Ken Robinson: Bagaimana Sekolah Membunuh Kreativitas Jumat, 24 Agustus 2018 Add Comment Edit Baca JugaGenerasi Cilik Indonesia Berhasil, Didapat Dengan Metode Pembelajaran Yang TepatInduksi Versus DeduksiHari Pendidikan Nasional Pendidikan Gagal Membentuk Abjad Anak Bangsa Sujiwo Tedjo. Sir Kenneth Robinson yaitu seorang penulis di Inggris, pembicara dan penasehat internasional perihal pendidikan di bidang seni. Mari kita simak apa yang disampaikan Sir Ken Robinson; Saya sangat terpukau dengan program ini seluruhnya. Sebenarnya, saya akan pergi, Ada tiga tema selama konferensi ini, yang berafiliasi dengan apa yang ingin saya katakan, Pertama yaitu bukti luar biasa dari kreativitas insan di semua presentasi yang telah kita saksikan dan untuk semua orang di sini. Hanya variasinya dan jangkauannya. Kedua yaitu kita diletakkan pada suatu daerah di mana kita tidak mempunyai wangsit apa yang akan terjadi di masa depan. Tidak mempunyai wangsit bagaimana hal ini sanggup dilakukan. Saya mempunyai ketertarikan akan pendidikan -- sebenarnya, saya menemukan bahwa semua orang mempunyai ketertarikan akan pendidikan, Anda juga kan? Saya menemukan hal ini sangat menarik. Jika Anda menghadiri pesta makan malam, dan berkata Anda bekerja di bidang pendidikan -- sebenarnya, Anda akan jarang berada di pesta makan malam, sesungguhnya, kalau Anda bekerja di bidang pendidikan. Anda tidak pernah diundang. Anehnya, dan Anda tidak pernah bertanya kenapa?. Hal itu aneh bagi saya. Tapi bila Anda diundang dan Anda berbicara dengan seseorang, Anda tahu, mereka berkata, "Apa yang Anda lakukan?" dan berkata Anda bekerja di bidang pendidikan, Anda sanggup melihat muka mereka memucat. Mereka seakan berpikir, "Ya Tuhan," Anda tahu, "Kenapa saya? Satu-satunya malam di sepanjang ahad dimana saya keluar." Tetapi bila Anda bertanya mengenai pendidikan mereka, mereka akan menyudutkan Anda. Karena pendidikan yaitu salah satu dari beberapa hal yang tertanam sangat dalam bagi orang-orang, benar? Seperti agama, dan uang dan hal-hal lain. Saya mempunyai ketertarikan besar akan pendidikan, dan saya pikir kita semua demikian. Kita mempunyai ketertarikan yang sangat besar di sana, sebagian lantaran pendidikan bertujuan untuk membawa kita menuju masa depan yang tidak sanggup kita pegang. Jika Anda berpikir, bawah umur yang memulai sekolah tahun ini akan pensiun tahun 2065. Tidak seorang pun mempunyai petunjuk -- walaupun dengan segala keahlian yang telah ditunjukkan selama empat hari terakhir ini -- menyerupai apa dunia akan terlihat dalam waktu lima tahun. Dan kita bertujuan mengajarkan mereka untuk masa depan. Makara tingkat ketidakpastiannya, saya pikir, sangatlah luar biasa. Dan kepingan ketiga dari semua ini yaitu kita semua setuju, semuanya, pada kapasitas sangat luar biasa yang bawah umur miliki -- kapasitas mereka berinovasi. Saya maksud, kemarin malam Sirena merupakan keajaiban, ya bukan? Melihat yang sanggup beliau lakukan. Dan beliau luar biasa, tetapi saya pikir beliau tidak, sebenarnya, luar biasa di dalam masa bawah umur keseluruhan. Yang Anda dapatkan di sini yaitu seseorang yang mempunyai pengabdian luar biasa yang menemukan bakatnya. Dan anggapan saya adalah, semua bawah umur mempunyai talenta yang sangat besar. Dan kita menyia-nyiakan mereka, semena-mena. Makara saya ingin berbicara mengenai pendidikan dan saya ingin berbicara mengenai kreativitas. Anggapan saya yaitu kreativitas kini mempunyai kepentingan yang sama dengan kemampuan bahasa dalam pendidikan, dan kita harus memperlakukannya dengan status yang sama. Hanya itu saja, sebenarnya. Terima kasih banyak. Saya mendengar sebuah kisah manis baru-baru ini -- Saya bahagia menceritakannya -- mengenai seorang gadis cilik di pelajaran menggambar. Dia berusia enam tahun dan beliau duduk di belakang, menggambar, dan gurunya berkata bahwa gadis cilik itu sulit sekali menyimak pelajaran, dan dalam pelajaran menggambar ini beliau bisa. Sang guru sangat kagum dan sang guru berjalan ke arah gadis cilik ini dan sang guru bertanya, "Apa yang kau gambar?" Dan si gadis cilik berkata, "Saya sedang menggambar Tuhan." Dan sang guru berkata, "Tapi tidak satu orang pun tahu menyerupai apa Tuhan itu." Dan si gadis cilik berkata, "Mereka akan tahu sesaat lagi." Ketika anak lelaki saya berusia empat tahun di Inggris -- sebetulnya beliau berusia empat tahun di mana-mana, sejujurnya. Jika kami tegas, kemanapun beliau pergi, beliau akan selalu berusia empat tahun ketika itu. Dia mendapat kiprah di drama Kelahiran Yesus. Anda ingat ceritanya? Cerita yang besar. Cerita yang besar. Mel Gibson menciptakan kelanjutannya. Anda mungkin pernah melihatnya: "Kelahiran Yesus II." Tetapi James mendapat kiprah Joseph, dan kami semua besar hati akan hal tersebut. Kami beropini ini yaitu salah satu kiprah utama. Kami mempunyai daerah yang penuh dengan t-shirt bertuliskan: "James Robinson ADALAH Joseph!" Dia tidak perlu berbicara, tetapi Anda tahu kepingan ketika tiga orang raja datang. Mereka tiba membawa hadiah, dan mereka membawa emas, dupa (frankincense) dan minyak mur. Ini benar terjadi. Kami duduk di sana dan saya pikir mereka keluar dari urutan seharusnya, lantaran ketika kami berbicara dengan si anak setelahnya dan kami berkata, "Apakah kau baiklah dengan itu?" Dan beliau berkata "Ya, kenapa, ada yang salah?" Mereka bertukar urutan, hanya itu. Jadi, ketiga anak lelaki memasuki panggung, bawah umur berusia empat tahun dengan handuk teh di kepala mereka, dan mereka meletakkan kotak-kotak tersebut, dan anak pertama berkata, "Saya membawakanmu emas." Dan anak kedua berkata, "Saya membawakanmu minyak mur." Dan anak ketiga berkata, "Frank mengirimkan ini (Frank sent this = frankincense)." Yang menjadi persamaan dari hal-hal tersebut yaitu bawah umur akan mengambil kesempatan. Jika mereka tidak tahu, mereka akan terus maju. Ya kan? Mereka tidak takut berlaku salah. Saya tidak bermaksud menyampaikan bahwa berlaku salah sama dengan berlaku kreatif. Yang kita ketahui adalah, kalau Anda tidak siap untuk salah, Anda tidak akan pernah menghasilkan sesuatu yang orisinil. Jika Anda tidak siap untuk salah. Dan pada ketika mereka menjadi dewasa, kebanyakan bawah umur telah kehilangan kapasitas tersebut. Mereka menjadi takut untuk salah. Dan kita menjalankan perusahaan kita menyerupai ini. Kita menganggap jelek kesalahan. Dan kita kini menjalankan sistem pendidikan nasional dimana kesalahan yaitu hal terburuk yang Anda sanggup lakukan. Dan hasilnya yaitu kita mendidik orang keluar dari kapasitas kreatif mereka. Picaso pernah berkata: beliau berkata bahwa semua bawah umur terlahir sebagai artis. Permasalahannya yaitu bagaimana kita bisa tetap sebagai artis selama kita tumbuh. Saya percaya akan hal ini sepenuhnya: Kita tidak tumbuh ke dalam kreativitas, kita tumbuh keluar dari kreativitas. Tepatnya, kita terdidik keluar dari kreativitas. Makara mengapa hal ini terjadi? Saya tinggal di Stratford-on-Avon hingga lima tahun lalu. Faktanya, kami pindah dari Stratford ke Los Angeles. Makara anda sanggup bayangkan bagaimana mulusnya peralihan yang terjadi. Sebenarnya, kami tinggal di sebuah daerah berjulukan Snitterfield, sedikit di luar Stratford, daerah di mana ayah Shakespeare dilahirkan. Apakah Anda terpikir sesuatu yang baru? Saya terpikir. Anda tidak berpikir Shakespeare mempunyai ayah, iya kan? Iya kan? Karena Anda tidak berpikir Shakespeare sebagai seorang anak, iya kan? Shakespeare berusia tujuh tahun? Saya tidak pernah memikirkan itu. Maksud saya, Shakespeare pernah berusia tujuh tahun pada suatu waktu. Dia pernah berada di kelas bahasa Inggris seseorang, kan? Betapa menjengkelkan hal itu? "Harus berusaha lebih keras." Ayahnya menyuruhnya tidur, Anda tahu, kata ayahnya kepada Shakespeare, "Pergi tidur, sekarang," kata ayahnya kepada William Shakespeare, "dan letakkan pencil itu. Dan berhenti berbicara menyerupai itu. Semua orang gundah karenanya." Jadi, kami pindah dari Stratford ke Los Angeles, dan saya ingin berkata sepatah kata mengenai peralihan tersebut. Anak lelaki saya tidak ingin pindah. Saya mempunyai dua anak. Anak lelaki saya berusia 21 tahun sekarang; anak perempuan saya berusia 16 tahun. Anak lelaki saya tidak ingin pindah ke Los Angeles meskipun beliau bahagia dengan Los Angeles, tetapi beliau mempunyai kekasih di Inggris. Ini yaitu cinta matinya, Sarah. Dia telah mengenal Sarah selama satu bulan. Ingat, mereka telah merayakan hari jadinya yang ke empat, lantaran itu yaitu waktu yang usang untuk yang berusia 16 tahun. Jadi, beliau sangat murung ketika di pesawat, dan beliau berkata, "Saya tidak akan pernah bertemu gadis menyerupai Sarah lagi." Dan kami cukup bahagia akan hal itu, sebenarnya. lantaran Sarah yaitu alasan utama kami meninggalkan Inggris. Tetapi ada sesuatu hal yang terang ketika seseorang pindah ke Amerika dan juga ketika berkeliling dunia: Semua sistem pendidikan di muka bumi ini mempunyai hirarki yang sama akan subjek. Setiap sistem. Tidak peduli kemana Anda pergi. Anda mungkin berpikir sebaliknya, tetapi tidak demikian. Paling atas yaitu Matematika dan bahasa, kemudian kemanusiaan, dan paling bawah yaitu seni. Dimanapun di muka bumi. Dan juga hampir di dalam semua sistem, ada hirarki di dalam seni. Seni rupa dan musik biasanya mendapat status tertinggi di sekolah kemudian seni kiprah dan menari. Tidak ada satu pun sistem pendidikan di planet ini yang mengajarkan menari setiap hari untuk anak-anaknya sebagaimana kita mengajarkan mereka matematika. Kenapa? Kenapa tidak? Saya pikir hal itu cukup penting. Saya pikir matematika sangat penting, tetapi begitu juga menari. Anak-anak menari setiap ketika kalau mereka diperbolehkan, kita pun begitu. Kita semua mempunyai tubuh, iya kan? Apakah saya lupa sesuatu? Sesungguhnya, yang terjadi adalah, pada ketika bawah umur bertumbuh dewasa, kita mulai mengajarkan mereka secara progresif dari pinggang ke atas. Dan kemudian kita memfokuskan pada kepala mereka. Dan sedikit ke satu sisi. Jika Anda melihat pendidikan, sebagai alien, dan berkata "Apakah tujuan dari pendidikan publik?" Saya pikir Anda akan berkesimpulan -- kalau Anda melihat keluarannya, siapa yang paling sukses, siapa yang seharusnya menjadi apa, siapa yang mendapat semua penghargaan, siapa yang menjadi pemenang -- Saya pikir Anda harus mengambil kesimpulan bahwa tujuan utama dari pendidikan publik di seluruh dunia yaitu untuk menghasilkan profesor universitas. Iya kan? Mereka yaitu orang-orang yang tampil paling atas. Dan saya pernah menjadi salah satu dari mereka, begitulah. Dan saya bahagia dengan profesor universitas, tetapi Anda tahu, kita tidak seharusnya menganggap mereka sebagai puncak dari pencapaian umat manusia. Mereka hanyalah sebuah bentuk kehidupan, salah satu bentuk kehidupan. Tetapi mereka memang menarik, dan saya menyampaikan ini lantaran saya kagum terhadap mereka. Ada sesuatu yang menarik mengenai profesor dalam pengalaman saya -- tidak semuanya, tetapi pada umumnya - mereka hidup di dalam kepala mereka. Mereka hidup di atas sana, dan sedikit ke satu sisi. Mereka terlepas dari tubuhnya, Anda tahu, dalam artian yang sebenarnya. Mereka melihat badan mereka sebagai salah satu bentuk transportasi untuk kepala mereka, ya kan? Tubuh yaitu alat untuk membawa kepala mereka ke pertemuan. Jika Anda ingin mendapat bukti akan pengalaman keluar dari tubuh, jadi, datanglah ke konferensi pertemuan para akademisi senior, dan datanglah ke program disko pada malam terakhir. Dan di sana Anda akan melihat, lelaki dan perempuan sampaumur bergoyang tidak terkendali, keluar dari irama, menanti hingga semuanya berakhir agar mereka bisa pulang ke rumah dan menulis goresan pena mengenai program tersebut. Sekarang sistem pendidikan kita dilandasi oleh wangsit kemampuan akademis. Dan ada alasannya. Keseluruhan sistem diciptakan -- di seluruh dunia, dulu tidak ada sistem pendidikan publik, sebelum masa ke 19. Sistem-sistem ini muncul untuk memenuhi kebutuhan industrialisasi. Makara hirarki yang terjadi muncul didasari atas dua ide. Ide pertama, subjek yang paling mempunyai kegunaan untuk pekerjaan berada di urutan teratas. Makara Anda mungkin diarahkan menjauhi hal-hal tertentu di sekolah pada waktu Anda masih kecil, hal-hal yang Anda sukai, dengan dasar bahwa Anda nantinya tidak akan mendapat pekerjaan dengan hal-hal tersebut. Benar kan? Jangan bermain musik, kau tidak akan menjadi musisi; Jangan melaksanakan seni, kau tidak akan menjadi artis. Nasehat tidak berbahaya -- tapi kini terbukti salah. Seluruh dunia sedang diliputi sebuah revolusi. Dan wangsit yang kedua yaitu kemampuan akademis, yang telah mendominasi cara pandang kita akan kecerdasan, lantaran universitas mendesain sistem dengan gambaran mereka. Jika anda berpikir, keseluruhan sistem pendidikan publik di seluruh dunia yaitu proses yang berlarut-larut dari persiapan masuk universitas. Dan jadinya yaitu banyak orang-orang berbakat hebat, cemerlang dan kreatif berpikir mereka tidak bisa apa-apa, lantaran hal-hal yang mereka lakukan dengan baik di sekolah tidak dihargai atau bahkan dianggap buruk. Dan saya pikir kita tidak bisa terus menyerupai itu. 30 tahun lagi, berdasarkan UNESCO di seluruh dunia akan lebih banyak orang yang lulus melalui pendidikan dibandingkan dari awal sejarah. Lebih banyak orang, dan kombinasi dari hal-hal yang telah kita bicarakan -- teknologi dan pengaruh perubahannya kepada pekerjaan, dan demografi dan ledakan besar populasi. Tiba-tiba, gelar menjadi tidak berharga. Iya kan? Saat saya masih pelajar, kalau Anda mempunyai gelar, Anda akan mendapat pekerjaan. Jika Anda tidak mempunyai pekerjaan, itu lantaran Anda tidak menginginkannya. Dan saya tidak menginginkannya, sebenarnya. Tapi sekarang, bawah umur yang bergelar, lebih banyak yang pulang ke rumah untuk terus bermain video games, lantaran Anda membutuhkan gelar Magister padahal dulu pekerjaan ini hanya membutuhkan gelar Sarjana, dan kini Anda membutuhkan PhD untuk pekerjaan lainnya. Ini yaitu proses inflasi akademis. Dan ini mengindikasikan keseluruhan struktur pendidikan telah bergeser di bawah kaki kita. Kita butuh memikirkan kembali dengan radikal cara pandang kita terhadap kecerdasan. Kita tahu tiga hal mengenai kecerdasan; Pertama, kecerdasan itu beragam. Kita berpikir mengenai dunia dengan segala cara kita rasakan. Kita berpikir secara visual, kita berpikir secara suara, kita berpikir secara kinestesis. Kita berpikir dalam istilah abstrak, kita berpikir dalam pergerakan. Kedua, kecerdasan itu dinamis. Jika Anda melihat interaksi otak manusia, menyerupai yang telah kita dengar kemarin dari sejumlah presentasi, kecerdasaan sangat interaktif. Otak tidak dipisah-pisah kedalam ruang terpisah. Faktanya, kreativitas -- sesuatu yang saya definisikan sebagai proses mendapat wangsit orisinal yang mempunyai nilai -- lebih sering muncul dari interaksi antara disipliner cara melihat sesuatu yang berbeda. Otak dengan sengaja -- di sisi lain, ada sebuah batang syaraf yang menghubungkan kedua kepingan otak yang disebut "corpus callosum". Batang ini lebih tebal pada wanita. Seperti kata Helen kemaren, saya pikir mungkin ini sebabnya perempuan lebih baik melaksanakan banyak sekali pekerjaan dalam satu waktu. Karena memang perempuan lebih baik, iya kan? Banyak riset yang telah dilakukan, tetapi saya tahu ini dari kehidupan pribadi. Jika istri saya sedang memasak di rumah -- beliau jarang melakukannya, untungnya, Tapi Anda tahu, beliau melaksanakan -- beliau cerdik melaksanakan hal-lain lainnya -- tapi kalau beliau memasak, Anda tahu, beliau berbicara melalui telepon, beliau berbicara dengan anak-anak, beliau mengecat langit-langit, beliau melaksanakan operasi jantung di sebelah sini. Jika saya memasak, pintu tertutup, bawah umur di luar, telepon dicabut, kalau istri saya masuk saya merasa terganggu. Saya katakan, "Tolong, Terry, saya sedang berusaha memasak telur. Beri saya ruang." Anda tahu sebuah hal filosofis, kalau sebuah pohon jatuh di dalam hutan dan tidak ada satu pun yang mendengarnya apakah itu terjadi? Anda ingat pertanyaan itu? Saya baru-baru ini pernah melihat sebuah t-shirt manis yang bertuliskan, "Jika seorang laki-laki mengutarakan pemikirannya di dalam hutan, dan tidak ada perempuan yang mendengarkannya, apakah beliau tetap salah?" Dan hal ketiga mengenai kecerdasan adalah, kecerdasan itu istimewa. Saya sedang menulis sebuah buku ketika ini berjudul "Epiphany" yang berdasarkan sekumpulan wawancara dengan orang-orang mengenai bagaimana mereka menemukan talenta mereka. Saya kagum dengan bagaimana orang-orang bisa hingga ke sana. Hal ini diawali dari sebuah pembicaraan saya dengan seorang perempuan yang sangat mengagumkan yang mungkin kebanyakan orang tdak pernah mendengar namanya, beliau berjulukan Gillian Lynne, ada yang pernah dengar? Beberapa pernah. Dia dalah seorang penata tari dan semua orang tahu karyanya. Dia mengerjakan "Cats," dan "Phantom of the Opera." Dia mengagumkan. Saya pernah menjadi kepingan dari administrasi Royal Ballet, di Inggris, menyerupai yang Anda lihat. Jadi, suatu hari Gillian dan saya sedang makan siang dan saya berkata, "Gillian, bagaimana Anda menjadi seorang penari?" Dan beliau berkata itu yaitu hal yang menarik, ketika beliau masih bersekolah, beliau tidak sanggup diharapkan. Dan sekolah, pada tahun 30-an, menulis kepada orangtuanya dan berkata, "Kami berpikir Gillian mempunyai kekacauan belajar," Dia tidak bisa berkonsentrasi, selalu gelisah. Saya pikir kini mereka akan berkata bahwa beliau memilik ADHD (Attention-Deficit Hyperactive Disorder = penyakit kurang perhatian dan hiperaktif). Iya kan? Tetapi ini tahun 1930-an, dan ADHD belum ditemukan pada ketika itu. ADHD bukanlah kondisi yang tersedia. Orang-orang tidak sadar bahwa mereka sanggup mempunyai ADHD. Jadi, Gillian pergi menemui spesialis. Di dalam ruang berlapis kayu oak Dan beliau di sana bersama ibunya, dan beliau dibawa dan didudukkan di sebuah dingklik di ujung ruangan, dan beliau duduk di atas tangannya selama 20 menit sementara sang seorang mahir berbicara dengan ibunya mengenai semua permasalahan yang Gillian dapatkan di sekolah. Dan akhirnya -- lantaran Gillian selalu mengganggu orang lain, pekerjaan rumahnya selalu terlambat dan lain-lain, anak berusia delapan tahun -- pada akhirnya, dokter ini duduk di sebelah Gillian dan berkata, "Gillian, saya telah mendengarkan semua hal yang ibumu sampaikan, dan saya butuh untuk berbicara dengannya sendirian." Dokter itu berkata, "Tunggu di sini, kami akan kembali, kami tidak akan lama." dan mereka pergi dan meninggalkannya. Tetapi ketika dokter dan ibunya pergi meninggalkan ruangan, sang dokter menyalakan radio yang berada diatas meja. Dan ketika mereka keluar dari ruangan, sang dokter berkata kepada ibu Gillian, "Berdiri di sini dan lihatlah Gillian." Seketika mereka meninggalkan ruangan, Gillian berkata, Gillian pribadi berdiri, bergerak mengikuti irama musik. Dokter dan ibu Gillian memperhatikan itu selama beberapa menit dan sang dokter berkata kepada ibu Gillian, "Nyonya Lynne, Gillian tidak sakit, beliau seorang penari. Bawa beliau ke sekolah tari." Saya berkata, "Apa yang kemudian terjadi?" Gillian berkata, "Ibu saya melakukannya. Saya tidak sanggup berkata bagaimana indahnya waktu itu. Kami berjalan masuk ke dalam ruangan dan ruangan itu penuh dengan orang-orang menyerupai saya. Orang-orang yang tidak sanggup bangun diam. Orang-orang yang harus bergerak untuk berpikir." Orang-orang yang harus bergerak untuk berpikir. Mereka melaksanakan balet, tap, jazz, mereka melaksanakan tari modern, tari kontemporer. Gillian akhirnya diaudisi untuk Royal Ballet School, beliau menjadi seorang solois, beliau mempunyai karir yang mengagumkan di Royal Ballet. Akhirnya beliau lulus dari Royal Ballet School dan mendirikan perusahaannya sendiri, Gillian Lynne Dance Company, bertemu Andrew Lloyd Weber. Dia menghasilkan beberapa produksi karya teater musikal yang sangat sukses dalam sejarah, beliau menawarkan hiburan kepada jutaan orang, dan beliau menjadi seorang jutawan. Orang lain mungkin akan menawarkan beliau pengobatan dan menyuruh beliau untuk lebih tenang. Sekarang, saya berpikir -- Yang saya pikirkan adalah: Al Gore berbicara di malam sebelumnya mengenai ekologi, dan revolusi yang dicetuskan oleh Rachel Carson. Saya percaya bahwa keinginan satu-satunya kita untuk masa depan yaitu mengadopsi sebuah konsep gres akan ekologi manusia, ekologi yang memulai kita untuk mengatur ulang konsep kita akan kekayaan kepasitas manusia. Sistem pendidikan kita telah menambang pikiran kita dengan cara kita menambang bumi kita: untuk komoditas tertentu. Dan untuk masa depan, hal itu tidak akan memberi apa-apa untuk kita. Kita harus memikirkan ulang prinsip dasar bagaimana kita mendidik bawah umur kita. Ada sebuah kutipan indah dari Jonas Salk, yang berkata, "Jika semua serangga hilang dari bumi, dalam 50 tahun, semua kehidupan di bumi akan berakhir. Jika semua insan hilang dari bumi dalam 50 tahun, semua bentuk kehidupan akan sejahtera." Dan beliau benar. Yang TED rayakan yaitu rahmat dari imajinasi manusia. Kita harus berhati-hati kini bagaimana kita memakai rahmat ini secara bijaksana, dan kita menghindari beberapa skenario skenario yang telah kita bicarakan. Dan satu-satunya cara kita melakukannya yaitu dengan melihat kapasitas kreatif kita dari sisi betapa kayanya mereka, dan melihat bawah umur kita dengan keinginan yang mereka miliki. Dan kiprah kita yaitu mendidik mereka secara keseluruhan, agar mereka sanggup menghadapi masa depan. Kita mungkin tidak akan melihat masa depan tersebut, tapi mereka akan melihatnya. Dan kiprah kita yaitu membantu mereka untuk berbuat sesuatu akan masa depan itu.Terima kasih banyak (http://www.ted.com/). Sumber http://www.defantri.com Share this post
![Berikut kita sampaikan apa yang di paparkan oleh Ken Robinson pada program TED Ken Robinson: Bagaimana Sekolah Membunuh Kreativitas]( "Ken Robinson: Bagaimana Sekolah Membunuh Kreativitas")
0 Response to "Ken Robinson: Bagaimana Sekolah Membunuh Kreativitas"
Posting Komentar