lanjut Hadi (1987:43- 44), mengemukakan macammacam bentuk pentas yaitu bentuk proscenium (penonton sanggup melihat dari satu arah yaitu arah depan), bentuk terbuka atau tapal kuda (penonton sanggup melihat dari tiga sisi yaitu samping kanan, kiri, dan depan), kemudian bentuk arena (penonton sanggup melihat dari segala penjuru).

6. Tata Lampu dan Tata Suara
Tata lampu dan tata bunyi ialah salah satu unsur embel-embel tari yang berfungsi membantu kesuksesan pergelaran tari. Tata lampu di dalam pertunjukan tari tidak sekedar untuk penerang saja, melainkan berfungsi untuk membuat suasana dan imbas dramatik, memberi daya hidup terhadap busana maupun asesoris yang dikenakan oleh penari (Hadi, 1987 : 46 – 47).

Seni tari sebagai salah satu media ungkap jiwa seorang sanggup dikategorikan menjadi dua yaitu tari tradisional dan tari kreasi baru. Tari tradisional (khususnya tari klasik) ialah bentuk tarian yang mempunyai patokan tertentu. Sedangkan tari kreasi gres setiap penari bebas dalam mewujudkan mulut emosinya, ia tidak terikat oleh bentuk-bentuk gerak yang berstandart. Bisa juga dikatakan bahwa tari kreasi gres kreativitas sang pencipta dituangkan sebebas mungkin, baik itu bentuk gerak, iringan, maupun kostum (Soedarsono, tt : 29 – 31).
Dalam seni tari gerak merupakan unsur penunjang yang paling besar peranannya dalam seni tari. Dengan gerak terjadinya perubahan tempat, perubahan posisi dari benda, tubuh penari atau sebagian dari tubuh. Semua gerak melibatkan ruang dan waktu. Dalam ruang sesuatu yang bergerak menempuh jarak tertentu, dan jarak dalam waktu tertentu ditentukan oleh kecepatan gerak. Dalam tari semua gerak memerlukan tenaga dari penari itu sendiri Djelantik (2001 : 23).
Menurut I Made Bandem dalam Siluh Made Astini (Harmonia, 2007 : 175) elemen dasar tari yaitu gerak, ruang dan waktu. Gerak bisa ditafsirkan sebagai gerak tubuh, gerak mata, tangan dan gerak kaki. Ruang menyangkut ruang tubuh menyerupai gerak agem serta komposisinya, yang disebut sebagai ruang internal, sedangkan ruang eksternal mencakup panggung dan lantai tempat pertunjukan. Waktu ialah yang berafiliasi dengan durasi gerakan, panjang pendeknya tarian danritme musik.
Dari uraian diatas sanggup disimpulkan seni tari ialah ungkapan nilainilai keindahan dan keseluruhan lewat gerak seluruh tubuh, ruang dan waktuyang sesuai dengan irama, lambang, watak, tema dan tujuan tarinya.

Sumber http://tugasakhiramik.blogspot.com/

Share this post