iklan

Analisis Perihal Kajian Kohesi Tekstual Dan Kontekstual Dalam Iklan Philips

    Apa itu Analisi wacana ? Analisis wacana sanggup diartikan sebagai studi ihwal struktur pesan dalam komunikasi. Lebih tepatnya lagi analisis wacana ialah telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa. Berikut pola teks analisis wacana kajian kohesi dalam iklan philips yang saya ambil dari sumber tertentu : Link Sumber

PENDAHULUAN
      Iklan intinya merupakan bentuk acara komunikasi non personal yang disampaikan lewat media dengan membayar ruang yang dipakainya untuk memberikan pesan yang berkepentingan (Dunn dan Barban, dalam Widyatama, 2005). Efek yang dibutuhkan dari tuturan bahasa iklan yaitu orang tertarik dan ingin memakai produk atau jasa yang diiklankan. Untuk itu hampir dalam setiap bahasa iklan selalu ditonjolkan kelebihan dari produk yang diiklankan baik khasiatnya, bahannya maupun penggunaannya.
    Iklan mempunyai fungsi direktif lantaran wacana yang digunakan berupaya membujuk dan meyakinkan khalayak. Keraf (1985:119) menyatakan bahwa wacana persuasi ialah bentuk wacana yang bertujuan untuk mengubah pikiran pembaca semoga pembaca mendapatkan dan melaksanakan sesuai kehendak pengiklan. Di samping itu pengiklan mengikat konsumen dengan produk dan janji-janji yang disertakan.
     Suatu wacana dituntut memiiki keutuhan struktur. Keutuhan itu sendiri dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam sutau organisasi kewacanaan. Kridalaksana dalam Yoce (2009: 69) membahas bahwa wacana ialah satuan bahasa terlengkap dalam hirearki gramatikal tertinggi dan merupakan satuan gramatikal yang tertinggi atau terbesar. Jadi, wacana ialah unit linguistik yang lebih besar dari kalimat atau klausa.
    Pemaknaan iklan muncul dengan banyak sekali hambatan, salah satunya tidak semua masyarakat sanggup memahami makna kontekstual dari setiap iklan yang ditayangkan pada layar televisi. Banyak di antara masyarakat hanya sanggup memahami iklan tersebut secara konvensional.
     Oleh lantaran itu, penting untuk melaksanakan analisis wacana kontekstual terhadap iklan-iklan yang dipublikasikan oleh para produsen barang atau jasa. Setidaknya dengan itu masyarakat diantar untuk memahami makna kontekstual dari bahasa yang digunakan dalam tayangan iklan.
Permasalahan
1) bagaimanakah wujud Analisis Kohesi Tekstual dalam iklan philips? 
2) bagaimanakah wujud Analisis Kohesi Kontekstual dalam iklan philips?
Tujuan penelitian
1) mendeskripsikan dan menjelaskan wujud Analisis Kohesi Tekstual dalam iklan philips.
2) mendeskripsikan dan menjelaskan wujud Analisis Kohesi Kontekstual dalam iklan philips.

KAJIAN TEORI
WACANA
     Wacana merupakan tataran bahasa yang lebih luas dari kalimat. Wacana memuat rentetan kalimat yang berhubungan, menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, serta membentuk satu kesatuan informasi (Djajasudarma, 1994:1). Proposisi yang dimaksud ialah konfigurasi makna yang menjelaskan isi komunikasi (dari pembicaraan); atau proposisi ialah isi konsep yang masih bergairah yang melahirkan statement (pernyataan kalimat). Menurut Alwi H. (2003) dalam KBBI Edisi Ketiga, wacana yaitu :
1) komunikasi verbal; percakapan.
2) keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan
3) satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan uturh, ibarat novel, buku, artikel, pidato, atau khotbah
4) kemampuan atau mekanisme berpikir secara sistematis; kemampuan atau proses memperlihatkan pertimbangan menurut nalar sehat
5) pertukaran ide secara verbal. Konsep wacana yang lebih lengkap diungkapkan Sumarlam, dkk (2009:15) yang menyatakan bahwa wacana ialah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara verbal ibarat pidato, ceramah, khotbah, dan obrolan atau secara tertulis ibarat cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk) bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren, terpadu.
IKLAN
    Dunn dan Barban (dalam Widyatama, 2005) mengartikan iklan sebagai bentuk acara komunikasi non-personal yang disampaikan lewat media dengan membayar ruang yang dipakainya untuk memberikan pesan yang bersifat membujuk (persuasif) kepada konsumen oleh perusahaan, forum nonkomersial, maupun pribadi yang berkepentingan. Iklan merupakan isu pesanan untuk mendorong, membujuk khayalak ramai semoga tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005 : 421).
     Menurut Bittner (dalam Widyatama, 2005) ada 2 jenis iklan yaitu iklan standar dan iklan layanan masyarat. Iklan standar yaitu iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan memperkenalkan barang, jasa, pelayaan untuk konsumen melalui media periklanan. Tujuan iklan standar yaitu merangsang motif dan minat para pembeli atau pemakai. Kaprikornus iklan standar mempunyai tujuan untuk memperoleh laba ekonomi. Iklan layanan masyarakat yaitu iklan yang bersifat non profit. Iklan ini juga sering disebut dengan iklan layanan masyarakat. Keuntungan dari iklan layanan masyarakat ialah berusaha mendapatkan atau memberi gambaran baik di tengah masyarakat. Pembagian iklan sanggup juga didasarkan pada media yang digunakan.
   Berdasarkan media yang digunakan iklan terbagi atas dua jenis yaitu iklan cetak dan iklan elektronik. Iklan cetak terdiri atas iklan baris, iklan kolom, iklan advetorial, dan iklan display. Iklan baris sering disebut dengan istilah iklan kolom atau rubik yang digunakan oleh media yang bersangkutan. Iklan kolom yaitu iklan yang mempunyai lebar satu kolom namun lebih tinggi dari iklan baris. Iklan advertorial yaitu iklan yang mempunyai ukuran yang luas sebagaimana iklan display, hanya saja teknik penyampaian pesan lebih diarahkan pada bentuk ibarat pada sebuah isu dengan naskah yang panjang. Iklan display yaitu iklan yang mempunyai ukuran luas dari kolom. Pemasang iklan tinggal menentukan luas yang dikehendaki sesuai dengan kebutuhan dan dana yang dialokasikan. Iklan elektronik terdiri atas iklan radio dan iklan televisi. Iklan radio yaitu iklan yang hanya sanggup didengarkan melalui media audio (suara) saja. Iklan televisi yaitu iklan yang mengandung suara, gambar dan gerak (Widyatama, 2005).
Metode Penelitian
   Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif – deskriptif, yakni bertujuan untuk mengungkapkan banyak sekali informasi kualitatif dengan pendeskripsian yang teliti dan penuh nuansa untuk menggambarkan secara cermat sifat – sifat suatu hal, keadaan, fenomena, dan tidak terbatas pada pengumpulan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi data tersebut (Sutopo, 2002:111). Data penelitian kebahasaan ialah fenomena lingual khusus yang berkaitan pribadi dengan persoalan penelitian (Sudaryanto, 2002:5-6).
    Data penelitian ini berupa satuan-satuan lingual yang membentuk kohesi gramatikal dan leksikal ditambah dengan faktor-faktor situasi dan latar belakang sosiokultural yang terdapat di luar teks. Sumber data dalam penelitian berupa simak dan catat. Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan dengan memakai teknik simak dan catat. Di samping itu juga akan digunakan teknik pustaka, yakni teknik pengambilan data dari banyak sekali sumber tertulis beserta konteks lingual yang mendukung analisis data. Berbagai goresan pena dipilih yang mencerminkan pemakaian potensi bahasa yang khas (Subroto,1992:42).
    Agar data yang diperoleh sanggup dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan sanggup menjadi landasan dalam penarikan kesimpulan, maka sebelum informasi dijadikan data penelitian perlu dicermati validitas dan reliabilitasnya. Untuk menjamin keabsahan dan dapat dipercaya data penelitian, digunakan teknik trianggulasi, yang lazim digunakan dalam penelitian kualitatif.
Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) pengurutan data sesuai dengan persoalan yang akan dijawab
2) pembentukan satuan-satuan data dalam setiap urutannya sesuai dengan kemungkinan relasi ciri kategorinya
3) interpretasi nilai data sesuai dengan persoalan yan akan dijawab
4) penilaian tingkat kelayaan dan kelengkapan data dikaitkan dengan rentang masalahnya (Aminuddin, 1995:67).

PEMBAHASAN
A.    Analisis Kohesi Tekstual
    Kohesi ialah relasi semantik atau relasi makna antara unsur-unsur di dalam teks dan unsur-unsur lain yang penting untuk menafsirkan atau menginterpretasi teks, pertautan logis antarkejadian atau makna-makna di dalamnya; keserasian antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik (Moeliono, 1989: 343) dalam Sumarlam dkk (2005: 173). Hubungan kohesif sering ditandai dengan pemarkah gramatikal (kohesi gramatikal) maupun pemarkah leksikal (kohesi leksikal).
1.      Analisis Kohesi Gramatikal
   Analisis kohesi gramatikal merupakan analisis dari segi bentuk atau struktur lahir wacana. Analisis wacana iklan lampu Philips dari aspek gramatikal atau kohesi gramatikal meliputi pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi).
a. Pelesapan (elipsis)
   Pelesapan (elipsis) merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya. Pada wacana iklan Philips ditemukan penghilangan kata Philips Tornado sehingga mengakibatkan imbas pelesapan dua kata. Pelesapan ini digunakan untuk memadatkan kata atau mempersingkat kata supaya susunan kalimat menjadi singkat, padat, dan menarik. Perhatian pada pola di bawah ini:
1) Philips Tornado lebih terang 20% dari lampu ekonomis energi biasa.
Cahaya Philips Tornado lebih terang 20% dari lampu ekonomis energi biasa.
2) Anda kini bebas membuat suasana penuh pandangan gres di rumah.
Dengan Philips Tornado, Anda kini bebas membuat suasana penuh pandangan gres di rumah.
3) Sekarang ada cara sempurna untuk menjaga rumah Anda semoga senantiasa penuh inspirasi.
Sekarang ada cara sempurna untuk menjaga rumah Anda semoga senantiasa penuh inspirasi, yaitu dengan Philips Tornado.
   Tampak dalam analisis tersebut terjadi insiden pelesapan kata cahaya (1), dengan Philips angin kencang (2),  dan yaitu dengan Philips Tornado (3).
    Pelesapan tersebut mengakibatkan kalimat dalam wacana tersebut menjadi lebih efektif, efisien, dan wacananya menjadi padu (kohesif). Dengan adanya pelesapan tersebut, dibutuhkan pembaca termotivasi untuk lebih kreatif menemukan unsur-unsur yang tidak diungkapkan dalam satuan bahasa.
b.   Perangkaian (konjungsi)
     Konjungsi ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur lain dalam wacana. Dalam wacana iklan Philips ditemukan adanya perangkaian atau konjungsi pada kutipan:
4)      Karena ukuran 40% lebih kecil, maka lebih pas untuk segala rencana anda di masa depan.
5)      Sekarang ada cara sempurna untuk menjaga rumah anda agarsenantiasa penuh inspirasi.
   Konjungsi lantaran pada (4) berfungsi untuk menyatakan relasi sebab-akibat atau relasi kausal antara klausa ukuran 40% lebih kecil sebagai sebab, dengan klausa setelahnya yaitu maka lebih pas untuk segala rencana anda di masa depan sebagai akibat. Konjungsi semoga pada (5) berfungsi menyatakan makna tujuan, yaitu dengan memakai Philips Tornado di rumah dibutuhkan supaya konsumen senantiasa penuh inspirasi.
Baca Juga : Contoh Menyunting atau mengedit Naskah Lengkap
2.      Analisis Kohesi Leksikal
Analisis wacana iklan lampu Philips dari aspek kohesi leksikal hanya mencakup:
a.      Repetisi (pengulangan)
   Repetisi ialah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau belahan kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Sumarlam, 2003: 34) dalam Sumarlam dkk (2004: 9). Repetisi yang terdapat pada iklan ini contohnya tampak pada kalimat:
6)      Anda kini bebas membuat suasana penuh pandangan gres di rumah.
7)      Sekarang ada cara sempurna untuk menjaga rumah anda semoga senantiasa penuh inspirasi.
     Repetisi pada dua kalimat di atas ialah repetisi epistrofa, yaitu pengulangan satuan lingual kata atau frasa pada simpulan baris (dalam puisi) atau simpulan kalimat (dalam prosa) secara berturut-turut. Walaupun frasa penuh pandangan gres pada (6) terlihat tidak berada pada simpulan kalimat, tetapi pada hakikatnya frasa penuh pandangan gres berada pada simpulan kalimat lantaran kata setelahnya merupakan kata keterangan yang sanggup diubah-ubah posisinya, sanggup di awal, tengah, maupun akhir, Pada iklan di atas frasa penuh pandangan gres diulang dua kali untuk menekankan pentingnya frasa penuh inspirasidalam konteks kalimat tersebut.
b.      Sinonimi (padan kata)
    Sinonimi sanggup diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain (Abdul Chaer, 1990: 85) dalam Sumarlam dkk (2004: 10). Dalam wacana iklan ini ditemukan sinonimi kata dengan frasa yang terlihat dalam kutipan:
8)      Philips Tornado lebih terang 20% dari lampu ekonomis energi biasa.
9)      Anda kini bebas membuat suasana penuh pandangan gres di rumah.
10)  Karena ukuran 40% lebih kecil, maka lebih pas untuk segala rencana di rumah.
11)  Sekarang ada cara sempurna untuk menjaga rumah anda semoga senantiasa penuh inspirasi.
   Dari pola di atas, terlihat adanya sinonimi pada frase lebih terang 20% (8) dengan kata sense yang terdapat dalam logo iklan Philips tersebut. Frasa suasana penuh pandangan gres (9) bersinonimi dengan kata simplicity yang terdapat dalam logo iklan Philips tersebut. Frasa ukuran 40% lebih kecil (10) bersinonimi dengan kata sense yang terdapat dalam logo iklan Philips tersebut, dan frasa senantiasa penuh pandangan gres (11) bersinonimi dengan kata simplicity yang terdapat dalam logo iklan Philips tersebut.

B.     Analisis Kohesi Kontekstual
   Konteks wacana ialah aspek-aspek internal wacana dan segala sesuatu yang secara eksternal melingkupi sebuah wacana. Analisis kohesi kontekstual dalam iklan ini meliputi analisis konteks situasi, analisis sosial kultural iklan (pesan global yang disampaikan melalui iklan).
1.      Analisis Konteks Situasi
    Iklan Philips yang dimuat di Kompas, Selasa, 23 September 2008 memakai latar kertas yang berwarna cokelat muda pada setengah background iklan yang berada di sebelah kiri dikombinasikan dengan warna cokelat gelapdi sebelah kanan yang merupakan penggambaran dinding pada iklan tersebut. Selain itu terdapat warna lain yaitu biru renta (warna baju bintang iklan), biru muda+putih (warna baju yang digenggam oleh bintang iklan), warna putih (warna tutup lampu Philips), biru muda (warna dasar logo dan background goresan pena PHILIPS), hitam (warna teks dalam logo, judul iklan, warna teks iklan, dan bayangan wanita+bayi), hijau+biru (warna website produk Philips), hitam+biru (warna slogan Philips, yaitu PHILIPS sense and simplicity).
    Ilustrasi iklan Philips berupa ibu muda yang sedang hamil yang duduk di atas sofa dengan mengangkat dan memandangi baju untuk calon bayinya. Posisi ibu muda yang sedang hamil tersebut berada di sebelah kiri (dinding yang berwarna cokelat muda). Warna cokelat muda tersebut digunakan untuk penggambaran masa kini yang ditandai dengan adanya lampu yang tentu saja merupakan lampu philips. Lampu Philips sanggup dikatakan sebagai penggambaran masa kini lantaran cahaya yang dipancarkannya sangat terang. Sedangkan pada dinding belahan kanan (yang berwarna cokelat gelap) terdapat bayangan ibu hamil tersebut sedang mengangkat dan memandangi seorang bayi. Warna cokelat gelap yang ditandai dengan lilin tersebut digunakan untuk penggambaran masa mendatang. Penggambaran dari baju menjadi bayi disebabkan oleh cahaya terang yang dipancarkan oleh lampu Philips akan bisa membuat si ibu hamil bisa menyulam baju sesuai dengan ukuran bayi walaupun dalam keadaan malam.
    Judul Iklan Philips ada di pojok kiri bawah dengan goresan pena Simplicity berarti rumah terang penuh pandangan gres (warna hitam tebal) dan berukuran paling besar diantara teks yang lain. Maksud dari judul tersebut ialah bahwa dengan cahaya terang Philips, dibutuhkan pemakai produk akan selalu berkarya walaupun itu di malam hari. Contoh dari iklan tersebut ialah ibu hamil tersebut bisa merajut baju walaupun dalam keadaan malam. Di bawah judul tersebut terdapat teks iklan. Agak jauh di bawah teks iklan terdapat nama sebuah website (ditulis dengan warna hijau dan biru) yang berisi keterangan mengenai lampu Philips tersebut. Penggunaan warna biru dan hijau dimaksudkan untuk membuat goresan pena tersebut lebih menarik sehingga pembaca iklan akan tertarik untuk membuka websitenya dan sanggup mengetahui informasi mengenai Philips yang terdapat dalam website tersebut dan pada balasannya pembaca iklan akan membeli produk Philips.
    Teks iklan terdiri atas empat kalimat. Keempat kalimat tersebut ialah goresan pena Philips Tornado lebih terang 20% dari lampu ekonomis energi biasa. Anda kini bebas membuat suasana penuh pandangan gres di rumah. Karena ukuran 40% lebih kecil, maka lebih pas untuk segala rencana anda di masa depan. Sekarang ada cara sempurna untuk mejaga rumah anda semoga senantiasa penuh pandangan gres (warna hitam). Teks di bawah judul (teks iklan) tersebut ditulis dengan warna hitam tipis kecuali goresan pena Philips Tornado ditulis dengan warna hitam tebal. Penulisan Philips Tornado dengan warna hitam tebal dimaksudkan untuk memberi pengutamaan bahwa yang diiklankan ialah berupa lampu, yaitu Philips Tornado.
    Logo iklan berupa lampu yang berwarna kebiru-biruan, di dalamnya terdapat goresan pena Philips dengan memakai abjad kapital. Penggunaan abjad kapital tersebut digunakan oleh penulis iklan untuk memperjelas adanya produk gres yang ditawarkan oleh Philips, yaitu Philips Tornado yang mempunyai model berbentuk spiral. Keuntungan produk layanan gres tersebut ditampilkan oleh penulis iklan pada kalimat 1, 2, 3, dan 4.
2.      Analisis Sosial Kultural Iklan (Pesan Global Iklan)
    Iklan ialah sebuah bentuk komunikasi yang khas. Iklan ialah segala bentuk pesan ihwal suatu produk yang disampaikan oleh media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat (Gaw, 1961: 9) dalam Sumarlam dkk (2005: 179).
Di dalam pendekatan beriklan, Wiratno (1997: 1) dalam Sumarlam dkk (2005: 180) memperkenalkan 4 macam struktur, yaitu orientations, presentation, offer, justification. Orientatitons ialah tahap pengenalan produk; offer ialah tahap pembujukan kepada pembaca semoga membeli atau memakai produk yang diiklankan; dan justification ialah tahap penilaian pengiklan bahwa produk yang ditawarkan benar-benar manis dan bisa memenuhi cita-cita pembaca/pelanggan. Di samping itu, Wiratno (1997: 21) dalam Sumarlam (2005: 180) juga memperkenalkan 3 macam pendekatan dalam beriklan, yaitu (1) pioneering stage yaitu tahap pengenalan produk baru, (2) competitive stage yaitu tahap persuasif yang menggambarkan keunggulan-keunggulan produk yang diiklankan dibandingkan dengan produk lain; dan (3) tahap rentetive stage yaitu tahap pengingatan kepada konsumen bahwa produk yang ditawarkan masih lebih baik dibandingkan dengan produk-produk lain.
    Berdasarkan teori tersebut, secara sosial kultural, iklan Philips berada pada tahap orientations dengan pendekatan competitive stage. Artinya, iklan tersebut berfungsi untuk mengiklankan produk gres dari Philips, yaitu Philips Tornado yang bentuknya ibarat spiral dengan keunggulan-keunggulan yang lebih baik dari produk lain, yaitu dari segi terangnya cahaya yang dihasilkan maupun dari segi ukurannya yang kecil namun bisa mengakibatkan inspirasi. Dengan cita-cita konsumen akan mengenal dan kemudian tertarik dengan produk gres dari Philips, yaitu Philips Tornado sehingga konsumen akan mencicipi manfaat Philips dan bisa membuat inspirasi-inspirasi gres dalam hidupnya.

SIMPULAN
    Berdasarkan analisis wacana memakai kajian kohesi tekstual dan kontekstual terhadap iklan Philips, sanggup diambil suatu simpulan bahwa analisis kohesi tekstual terhadap iklan Philips terdiri dari analisis kohesi gramatikal dan leksikal. Analisis kohesi gramatikal terhadap iklan Philips meliputi pelesapan (elipsis) dan perangkaian (konjungsi). Pelesapan (elipsis) dalam iklan Philips pada umumnya dengan melesapkan frase Philip Tornado, sedangkan perangkaian (konjungsi) dalam iklan Philips memakai konjungsi lantaran dan biar.
    Analisis kohesi leksikal terhadap iklan Philipsmencakup repetisi (pengulangan) dan sinonimi (padan kata) yang berupa pengulangan frase penuh pandangan gres dan padan kata sense dan simplicity pada kata lebih terang 20%, ukuran 40% lebih kecil, suasana penuh inspirasi, dan senantiasa penuh inspirasi.
    Analisis kohesi Kontekstual terhadap iklan Philips meliputi analisis konteks situasi dan konteks sosial kultural iklan. Pada analisis konteks situasi, iklan Philips memakai latar warna cokelat muda dan cokelat gelap sebagai gambaran masa kini atau masa terang (ditandai dengan lampu) dan gambaran masa mendatang (ditandai dengan lilin). Pada konteks sosial kultural, iklan Philips memakai tahap orientations dengan pendekatan competitive stage.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Chaer. 1990. “Linguistik Umum” dalam Analisis Wacana: Iklan, Lagu, Puisi, Cerpen, Novel, Drama. Halaman 10. Bandung: Pakar Raya.
Anton Moeliono dkk. 1988. “Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia” dalam Analisis Wacana: Teori dan Praktik. Halaman 173. Surakarta: Pustaka Cakra.
Gaw, W.A. 1961. “Advertising: Method and Media” dalam Analisis Wacana: Teori dan Praktik. Halaman 179. Surakarta: Pustaka Cakra.
Ratna Noviani. 2002. “Jalan Tengah Memahami Iklan” dalam Analisis Wacana: Iklan, Lagu, Puisi, Cerpen, Novel, Drama. Halaman 1. Bandung: Pakar Raya.
Sumarlam dkk. 2004. Analisis Wacana: Iklan, Lagu, Puisi, Cerpen, Novel, Drama. Bandung: Pakar Raya.
Toffler, Alfin. 1987. “Kejutan Masa Depan” dalam Analisis Wacana: Iklan, Lagu, Puisi, Cerpen, Novel, Drama. Halaman 1. Bandung: Pakar Raya.
Tri Wiratno. 1997. “Structuring The Diversity: The Ideology of Advertisement in Indonesian Printed Media” dalam Analisis Wacana: Teori dan Praktik. Halaman 180. Surakarta: Pustaka Cakra.

Sumber http://sekolahmaning.blogspot.com

0 Response to "Analisis Perihal Kajian Kohesi Tekstual Dan Kontekstual Dalam Iklan Philips"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel