iklan

Mencermati Perkembangan Kekuatan Ekonomi China

Pada artikel ini kita akan membahas kekuatan ekonomi China dalam perekonomian global. Pertama-tama kita akan melihat sejarah perekonomian China beberapa dekade kebelakang, kemudian reformasi ekonomi China di perkembangan berikutnya, serta situasi perekonomian China pada peta persaingan ekonomi global ketika ini.

devaluasi mata uang Yuan.

Sementara sebagai perbandingan, kondisi perekonomian global mengalami penurunan akhir krisis ekonomi yang sempat dialami oleh beberapa negara, menyerupai Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang. Tercatat, pertumbuhan ekonomi global pada 2015 hanya mencapai 2-3%.



Menengok sejarah perekonomian China beberapa dekade lalu, pada awal 1970’an, pertumbuhan ekonomi China hanya berkisar di angka 3%. Sistem pemerintahan yang bersifat sosialis-komunis menciptakan tidak banyak perkembangan perekonomian di periode ini. Konsentrasi aktivitas ekonomi lebih banyak berputar pada sektor pertanian tradisional, sehingga memasukkan China dalam kategori negara yang sedang berkembang (developing country).

Dalam perkembangan berikutnya, China melaksanakan reformasi besar-besaran di bidang ekonomi. Reformasi ekonomi China dilaksanakan melalui beberapa tahapan yang akan dijelaskan lebih rinci dibawah ini.

Reformasi ekonomi China dimulai dengan melaksanakan pembangunan wilayah perdesaan (rural development) dimulai semenjak 1978 hingga dengan 1984, dengan memperlihatkan keleluasaan bagi masyarakat lokal untuk mengelola sektor pertanian dan menjual hasil pertanian dari lahan yang mereka gunakan, serta melalui sumbangan kredit hingga dengan jumlah tertentu untuk membantu para petani. Hasilnya yaitu meningkatnya produksi pertanian, efisiensi pada proses produksi, hingga tingginya produktivitas para pekerja di sektor ini; sehingga mendorong munculnya banyak wirausahawan di sektor pertanian, yang diikuti dengan meningkatnya investasi dan tabungan masyarakat pedesaan.

Tahap kedua yaitu reformasi ekonomi terkait problem perkotaan (urban sector), yang dimulai segera sehabis berhasilnya reformasi wilayah perdesaan hingga dengan awal 1990'an. Salah satu upaya yaitu dengan menerbitkan ijin bagi perusahaan-perusahaan yang telah memenuhi persyaratan tertentu, untuk mengelola usahanya secara mandiri, tanpa campur tangan negara. Hasilnya yaitu sistem administrasi yang lebih efisien dan efektif, sehingga menunjang aktivitas perekonomian, khususnya dalam industri manufaktur.

Reformasi ekonomi berikutnya dimulai awal 1990'an, antara lain dengan memperlihatkan kesempatan yang lebih luas kepada sektor perjuangan langsung (private sector), kemudian melaksanakan reformasi peraturan wacana migrasi antara wilayah rural-urban, sistem perbankan, sistem perpajakan, perdagangan luar negeri, serta foreign direct investment, untuk meningkatkan laju perekonomian nasional. Adapun salah satu wujud pelaksanaan reformasi tersebut yaitu pelonggaran terhadap kebijakan terkait dengan keluarga berencana, atau yang lebih dikenal dengan istilah one child policy.

Pada kala selanjutnya, China mulai melaksakan kebijakan privatisasi dan liberalisasi perdagangan melalui kerjasama dengan negara-negara lain, diantaranya lewat the World Trade Organization (WTO). Selain itu China juga membuatkan kerjasama perdagangan dengan ASEAN dan lembaga Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC). Sedangkan reformasi di sektor perdagangan (domestik maupun internasional) yaitu dengan mengurangi tarif perdagangan serta membuatkan sektor swasta secara lebih intensif (Ding and Knight. Why has China Grown so Fast? The Role of Structural Change, Dept. of Economics University of Oxford, 2009).

Sampai dengan ketika ini, China telah bermetamorfosa menjadi salah satu negara yang paling disegani di dunia, baik dalam bidang ekonomi, perdagangan internasional, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. **

UPDATE ARTIKEL (Jumat, 18 Agustus 2017):

Perekonomian China pada 2017 mengalami dinamika yang cukup menarik. Kita akan mengulas'nya satu persatu.

Menurut laporan Bank Dunia, besaran Gross Domestic Product (GDP US$ current based) China pada 2016 berada di angka US$ 11.19 triliun (data.worldbank.org), sementara data lain menyebut bahwa GDP (PPP based) negara tersebut pada 2016 mencapai US$ 21.14 triliun. Dengan total populasi penduduk lebih dari 1.37 miliar jiwa, maka GDP per kapita China pada 2016 berada di kisaran US$ 14,600 (www.cia.gov. the world factbook: China).

Sementara hingga dengan triwulan pertama tahun ini, the Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memprediksi bahwa China akan mengalami perlambatan ekonomi sepanjang 2017, antara lain dipicu oleh menurunnya investasi dan nilai ekspor barang dan jasa. Adapun pemicu'nya antara lain sebab penerapan kebijakan proteksionisme yang dilakukan oleh negara-negara tujuan ekspor.

Menurut OECD, proyeksi angka pertumbuhan ekonomi China pada 2017 berada dikisaran 6.6%. Sedangkan faktor yang berkontribusi terhadap pertumbuhan tersebut diantaranya sektor penjualan ritel dan konsumsi dalam negeri, yang mencapai lebih dari 70% total GDP. Maraknya sistem penjualan barang dan jasa melalui e-commerce disinyalir berperan penting pada tingginya sumbangan sektor ritel dan konsumsi domestik (OECD. OECD Economic Surveys: China, March 2017).

Sebagai catatan, total volume perdagangan online dalam negeri China pada 2016 mencapai hingga US$ 548 miliar, dengan lebih dari 90% total transaksi dilakukan melalui perangkat seluler (mobile device).

Dari sisi akomodasi usaha, China menempati peringkat ke-78 dari 190 negara yang di survei oleh Bank Dunia. Adapun kriteria penilaian tersebut antara lain dilihat dari lama’nya waktu sumbangan ijin untuk mendirikan usaha, kredit dari perbankan, aturan-aturan yang mendukung iklim usaha, hingga proteksi terhadap investor kecil (World Bank. Doing Business 2017: Equal Opportunity for All, Economy Profile 2017: China, 2017).

Namun demikian, menyerupai dikutip dari the financial times, secara mengejutkan China mengalami pertumbuhan ekonomi hingga 6.9% hingga dengan semester pertama 2017. Pencapaian ini banyak disokong oleh meningkatnya penjualan di sektor properti dan tingginya produktivitas di sektor produksi (www.ft.com. China GDP growth points to 2017 economic rebound, 17 July 2017).

Tren konkret pertumbuhan ekonomi China hingga semester pertama 2017 menciptakan the International Monetary Fund (IMF) merevisi proyeksi perekonomian China di 2017 dari yang sebelumnya 6.5% menjadi 6.7% (www.imf.org. IMF Country Focus: China’s Economic Outlook in Six Charts, August 15, 2017).

Apakah tren pertumbuhan ekonomi China akan melaju konkret hingga tamat 2017, kita akan terus mencermati perkembangan’nya. ***



ARTIKEL TERKAIT :
Melihat Perekonomian Kanada, salah satu negara terluas di dunia
Perekonomian Hong Kong: pusat kemajuan ekonomi Asia
Perekonomian Singapura, Simbol Keberhasilan Pembangunan berbasis Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan Teknologi dan Industrialisasi di Jepang
Sumber http://www.ajarekonomi.com

0 Response to "Mencermati Perkembangan Kekuatan Ekonomi China"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel