iklan

✔ Kritik Sastra Terapan Pada Periode 1956-1975

Kritik Sastra Terapan pada Periode 1956-1975


Telah dibicarakan dalam cuilan 4 bahwa pada periode ini ada majemuk corak kritik sastra, yaitu Kritik Sastra Angakatan 45, Lekra, Kritik Sastra Revolusioner, kritik sastra para sastrawan baru. Di samping  itu, timbul kritik sastra dari kaum akademis yang populer dengan kritik sastra akademis atau kritik sastra ilmiah, yang berkembang mulai sekitar pertengahan tahun 1950-an, kritik sastra ini bergotong-royong sudah diawali oleh kritik sastra Slametmaljuna yang bercorak ilmiah pada awal tahun 1950-an. Kritik sastrawan gres yang menantang kritik akademik ialah kritik sastra metode Ganzheit.



  1. Kelompok Kritikus satrwan


Baca Juga

 


Dapat dikatakan kritik sastra terapan para kritkus dari kalangan sastrawan tidak memperlihatkan adanya perbedaan dengan kritik terapan para tokoh Angkatan 45 orientasi kritik mereka sering kali objektif. Sampai tahun 1960 kritik terapan yang membahas kritik sastra tertentu tidak seberapa banyak dalam periode ini kritik terapan berupa pembicaraan sastra Indonesia secara umum, tidak menunjuk karya tertentu dan berupa penilain secara umum. Kecuali kritik terapan Ajiip Rosidi yang membicarakan cerpen-cerpen para sastrawan indonesia secara keseluruhan dari seluruh periode sastra Indonesia.


Demikian juga, kritik terapan Harijadi S. Hartowardojo yang berjudul “Puisi Sesudah Chairil Anwar” (1956), ia memperlihatkan ciri yang umum pada sajak-sajak Chairil Anwar, secara impresionistik. Menurut Harijadi, Chairil Anwar meletakkan titik berat tanggung jawab baik bentuk maupun isi pada orang-seorang tampak padanya bahwa keuletan dan vitalitas itu menjadi unsur penting dalam puisi.


Dikemukakannya bahwa pada awal tahun 1950-an itu hanya Sitor Situmorang yang penuh dengan keinsafan melanjutkan memperluas dasar-dasar penilain kata yang diletakkan oleh Chairil Anwar. Sitor Situmorang memperlihatkan nafas gres pada puisi indonesia baik dalam bentuk mauoun isinya. Dikemukakan pula bahwa Sitor Situmorang dalam arti masih terbatas, kenalkan filsafat eksistensialisme sartre ia bersandar pada ucapan Sitor Situmorang bahwa puisi ia itu untuk melucuti kedok kekacaun, bahwa seni menolak kekacaun dan mencari keseimbangan.


 timbul kritik sastra dari kaum akademis yang populer dengan kritik sastra akademis atau  ✔ Kritik Sastra  Terapan pada Periode 1956-1975


Dengan melihat urai itu, kelihatan kritik terapan Harijadi sangat impresionistik, kurang atu tidak diberi bukti, tidak ada analisis yang merenik, hanya garis besar, tidak memperlihatkan karya tertentu, sifatnya sangat umum, dengan penilain yang sangat umum pula.


Pada tahun 1950-an biasa kritik-kritik terhadap puisi selalu membandingkan puisi yang dibahas dengan puisi Chairil Anwar, hal ini tampak dalam kritik H.B. Jassin dan kritikus lainnya, contohnya kritik Balfas, seorang Tokoh Angakatan 45, membahas sajak kumpulan Toto Sudarto Bachtiar Suara dibandingkan dengan sajak Chairil Anwar. Maka kriteria yang dipergunakan Balfas adalah: hingga kemanakah Chairil Anwar sudah sanggup dilepaskan.dapat dikatakan sastrwan yang paling banyak menulis kritik terapan pada periode ini ialah Ajib Rosidi yang telah menulis sajajk pertengahan tahun 1950-an. Sesudah tahun 1960 sastrawan kritikus yang banyak menulis kritik terapan ialah Goenawan Mohamad dan Subagio Sastrowardojo.


Kritik terapan pada periode ini, sebagaimana kritik pada periode Angkatan 45, sering kali dikenalkan pada sastrawan meskipun juga meyangkut karya sastranya. kritik terapan demikian biasanya berorientasi ekspresif, menganggap sastra sebagai curahan, perasaan, pikiran, dam pernyataan jiwa sastrwan.


Kritik terapan demikian biasanya dimulai dengan pembicraan sastrwannya: tanggal lahir, keluarga, sekolah, kegiatan-kegiatan seni, dan kegiatan sastranya, pendek kata, pengalaman dan riwayat hidup sastrawan. Begitulah permulaan kritik terapan Subadhi terhadap W.S. Rendra.


Sesudah itu, karya sastra dikritik dengan orientasi ekspresif, (yaitu sajak karya sastra) sesuai dengan latar belakang kehidupan sastrawan meskipun karya sastra itu juga dibicarakan berdasrkan kenyataan yang ada didalamnya, yang bergotong-royong berorientasi obektif.


Periode ini, mulai tampak adanya krtik terapan yang berupa studi mengenai genre sastra tertentu, yaitu studi mengenai dongeng pendek Indonesia modern yang dilakukan oleh Ajib Rosidi berjudul Cerita Pendek Indonesia. Kritik Ajip Rosidi ini membicarakan dongeng pendek Indonesia modern dari periode Balai Pustaka, dimulai dengan kumpulan cerpen M. Kasim Teman Duduk hingga cerpen simpulan tahun 1950-an pada terbitan pertama (1959) dan pada terbitan kedua (1968) di tambah cerpen awal tahun 1960-an dengan karya Trisno Sumardjo Daun Kering  (1962).


Tampak corak kritik terapan para sastrwan periode 1956-1976 itu pada umumnya menyerupai terapan Angkatan 45: esaistis, impresionistik, jodisial, tanpa analisi ataupun jikalau ada analisis tidak mendalam dan merenik mengenai semua norma sastranya.



  1. Kelompok Kritikus Akademik


Corak pertama kritik sastra akademik ini berlangsung hingga kurang lebih pertengahan tahun 1970-an. Sesudah itu, kritik sastra akademik itu diteruskan kritik sastra akademik corak kedua, yaitu kritik sastra yang didasari oleh teori sastra dan kritik sastra tertentu dengan metode khusus, yang benar-benar memperlihatkan corak ilmiah kepada kritik dan penelitian satra.


Dalam periode 1956-1975, corak kritik akadeik ini, pertama kali, dicirikan oleh penulisan dari kalangan akademis; kedua, corak ilmiahnya dicirikan oleh metode kritiknya yang ilmiah, yaitu dengan pembicaraan yang sistematis, dengan pembuktian dan argumentasi yang bersifat ilmiah, dengan sandaran yang sanggup dipertanggung jawabkan, contohnya dengan pendapat para jago yang bersangkutam, dan memandang karya sastra sebagai objek penelitian, disamping juga mempergunakan metode ilmiah yang umum. Jadi, orientasinya objektif, metode penelitian ilmiah.  Kritik sastra ilmiah ini pertama kali dilakukan oelh para kritisi dari kampus (Fakultas Sastra UI) Rawamangun. Dengan demikian, kemudian diberi nama kritik sastra anutan Rawamangun.


Kritik sastra ilmiah ini memandang kritik sastra sebagai kegiatan ilmiah, bukan kegiatan seni kreatif. Oleh alasannya ialah itu, hasil kritiknya atau kritik terapnya bersifat intelektualistis, analitik, dan induktif meskipun tidak mengambaikan objeknya sebagai karya seni yang memerlukan penikmatan emosional dan intuitif. Corak kritik analitik tampak awal pembicaraan Umar Junus yang mengemukakan hal-hal yanf akan dibicarakan kurang lebih sistematik menyerupai kutipan berikut.


….dan Belenggu dianggap orang sebagai suatu yang membawa dilema gres lagi. Berdasrkan ni saya ingin untuk meninjau kembali Belenggu ini. Dan dalam peninjauan ini, saya akan menggunakan beberpa pembagian:



  1. Hal yang dikemukakan penulis,

  2. Karakterisasi pelaku,

  3. Peristiwa-peristiwa,

  4. Penulis dan ciptaannya.


Dan ihwal Gaya Bahasa tak akan saya bicarakan kini ini alasannya ialah hal ini memerlukan penyelidikan secara perbandingan yang tak mungkin dikerjakan dalam waktu singkat.


Dari kutipan itu tampak rencana kerja yang intelektual dan rencana penelitan yang analitik.


Corak ilmiah yang sistematik, analitik, dan indukatif itu lebih terang lagi dalam kritik terapan berupa penelitaian untuk skripsi sarjana para kritikus dari Fakultas Sastra UI. Kritik terapan tersebut berupa kritik sebuah norma atau novel, beberapa dongeng pendek, drama dan puisi seorang pengarang. Judul-judul buku itu sudah memperlihatkan apa yang dikritik, menyerupai romah Atheis: Achdiat K. Mihardja (1962) oleh Boen S. Oemarjati; Sitor Situmorang sebagai Penyair dan Pengarang Cerita Pendek (1963) oleh J.U. Nasution, juga ditulis oleh Pujangga  Sanusi Pane (1963); Jalan Tak Ada Ujung Mochtar Lubis, (1963) oleh M.S. Hutagalung, juga olehnya ialah Tanggapan Dunia Asrul Sani (1967); Pramedya Ananta Toer Karya Seninya (1963) oleh Bachrum Rangkuti; dan Hamka sebagai Pengarang Roman (1964) oelh Junus Amir Hamzah. Disamping itu, ada sebuah kritik terapan yang membicarakan puisi Indonesia dalam salah satu periodenya berjudul Perkembangan Puisi dalam Masa Duapuluhan (1963) oleh Fachruddin Ambc Enre.


Pendapat- pendapat pengkritik diperkuat dengan kutipan pendapat para jago yang bersangkutan dengan masalah. Pembukrtian atau argumentasi disertai dengan penunjukan angka tahun dan halaman-halaman buku yang diacu untuk akuratnya. Bab-bab itu memperlihatkan “analisi” atau masalah-masalah yang dibicarakan jadi dengan bentuk atau wujud kritik demikian itu, kritik terapan tersebut tampak ilmiah. Sistematik, metodik, analitik, dan objektif. Sebagai pola buku Boen S. Oemarjati Roman Atheis; Achdiat K. Mihardja dibagi menjadi beberapa cuilan (tidaj diberi angkan olenya); (1) ”pengarang tinjauan” dibagi menjadi  “pengarang dan bukunya” dan “catatan terhadap Ulang Cetak Atheis”, (2) “Sinopsi”, (3) “Sambutan Masyarakat”, (4 ) “Di Tengah Karya-Karya Sezamannya”, (5) “Persoalan”, (6) “Tema”, (7) “Teknik Penulisan dan Komposisi”, (8)” Unsur-Unsur Roman , dibagi menjadi “Imajinasi, Emosi dan Pengetahuan”, (9)”Perpaduan Elemen-Elemen Imajinasi, Emosi< dan Pengetahuan”, (10) “Perwatakan”, (11) “Plot’, (12) “Gaya”, (13) “ penutup”.


Mengkritik karya sastra bergotong-royong mengambarkan makna, merebut makna, atau memperlihatkan makna karya sastra hingga pada penerangan nilai atau penilain karya sastra yang dikritik. Dengan demikian, karya sastra dianalisis menjadi beberapa unsur, menyerupai yang dilakukan oleh kritikus akademik itu.


J.u. nasuttion kelihatan sangat analitik dalam menganalisis usur-unsur puisi dalam sajak-sajak Sanusi Pane. Akan tetapi, analisis unsur-unsur kepuitisan yang dibacarakan itu kurang lengkap. Unsur-unsur puisi Sanusi Pane yang dianalisis dikemukakan ialah (a) persajakan, (b) ulangan kata, (c) jumlah suku kata, (d) kombinasi dan ulangan kata yang khsusu, (e) pengulangan pernyataan dan, (f) Ukiran bentuk (tipografi).


 



Sumber http://syahrulanam.com

Related Posts

0 Response to "✔ Kritik Sastra Terapan Pada Periode 1956-1975"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel