Taksonomi Bloom (*Apa Dan Bagaimana Menggunakannya?)
Taksonomi Bloom (*Apa dan Bagaimana Menggunakannya?). Bosan menghadapi problem yang ada, mungkin bisa menjadi “kalimat kunci” dimana seseorang bersedia untuk mempelajari sumber problem yang ada.
Seperti yang disampaikan oleh Ibu Retno Utari, Widyaiswara Madya, Pusdiklat KNPK dalam tulisannya “Taksonomi Bloom, Apa dan bagaimana menggunakannya?”, disampaikan bahwa Pembuatan kurikulum yang terdiri dari Term of Reference [TOR], Garis Besar Program Pembelajaran [GBPP] maupun Satuan Acara Pembelajaran [SAP] sanggup dikatakan pekerjaan rutin widyaiswara.
Biasanya timbul problem ketika mencari janji mengenai pemilihan taksonomi bloom. Kadang pemilihan kata kerja untuk menyatakan tujuan program, kompetensi dasar maupun indikator pencapaian dalam GBPP tersebut dirasakan kurang pas dengan apa yang dimaksud oleh penyusun.
Tenyata bagi seorang widyaiswara pemilihan kata kerja untuk menyatakan tujuan program, kompetensi dasar maupun indikator pencapaian terkadang masih menemukan kesulitan.
Jika seorang widyaiswara mau berguru kembali wacana Taksonomi Bloom untuk mengatasi problem pada pekerjaan rutinnya, maka sebagai seorang guru mempelajari kembali wacana Taksonomi Bloom ialah sebuah keharusan.
Guru yang mepunyai kiprah utama dan rutin dilaksanakan setiap hari ialah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Membuat perencanaan sebelum melaksanakan kiprah utama sebagai seorang ialah salah satu ciri guru profesional yang baik. Rancangan pelaksanaan kiprah ini pada kalangan guru disebut dengan istilah “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran [RPP]”.
Dalam hal menyusun RPP inilah salah satu kemampuan guru yang dibutuhkan ialah memahami Taksonomi Bloom. Karena pentingnya memahami Taksonomi Bloom ini, jadi sebagai seorang guru ada baiknya kita coba berguru “Apa dan bagaimana memakai Taksonomi Bloom?”.
Untuk mepermudah belajarnya, kita coba mempelajari materi yang pernah ditulis oleh Ibu Retno Utari, Widyaiswara Madya, Pusdiklat KNPK wacana “Apa dan bagaimana memakai Taksonomi Bloom?”.
Bloom, lahir pada tanggal 21 Februari 1913 di Lansford, Pennsylvania dan berhasil meraih doktor di bidang pendidikan dari The University of Chicago pada tahun 1942. Ia dikenal sebagai konsultan dan penggerak internasonal di bidang pendidikan dan berhasil membuat perubahan besar dalam sistem pendidikan di India.
Ia mendirikan the International Association for the Evaluation of Educational Achievement, the IEA dan membuatkan the Measurement, Evaluation, and Statistical Analysis [MESA] aktivitas pada University of Chicago.
Di selesai hayatnya, Bloom menjabat sebagai Chairman of Research and Development Committees of the College Entrance Examination Board dan The President of the American Educational Research Association. Ia meninggal pada 13 September 1999.
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari penilaian hasil berguru yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanyameminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka.
Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom, hapalan bekerjsama merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir [thinking behaviors]. Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai semoga proses pembelajaran sanggup menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.
Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom ialah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi.
Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual [intellectual behaviors] yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ranah afektif meliputi sikap terkait dengan emosi, contohnya perasaan, nilai, minat, motivasi, dan sikap.
Ranah Psikomotorik berisi sikap yang menekankan fungsi manipulatif dan keterampilan motorik / kemampuan fisik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Para trainer biasanya mengkaitkan ketiga ranah ini dengan Knowledge, Skill and Attitude [KSA]. Kognitif menekankan pada Knowledge, Afektif pada Attitude, dan Psikomotorik pada Skill.
Sebenarnya di Indonesia pun, kita mempunyai tokoh pendidikan, Ki Hajar Dewantara yang populer dengan doktrinnya Cipta, Rasa dan Karsa atau Penalaran, Penghayatan, dan Pengamalan. Cipta sanggup diidentikkan dengan ranah kognitif , rasa dengan ranah afektif dan karsa dengan ranah psikomotorik.
Ranah kognitif mengurutkan keahlian berpikir sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir yang harus dikuasai oleh siswa semoga bisa mengaplikasikan
teori kedalam perbuatan.
Level ranah ini sanggup digambarkan dalam bentuk piramida berikut:
Tiga level pertama [terbawah] merupakan Lower Order Thinking Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill. Namun demikian pembuatan level ini bukan berarti bahwa lower level tidak penting. Justru lower order thinking skill ini harus dilalui dulu untuk naik ke tingkat berikutnya. Skema ini hanya menawarkan bahwa semakin tinggi semakin sulit kemampuan berpikirnya.
Revisi tersebut meliputi:
Sama dengan sebelum revisi, tiga level pertama [terbawah] merupakan Lower Order Thinking Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill. Jadi, dalam menginterpretasikan piramida di atas, secara logika ialah sebagai berikut:
Hingga ketika ini ranah afektif dan psikomotorik belum menerima perhatian. Skill menekankan aspek psikomotorik yang membutuhkan koordinasi jasmani sehingga lebih sempurna dipraktekkan bukan dipelajari. Attitude juga merupakan faktor yang sulit diubah selama proses pembelajaran lantaran attitude terbentuk semenjak lahir. Mungkin itulah alasan mengapa revisi gres dilakukan pada ranah kognitif yang difokuskan pada knowledge.
Kata kerja kunci tersebut merupakan contoh bagi pelatih dalam memilih kedalaman penyampaikan materi, apakah cukup memahami saja, mendemonstrasikan, menilai, dan sebagainya.
Langkah-langkah yang harus dipakai dalam menerapkan Taksonomi Bloom ialah sebagai berikut:
Penjelasan wacana Taksonomi Bloom [Apa dan Bagaimana Menggunakannya?] yang disampaikan diatas masih sangat sederhana, jikalau ada yang ingin kita diskusikan sanggup disampaikan kepada kami meluali kouak komentar yang tersedia.
Untuk membaca secara lengkap apa yang disampaikan oleh Retno Utari, Widyaiswara Madya, Pusdiklat KNPK dalam tulisannya “Taksonomi Bloom, Apa dan bagaimana menggunakannya?” [Download Disini] dan Imam Gunawan dan Anggarini Retno pada tulisannya "Taksonomi Bloom - Revisi Ranah Kognitif: Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Penilaian" [Download Disini].
Video pilihan khusus untuk Anda 💗 Contoh proses berguru mengajar yang dianjurkan pada penerapan kurikulum 2013;
Sumber http://www.defantri.com
Seperti yang disampaikan oleh Ibu Retno Utari, Widyaiswara Madya, Pusdiklat KNPK dalam tulisannya “Taksonomi Bloom, Apa dan bagaimana menggunakannya?”, disampaikan bahwa Pembuatan kurikulum yang terdiri dari Term of Reference [TOR], Garis Besar Program Pembelajaran [GBPP] maupun Satuan Acara Pembelajaran [SAP] sanggup dikatakan pekerjaan rutin widyaiswara.
Biasanya timbul problem ketika mencari janji mengenai pemilihan taksonomi bloom. Kadang pemilihan kata kerja untuk menyatakan tujuan program, kompetensi dasar maupun indikator pencapaian dalam GBPP tersebut dirasakan kurang pas dengan apa yang dimaksud oleh penyusun.
Tenyata bagi seorang widyaiswara pemilihan kata kerja untuk menyatakan tujuan program, kompetensi dasar maupun indikator pencapaian terkadang masih menemukan kesulitan.
Jika seorang widyaiswara mau berguru kembali wacana Taksonomi Bloom untuk mengatasi problem pada pekerjaan rutinnya, maka sebagai seorang guru mempelajari kembali wacana Taksonomi Bloom ialah sebuah keharusan.
Guru yang mepunyai kiprah utama dan rutin dilaksanakan setiap hari ialah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Membuat perencanaan sebelum melaksanakan kiprah utama sebagai seorang ialah salah satu ciri guru profesional yang baik. Rancangan pelaksanaan kiprah ini pada kalangan guru disebut dengan istilah “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran [RPP]”.
Dalam hal menyusun RPP inilah salah satu kemampuan guru yang dibutuhkan ialah memahami Taksonomi Bloom. Karena pentingnya memahami Taksonomi Bloom ini, jadi sebagai seorang guru ada baiknya kita coba berguru “Apa dan bagaimana memakai Taksonomi Bloom?”.
Untuk mepermudah belajarnya, kita coba mempelajari materi yang pernah ditulis oleh Ibu Retno Utari, Widyaiswara Madya, Pusdiklat KNPK wacana “Apa dan bagaimana memakai Taksonomi Bloom?”.
SEJARAH TAKSONOMI BLOOM
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Makara Taksonomi berarti hierarkhi penjabaran atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian dipakai oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan yang melaksanakan penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran.Bloom, lahir pada tanggal 21 Februari 1913 di Lansford, Pennsylvania dan berhasil meraih doktor di bidang pendidikan dari The University of Chicago pada tahun 1942. Ia dikenal sebagai konsultan dan penggerak internasonal di bidang pendidikan dan berhasil membuat perubahan besar dalam sistem pendidikan di India.
Ia mendirikan the International Association for the Evaluation of Educational Achievement, the IEA dan membuatkan the Measurement, Evaluation, and Statistical Analysis [MESA] aktivitas pada University of Chicago.
Di selesai hayatnya, Bloom menjabat sebagai Chairman of Research and Development Committees of the College Entrance Examination Board dan The President of the American Educational Research Association. Ia meninggal pada 13 September 1999.
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari penilaian hasil berguru yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanyameminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka.
Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom, hapalan bekerjsama merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir [thinking behaviors]. Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai semoga proses pembelajaran sanggup menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.
Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom ialah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi.
Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual [intellectual behaviors] yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
RANAH KOGNITIF - RANAH AFEKTIF - RANAH PSIKOMOTORIK
Ranah Kognitif berisi sikap yang menekankan aspek intelektual, menyerupai pengetahuan, dan keterampilan berpikir.Ranah afektif meliputi sikap terkait dengan emosi, contohnya perasaan, nilai, minat, motivasi, dan sikap.
Ranah Psikomotorik berisi sikap yang menekankan fungsi manipulatif dan keterampilan motorik / kemampuan fisik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Para trainer biasanya mengkaitkan ketiga ranah ini dengan Knowledge, Skill and Attitude [KSA]. Kognitif menekankan pada Knowledge, Afektif pada Attitude, dan Psikomotorik pada Skill.
Sebenarnya di Indonesia pun, kita mempunyai tokoh pendidikan, Ki Hajar Dewantara yang populer dengan doktrinnya Cipta, Rasa dan Karsa atau Penalaran, Penghayatan, dan Pengamalan. Cipta sanggup diidentikkan dengan ranah kognitif , rasa dengan ranah afektif dan karsa dengan ranah psikomotorik.
Ranah kognitif mengurutkan keahlian berpikir sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir yang harus dikuasai oleh siswa semoga bisa mengaplikasikan
teori kedalam perbuatan.
Ranah Kognitif
Ranah kognitif ini terdiri atas enam level, yaitu:- [1] knowledge [pengetahuan],
- [2] comprehension [pemahaman atau persepsi],
- [3] application [penerapan],
- [4] analysis [penguraian atau penjabaran],
- [5] synthesis [pemaduan], dan
- [6] evaluation [penilaian].
Level ranah ini sanggup digambarkan dalam bentuk piramida berikut:
Ranah Afektif
Ranah Afektif meliputi segala sesuatu yang terkait dengan emosi, contohnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat, minat, motivasi, dan sikap. Lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari sikap yang sederhana hingga yang paling kompleks.Ranah Psikomotorik
Ranah Psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Keterampilan ini sanggup diasah jikalau sering melakukannya. Perkembangan tersebut sanggup diukur sudut kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan. Ada tujuh kategori dalam ranah psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana hingga tingkat yang rumit.Revisi Taksonomi Bloom
Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl dan para mahir psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom semoga sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut gres dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi hanya dilakukan pada ranah kognitif.Revisi tersebut meliputi:
- Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level taksonomi.
- Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan level masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi. Perubahan fundamental terletak pada level 5 dan 6. Perubahan-perubahan tersebut sanggup dijelaskan sebagai berikut:
- Pada level 1, knowledge diubah menjadi remembering [mengingat].
- Pada level 2, comprehension dipertegas menjadi understanding [memahami].
- Pada level 3, application diubah menjadi applying [menerapkan].
- Pada level 4, analysis menjadi analyzing [menganalisis].
- Pada level 5, synthesis dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi dengan perubahan mendasar, yaitu creating [mencipta].
- Pada level 6, Evaluation turun posisisinya menjadi level 5, dengan sebutan evaluating [menilai].
Sama dengan sebelum revisi, tiga level pertama [terbawah] merupakan Lower Order Thinking Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill. Jadi, dalam menginterpretasikan piramida di atas, secara logika ialah sebagai berikut:
- Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih dahulu
- Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu
- Sebelum kita menganalisa maka kita harus menerapkannya dulu
- Sebelum kita mengevaluasi maka kita harus menganalisa dulu
- Sebelum kita berkreasi atau membuat sesuatu, maka kita harus mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi.
Bagaimana Cara Menggunakan Taksonomi Bloom?
Dalam kaitannya dengan kiprah guru, pengajar atau widyaiswara dalam menyusun kurikulum, pemilihan kata kerja kunci yang sempurna memegang peranan penting dalam menjelaskan tujuan aktivitas diklat, kompetensi dasar dan indikator pencapaian semoga konsep materi tersampaikan secara effektif.Kata kerja kunci tersebut merupakan contoh bagi pelatih dalam memilih kedalaman penyampaikan materi, apakah cukup memahami saja, mendemonstrasikan, menilai, dan sebagainya.
Langkah-langkah yang harus dipakai dalam menerapkan Taksonomi Bloom ialah sebagai berikut:
- Tentukan tujuan pembelajaran
- Tentukan kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai apakah peningkatan knowledge, skills atau attitude. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan karakteristik mata diklat [pelajaran], dan peserta didik
- Tentukan ranah kemampuan intelektual sesuai dengan kompetensi pembelajaran.
- Ranah kognitif : Tentukan tingkatan taksonomi, apakah pada tingkatan Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisis, Menilai, Membuat.
- Ranah Psikomotorik : Kategorikan ranah tersebut, apakah termasuk Persepi, Kesiapan, Reaksi yang diarahkan, Reaksi natural [mekanisme], Adaptasi, Reaksi yang kompleks Kreativitas.
- Ranah Afektif: Kategorikan ranah tersebut, apakah termasuk penerimaan, Responsif, Nilai yang dianut [Nilai diri], Organisasi dan Karakterisasi.
- Gunakan kata kerja kunci yang sesuai, untuk menjelaskan arahan kedalaman materi, baik pada tujuan aktivitas diklat [pelajaran], kompetensi dasar dan indikator pencapaian.
- Sebagai tambahan, untuk penerapan taksonomi bloom dalam ranah kognitif, sanggup ditentukan pula media pembelajaran yang sesuai dengan mengacu pada Bloom’s Cognitive Wheel. Pilihan media pembelajaran ini sanggup dilihat pada bulat terluar yang berwarna hijau.
Revisi Ranah Kognitif - Pengetahuan [Knowledge]
Kategori dan Proses Kognitif Taksonomi Anderson dan Kratwohl pada dimensi proses kognitif sesudah direvisi terbagi menjadi 6 kategori yaitu: mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Seperti disampaikan Imam Gunawan dan Anggarini Retno pada tulisannya "Taksonomi Bloom - Revisi Ranah Kognitif: Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Penilaian" disampaikan bahwa penjelasan keenam kategori diatas ialah sebagai berikut;$C1$.Mengingat – Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang
- $C1.1$ Mengenali [*Mengidentifikasi]: Menempatkan pengetahuan dalam memori jangka panjang yang sesuai dengan pengetahuan tersebut [misalnya, mengenali tanggal terjadinya insiden penting dalam sejarah Indonesia]
- $C1.2$ Mengingat kembali [*Mengambil]: Mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang [misalnya mengingat kembali tanggal peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia]
$C2$. Memahami – Mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru
- $C2.1$ Menafsirkan [*Mengklarifikasikan, Memparafrasekan, Mempresentasi, Menerjemahkan]: Mengubah satu bentuk citra [misalnya angka] jadi bentuk lain [misalnya kata-kata], [misalnya memparafrasekan puisi menjadi karangan bebas
- $C2.2$ Mencontohkan [*Mengilustrasikan, Memberi contoh]: Menemukan contoh atau gambaran wacana konsep atau prinsip [misalnya memberi contoh wacana aliran-aliran seni lukis]
- $C2.3$ Mengklasifikasikan [*Mengategorikan, Mengelompokkan]: Menentukan sesuatu dalam satu kategori [misalnya mengklasifikasikan hewan-hewan bertulang belakang]
- $C2.4$ Merangkum [*Mengabstraksi, Menggeneralisasi]: Mengabstraksikan tema umum atau poin-poin pokok [misalnya menulis ringkasan pendek wacana peristiwa-peristiwa yang ditayangkan di televisi]
- $C2.5$ Menyimpulkan [*Menyarikan, Mengesktrapolasi, Menginterpolasi, Memprediksi]: Membuat kesimpulan yang logis dari informasi yang diterima [misalnya dalam berguru bahasa Inggris, menyimpulkan tata bahasa menurut contohnya]
- $C2.6$ Membandingkan [*Mengontraskan, Memetakan, Mencocokkan]: Menentukan kekerabatan antara dua ide, dua objek, dan semacamnya [misalnya, membandingkan peristiwa-peristiwa sejarah dengan keadaan sekarang]
- $C2.7$ Menjelaskan [*Membuat model]: Membuat model lantaran – akhir dalam sebuah sistem [misalnya, menjelaskan sebab-sebab terjadinya peristiwa-peristiwa penting pada masa ke 18 di Indonesia
$C3$. Mengaplikasikan – Menerapkan atau memakai suatu mekanisme dalam keadaan tertentu
- $C3.1$ Mengeksekusi [*Melaksanakan]: Menerapkan gaya gravitasi dalam kehidupan sehari-hari
- $C3.2$ Mengimplementasikan [*Menggunakan]: Menerapkan suatu mekanisme pada kiprah yang tidak familier [misalnya, memakai Hukum Newton kedua pada konteks yang tepat]
$C4$. Menganalisis – Memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan memilih hubungan-hubungan antar pecahan itu dan kekerabatan antara bagian-bagian tersebut dengan keseluruhan struktur atau tujuan
- $C4.1$ Membedakan [*Menyendirikan, Memilah, Memfokuskan, Memilih]: Membedakan pecahan materi pelajaran yang relevan dan tidak relevan, [membedakan antara bilangan prima dan bukan bilangan prima dalam matematika]
- $C4.2$ Mengorganisasi [*Menemukan koherensi, Memadukan, Membuat garis besar, Mendeskripsikan peran, Menstrukturkan]: Menentukan bagaimana elemen-elemen bekerja atau berfungsi dalam sebuah struktur [misalnya, menyusun bukti-bukti dalam kisah sejarah menjadi bukti-bukti yang mendukung dan menentang suatu penjelasan historis]
- $C4.3$ Mengatribusikan [*Mendekonstruksi]: Menentukan sudut pandang, bias, nilai, atau maksud dibalik materi pelajaran [misalnya menawarkan sudut pandang penulis suatu kisah menurut latar belakang pendidikan penulis tersebut]
$C5$. Mengevaluasi – Mengambil keputusan menurut kriteria atau standar
- $C5.1$ Memeriksa [*Mengoordinasi, Mendeteksi, Memonitor, Menguji]: Menemukan kesalahan dalam suatu proses atau produk; menemukan efektivitas suatu mekanisme yang sedang dipraktikkan [misalnya menilik apakah kesimpulan seseorang sesuai dengan data-data pengamatan atau tidak]
- $C5.2$ Mengkritik [*Menilai]: Menemukan inkonsistensi antara suatu produk dan kriteria eksternal; memilih apakah suatu produk mempunyai konsistensi eksternal, menemukan ketepatan suatu mekanisme untuk menuntaskan problem [misalnya, memilih satu metode dari dua metode untuk menyelesaikan masalah]
$C6$. Mencipta – Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang gres dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal
- $C6.1$ Merumuskan [*Membuat hipotesis]: Membuat hipotesis-hipotesis menurut kriteria [misalnya membuat hipotesis wacana sebab-sebab terjadinya gempa bumi]
- $C6.2$ Merencanakan [*Mendesain]: Merencanakan mekanisme untuk menuntaskan suatu kiprah [misalnya merencanakan proposal penelitian wacana topik sejarah Candi Borobudur]
- $C6.3$ Memproduksi [*Mengonstruksi]: Menciptakan suatu produk [misalnya membuat habitat untuk spesies tertentu demi suatu tujuan]
Penjelasan wacana Taksonomi Bloom [Apa dan Bagaimana Menggunakannya?] yang disampaikan diatas masih sangat sederhana, jikalau ada yang ingin kita diskusikan sanggup disampaikan kepada kami meluali kouak komentar yang tersedia.
Untuk membaca secara lengkap apa yang disampaikan oleh Retno Utari, Widyaiswara Madya, Pusdiklat KNPK dalam tulisannya “Taksonomi Bloom, Apa dan bagaimana menggunakannya?” [Download Disini] dan Imam Gunawan dan Anggarini Retno pada tulisannya "Taksonomi Bloom - Revisi Ranah Kognitif: Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Penilaian" [Download Disini].
Video pilihan khusus untuk Anda 💗 Contoh proses berguru mengajar yang dianjurkan pada penerapan kurikulum 2013;
0 Response to "Taksonomi Bloom (*Apa Dan Bagaimana Menggunakannya?)"
Posting Komentar