iklan

Makalah Pengurusan Jenazah

    Setiap makhluk hidup yang bernyawa niscaya akan menemui selesai hidup yaitu kembali kepada sang pencipta dimana pada khusunya makhluk hidup yang paling tepat di dunia yaitu insan dimana sudah dijelaskan dalam Alqur’an wacana kematian,dan sebagai seorang muslim yang taat kita juga harus tahu bagaimana tata cara pengurusan mayat ( orang yang sudah Meninggal ) yang benar berdasarkan syariat islam,berikut saya bagikan makalah pengurusan mayat semoga bermanfaat bagi kita semua :

KATA PENGANTAR

      Segala Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT,karena atas berkat dan rahmat-NYA lah, sehingga kami sanggup menuntaskan makalah ini tepat waktu. Dan tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada guru yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini.
       Selain dari pada itu kami juga ingin mengucapkan teima kasih kepada teman-teman sekalian yang telah memberi kami support, dan dan banyak ide dan motivasi-motivasi yang sangat bermanfaat bagi terwujutnya makalah ini. 

Tegal,    Februari 2019


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
    Dalam Islam mengajarkan bahwa setiap insan niscaya akan mengalami selesai hidup yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh alasannya itu, menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah meninggal dunia mendapat perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian jenazah?
2. Tata cara memandikan jenazah?
3. Tata cara mengkafani jenazah?
4. Tata cara menshalatkan jenazah?
5. Tata cara menguburkan jenazah?
BAB II
PEMBAHASAN

    2.1. Pengertian Jenazah
      Istilah mayat diambil dari bahasa Arab (جن ذح) yang berarti tubuh mayat dan kata جن ذ   yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata mayat mempunyai arti tubuh mayat yang tertutup

   2.2. Memandikan Jenazah
         Keharusan setiap muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang mati syahid. Hukum memandikan mayat orang muslim berdasarkan jumhur ulama ialah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di daerah itu, tetapi bila telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.  Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban memandikan mayat ini terdapat dalam sebuah hadist Rasulullah SAW, yakninya:
عن ا بن عبا س ا ن ا لنبي صلى ا لله عليه و سلم قا ل: فى ا لذ ي سقط عن ر ا حلته فما ت ا غسلو ه بما ء و سد ر (رواه ا لبخرو مسلم)
Artinya: “Dari Ibnu Abbas, bantu-membantu Nabi SAW telah bersabda wacana orang yang jatuh dari kendaraannya kemudian mati, “mandikanlah ia dengan air dan daun bidara.” (H.R Bukhari dan Muslim)
Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan mayat yang perlu diperhatikan yaitu:
1.      Orang yang utama memandikan jenazah
a.       Untuk mayat laki-laki
     Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat pria ialah orang yang  diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, muhrimnya dan istrinya.
b.      Untuk mayat perempuan
Orang yang utama memandikan mayat perempuan ialah ibunya, neneknya, keluarga terdekat dari pihak perempuan serta suaminya.
c.       Untuk mayat anak pria dan anak perempuan
Untuk mayat anak pria boleh perempuan yang memandikannya dan sebaliknya untuk mayat anak perempuan boleh pria yang memandikannya.
d.      Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya hanya pria dan beliau tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang pria meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan beliau tidak mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan menggunakan lapis tangan.
2.      Syarat bagi orang yang memandikan jenazah
a.       Muslim, berakal, dan baligh
b.      Berniat memandikan jenazah
c.       Jujur dan sholeh
d.      Terpercaya, amanah, mengetahui aturan memandikan mayat dan memandikannya sebagaimana yang diajarkan sunnah serta bisa menutupi malu si mayat.
3.      Mayat yang wajib untuk dimandikan
a.       Mayat seorang muslim dan bukan kafir
b.      Bukan bayi yang keguguran dan bila lahir dalam keadaan sudah meninggal tidak dimandikan
c.       Ada sebahagian tubuh mayat yang sanggup dimandikan
d.      Bukan mayat yang mati syahid 
4.      Tatacara memandikan jenazah
Berikut beberapa cara memandiakan mayat orang muslim, yaitu:
Niat Memandikan Mayit / Jenazah Laki-laki
نَوَيْتُ الْغُسْلَ اَدَاءً عَنْ هذَاالْمَيِّتِ ِللهِ تَعَالَى
NAWAITUL GHUSLA ADAA'AN 'AN HAA-DZAL MAYYITI LILLAAHI TA'AALA
Artinya :
Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (laki-laki) ini lantaran Allah Ta'ala
Niat Memandikan Jenazah / Mayit Perempuan
نَوَيْتُ الْغُسْلَ اَدَاءً عَنْ هذِهِ الْمَيِّتَةِ ِللهِ تَعَالَى
NAWAITUL GHUSLA ADAA'AN 'AN HAADZIHIL MAYYITATI LILLAAHI TA'AALA
Artinya :
Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (perempuan) ini lantaran Allah Ta'ala
a.    Perlu diingat, sebelum mayat dimandikan siapkan terlebih dahulu segala menyiapkan alat  sesuatu yang diperlukan untuk keperluan mandinya, seperti:
1.              Tempat memandikan pada ruangan yang tertutup.
2.              Air secukupnya.
3.              Sabun, air kapur barus dan wangi-wangian.
4.              Sarung tangan untuk memandikan.
5.              Potongan atau gulungan kain kecil-kecil.
6.              Kain basahan, handuk, dll.
b.    Ambil kain epilog dan gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya tidak kelihatan.
c.    Mandikan mayat pada daerah yang tertutup.
d.   Pakailah sarung tangan dan bersihkan mayat dari segala kotoran.
e.    Ganti sarung tangan yang baru, kemudian bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya perlahan-lahan.
f.     Tinggikan kepala mayat semoga air tidak mengalir kearah kepala.
g.    Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain berair ke lisan jenazah, gosok giginya dan bersihkan hidungnya, kemudiankan wudhukan.
h.    Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh jenazah.
i.      Mandikan mayat dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur dengan wangi-wangian.
j.      Perlakukan mayat dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota tubuhnya.
k.    Memandikan mayat satu kali bila sanggup membasuh ke seluruh tubuhnya itulah yang wajib. Disunnahkan mengulanginya beberapa kali dalam bilangan ganjil.
l.      Jika keluar dari mayat itu najis sesudah dimandikan dan mengenai badannya, wajid dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis sesudah di atas kafan tidak perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis itu saja.
m.  Bagi mayat wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkan menyulur kebelakang, sesudah disirim dan dibersihkan kemudian dikeringkan dengan handuk dan dikepang.
n.    Keringkan tubuh mayat sesudah dimandikan dengan kain sehingga tidak membasahi kain kafannya.
o.    Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak mengandung alkohol.

2.3. Mengkafani Jenazah
    Mengkafani mayat ialah menutupi atau membungkus mayat dengan sesuatu yang sanggup menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani mayat muslim dan bukan mati syahid ialah fardhu kifayah.
Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani mayat adalah:
1.      Kain kafan yang dipakai hendaknya kain kafan yang bagus, higienis dan menutupi seluruh tubuh mayat.
2.      Kain kafan hendaknya berwarna putih.
3.      Jumlah kain kafan untuk mayat pria hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat perempuan 5 lapis.
4.      Sebelum kain kafan dipakai untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
5.      Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
Adapun tata cara mengkafani mayat ialah sebagai berikut:
1.      Untuk mayat laki-laki
a.       Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.
b.      Angkatlah mayat dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan memanjang kemudian ditaburi wangi-wangian.
c.       Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d.      Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan ibarat ini selembar demi selembar dengan cara yang lembut.
e.       Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau lima ikatan.
f.       Jika kain  kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh tubuh mayat maka tutuplah bab kepalanya dan bab kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada.
2.      Untuk mayat perempuan
Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang terdiri dari:
a.       Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
b.      Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
c.       Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
d.      Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang sampai kaki.
e.       Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.
Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:
a.       Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bab dengan tertib. Kemudian, angkatlah mayat dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.
b.      Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
c.       Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
d.      Pakaikan sarung.
e.       Pakaikan baju kurung.
f.       Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, kemudian julurkan kebelakang.
g.      Pakaikan kerudung.
h.      Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan kemudian digulungkan kedalam.
i.        Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.
     
    2.4. Menshalatkan Jenazah
     Menurut ijma ulama aturan penyelenggaraan shalat mayat ialah fardhu kifayah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi:
صلو ا على مو تا كم (رواه ابن ما جه)
Artinya: “Shalatilah orang yang meninggal dunia diantara kamu”
Orang paling utana untuk melaksanakan shalat mayat yaitu:
Rukun shalat mayat ialah:
a.       Berniat menshalatkan jenazah.
b.      Takbir empat kali.
c.       Berdiri bagi yang kuasa.
Adapun tata cara melaksanakan shalat mayat ialah sebagai berikut:
1.      Niat shalat jenazah
Niat shalat mayat dilakukan dalam hati serta nrimo lantaran Allah SWT. Sebelum shalat mayat dilakukan maka kepada imam dan seluruh makmum hendaknya berwudhu dan menutup aurat. Untuk menyalatkan mayat pria imam bangkit sejajar dengan kepala si mayat, sedangkan untuk mayat perempuan, imam bangkit di tengah-tengah sejajar sentra si mayat.
Lafal niat shalat jenazah:
a.       Untuk mayat laki-laki
ا صلى على هذ اا لميت ار بع تكبير ا ت فر ض كفا ية مأ مو ما/ ا ما ما لله تعا لى
“Sengaja saya berniat shalat atas mayat pria empat takbir fardhu kifayah menjadi makmun/imam lantaran Allah ta’ala”
b.      Untuk mayat perempuan
ا صلى على هذ اا لميتة ار بع تكبير ا ت فر ض كفا ية مأ مو ما/ ا ما ما لله تعا لى
“Sengaja saya berniat shalat atas mayat perempuan empat takbir fardhu kifayah menjadi makmun/imam lantaran Allah ta’ala”
2.      Takbir 4 kali
a.       Takbir pertama dimulai dengan mengangkat tangan dan membaca Al-Fatihah.

b.      Takbir kedua dan membaca shalawat
ا للهم صل على محمد و على ا ل محمد كما صليت على ا بر ا هيم و على ا ل ا براهيم و با رك على محمد و على ا ل محمد كما با ر كت على ا بر ا هيم و على ا ل ا بر هيم فى ا لعا لمين ا نك حميد مجيد.
Artinya: “Ya Allah berikanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana engkau telah memperlihatkan kesejahteraan kepada Ibrahim dan keluarganya. Berkatilah Muhammad dan keluarganya, sebagaimana engkau telah memberkati Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi bijaksana”
c.       Takbir ketiga  dan membaca do’a untuk si mayat
ا للحم ا غفر له (ها) و ا ر حمه (ها) و عا فه(ها) و ا عف عنه (ها) و ا كر م نز له (ها) ووسع مد خله (ها) و ا غسله (ها) بما ء و ثلج و بر د و نقه (ها) من ا لخطا يا كم ينقى ا لثو ب من ا لد نس و ا بد له (ها) دا را خيرا من دا ر ه  (ها) و ا هلا خيرا من ا هله (ها) و ادخله (ها) ا لجنة و ا عنذ ه (ها) من عذا ب ا لقبر و عذا ب ا لنا ر.
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, kasihilah dia, maafkanlah beliau dan sentosakanlah dia, muliakan tempatnya, lapangkanlah kuburnya, sucikanlah beliau dengan air embun dan es, sucikanlah beliau dari kesalahannya, sebagaimana sucinya kain putih dari kotoran. Gantikanlah rumahnya dengan rumah yang lebih baik daripada rumahnya, dan gantikan keluarganya dengan keluarga yang lebih baik, masukkan ia kedalam syurga, dan jauhkan ia dari siksa kubur dan siksa neraka.”
d.      Takbir keempat kemudian membisu sejenak dan membaca do’a
ا للحم لا تحر منا ا جر ه (ها) ولا تفتنا بعد ه (ها) و ا غفر لنا و له (ها)
Artinya: “  Ya Allah janganlah Engkau tahan untuk kami pahalanya dan janganlah engkau tinggalkan fitnah untuk kami sesudah kepergiannya”
    2. 5. Menguburkan Jenazah
      Disunnahkan membawa mayat dengan usungan mayat yang di panggul di atas bahu dari keempat sudut usungan.
Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus tergesa-gesa. Bagi para pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya, di samping kanan atau kirinya. Semua cara ada tuntunannya dalam sunnah Nabi.
Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum mayat diletakkan, alasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarangnya.
     Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, semoga jasad si mayit terjaga dari jangkauan hewan buas, dan semoga baunya tidak merebak keluar.
Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq. Dalam problem ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Liang lahad itu ialah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain kita (non muslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam “Ahkamul Janaaiz” hal. 145)
     Lahad ialah liang (membentuk aksara U memanjang) yang dibentuk khusus di dasar kubur pada bab arah kiblat untuk meletakkan mayat di dalamnya.
Syaq ialah liang yang dibentuk khusus di dasar kubur pada bab tengahnya (membentuk aksara U memanjang).
- Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an.
- Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.
- Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan mayat ke liang lahat dari arah kaki kuburan kemudian diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan. Jika tidak memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.
- Petugas yang memasukkan mayat ke lubang kubur hendaklah mengucapkan: “BISMILLAHI WA ‘ALA MILLATI RASULILLAHI (Dengan menyebut Asma Allah dan berjalan di atas millah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam).” ketika menurunkan mayat ke lubang kubur. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam.
     Disunnahkan membaringkan mayat dengan bertumpu pada sisi kanan jasadnya (dalam posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya selain tali kepala dan kedua kaki.
- Tidak perlu meletakkan alas dari tanah ataupun kerikil di bawah kepalanya, alasannya tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap wajahnya, kecuali bila si mayit meninggal dunia ketika mengenakan kain ihram sebagaimana yang telah dijelaskan.
- Setelah mayat diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala dan kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan kerikil bata atau papan kayu/bambu dari atasnya (agak samping).
- Lalu sela-sela kerikil bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat semoga menghalangi sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.
- Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalam liang kubur sesudah mayat diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah ke atas mayat tersebut.
- Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda semoga tidak dilanggar kehormatannya, dibentuk gundukan ibarat punuk unta, demikianlah bentuk makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam (HR. Bukhari).
- Kemudian ditaburi dengan kerikil kerikil sebagai tanda sebuah makam dan diperciki air, berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam (dalam problem ini terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat “Irwa’ul Ghalil” II/206). Lalu diletakkan kerikil pada makam bab kepalanya semoga gampang dikenali.
- Kemudian pengiring mayat mendoakan keteguhan bagi si mayit (dalam menjawab pertanyaan dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur). Karena ketika itu ruhnya dikembalikan dan ia ditanya di dalam kuburnya. Maka disunnahkan semoga sesudah selesai menguburkannya orang-orang itu berhenti sebentar untuk mendoakan kebaikan bagi si mayit (dan doa ini tidak dilakukan secara berjamaah, tetapi sendiri-sendiri!). Sesungguhnya mayit bisa mendapat manfaat dari doa mereka.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Berdasarkan uraian mengenai tata cara pengurusan mayat sanggup diambil beberapa hikmah, antara lain:
a.       Memperoleh pahala yang besar.
b.      Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
c.       Membantu meringankan beban kelurga mayat dan sebagai ungkapan belasungkawa atas tragedi alam yang dideritanya.
d.      Mengingatkan dan menyadarkan insan bahwa setiap insan akan mati dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup sesudah mati.
e.       Sebagai bukti bahwa insan ialah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila salah seorang insan meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya berdasarkan aturan Allah SWT dan RasulNya.

  BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas sanggup diambil kesimpulan bantu-membantu insan sebagi makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan mayat seorang muslim itu hukumnya ialah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di daerah itu, tetapi bila telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.

3.2 SARAN
Dengan adanya pembahasan wacana tata cara pengurusan mayat ini, pemakalah berharap kepada kita semua semoga selalu ingat akan selesai hidup dan mempersiapkan diri untuk menyambut selesai hidup itu. Selain itu, pemakalah juga berharap semoga pembahasan ini sanggup menambah wawasan dan pengetahuan kita semua serta sanggup mengajarkannya dengan baik ketika telah menjadi seorang guru di masa yang akan datang.

Sumber http://sekolahmaning.blogspot.com

0 Response to "Makalah Pengurusan Jenazah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel