Kehidupan Sosial, Kebudayaan Dan Teknoogi Era Prasejarah Di Indonesia
1. Masa Berburu dan Meramu (Food Gathering)/Mengumpulkan Makanan
a) Kehidupan Sosial
- Pada masyarakat food gathering, mereka sangat menggantungkan diri pada alam. Dimana daerah
- Mereka masih hidup mengembara. Tempat tinggal sementara di gua-gua. Ada pula kelompok yang tinggal di tempat pantai.
- Mencari kuliner berupa binatang buruan dan tumbuh-tumbuhan liar di tepi sungai atau danau. Mereka mencari kerang sebagai makanannya
- Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan pergerakan dalam mengikuti binatang buruan atau mengumpulkan makanan.
- Dalam kelompok-kelompok tersebut terdapat pembagian kiprah kerja, pria pada umumnya melakukanperburuan. Sementara itu, para perempuan mengumpulkan materi kuliner menyerupai buah-buahan dan merawat anak. Mereka yang menentukan dan meramu kuliner yang akan di makan.
- Hubungan antar anggota sangat erat, mereka bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidup serta mempertahankan kelompok dari serangan kelompok lain ataupun dari binatang buas.
- Populasi pertumbuhan penduduk sangat kecil lantaran situasi yang berat, dengan peralatan yang masih sangat primitif membuat mereka tidak sanggup selamat dari banyak sekali bahaya.
b) Kehidupan Budaya
- Dengan peralatan yang masih sangat sederhana, mula-mula bisa membuat rakit, usang kelamaan mereka membuat perahu.
- Mereka belum bisa membuat gerabah, oleh lantaran itu, mereka belum mengenal cara memasak makanan, salah satunya yaitu dengan cara membakar.
- Mereka sudah mengenal komplemen yang sanagat primitif yaitu dengan cara merangkai kulit-kulit kerang sebagai kalung.
- Untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka membuat alat-alat dari batu, tulang, dan kayu.
- Pada masa ini mereka menentukan untuk tinggal di gua-gua, dari tempat tersebut ditemukan peninggalan berupa alat-alat kehidupan yang dipakai pada masa itu, seperti: Kapak perimbas, Kapak Penetak, Kapak genggam, Pahat genggam, Alat serpih, Alat-alat dari tulang, dll.
c) Teknologi
Teknologi masa food gathering masih sangat rendah. Hampir semua alat-alat yang dipakai masih sangat sederhana sekedar untuk membantu pekerjaan mereka untuk bercocok tanam.
2. Masa Bercocok Tanam (Food Producing) dan Beternak.
a) Kehidupan Sosial
- Kehidupan bercocok tanamnya dikenal dengan berhuma, yaitu teknik bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanaminya. Setelah tanah tidak subur maka mereka akan berpindah ke tempat lain yang masih subur dan melaksanakan hal yang sama menyerupai sebelumnya. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Pada perkembangannya mulai menetapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah-tanah persawahan.
- Telah tinggal menetap di suatu tempat, mereka tinggal di sekitar huma tersebut, dengan cara bercocok tanam dan memelihara hewan-hewan jenis tertentu. Hal ini memperlihatkan bahwa mereka telah hidup menetap Hal ini juga memperlihatkan bahwa insan telah sanggup menguasai alam lingkungan.
- Dengan hidup menetap, merupakan titik awal dan perkembangan kehidupan insan untuk mencapai kemajuan. Dengan hidup menetap, nalar pikiran insan mulai berkembang dan mengerti akan perubahan-perubahan hidup yang terjadi.
- Jumlah anggota kelompoknya semakin besar sehingga membuat kelompok-kelompok perkampungan, meskipun mereka masih sering berpindah-pindah tempat tinggal.
- Populasi penduduk meningkat, usia rata-rata insan masa ini 35 tahun.
- Muncul kegiatan kehidupan perkampungan, oleh lantaran itu di buat peraturan, untuk menjaga ketertiban kehidupan masyarakat.
- Diangkat seorang pemimpin yang berwibawa, kuat, dan disegani untuk mengatur para anggotanya.
- Mereka hidup bergotong royong, sehingga mereka saling melengkapi, saling membantu, dan saling berinteraksi dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
b) Kehidupan Budaya
- Kebudayaan semakin berkembang pesat, insan telah sanggup menyebarkan dirinya untuk membuat kebudayaan yang lebih baik.
- Peninggalan kebudayaan insan pada masa bercocok tanam semakin banyak dan beragam, baik yang terbuat dari tanah liat, watu maupun tulang.
- Hasil kebudayaan pada masa bercocok tanam: Beliung Persegi, Kapak Lonjong, Mata panah, Gerabah, Perhiasan, Bangunan Megalitikum menyerupai menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden berundak, waruga, arca.
c) Teknologi
Pada masa bercocok tanam, kebudayaan orang-orang purba mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada masa ini terjadi revolusi secara besar-besaran dalam peradaban insan yaitu dari kehidupan food gathering menjadi food producing. Sehingga terjadi perubahan yang sangat mendalam dan meluas dalam seluruh penghidupan umat manusia.
3. MASA PERTANIAN
Ketika ditemukan tumbuhan padi maka sistem pertanian menjadi semakin meningkat dan berubah menjadi sistem persawahan. Mereka juga mulai memelihara binatang ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
a) Kehidupan Sosial
- Bertani yakni mata pencahariannya. Mulai membudidayaakan tumbuhan dan binatang peliharaan tertentu menyerupai membudidayakan tumbuhan padi dan memelihara kerbau sebagai binatang ternak.
- Mereka sudah berladang/ bersawah, dalam bekerja mereka melaksanakan secara bersama-bersama/ secara gotong royong. Dengan alat pendukung kapak perunggu yang berfungsi sebagai pacul.
- Untuk mengisi waktu menunggu ekspresi dominan panen datang mereka membuat anyaman dari bambu/ rotan.
- Mendiami tempat-tempat kecil dengan tujuan untuk menghindari serangan binatang buas.
- Mulai mendirikan rumah sebagai tempat berteduh dengan cara bekerjsama yang disertai dengan upacara tradisional. Mulai menetap dalam waktu yang cukup lama. Mereka sudah mengenal pertukangan dengan alat pendukung berupa kapak beliung yang berfungsi sebagai alat pemotong kayu. Dengan alat-alat tersebut dipakai untuk mendirikan rumah dengan cara gotong-royong pula.
- Muncul ikatan sosial antara masyarakat dan keluarga.
- Muncul struktur kepemimpinan di kampung.
- Mulai dipakai bahasa sebagai alat komunikasi.
- Mereka telah mempunyai hukum dalam kehidupan masyarakat guna ketertiban dan rapinya kerjasama dengan cara pembagian kerja.
- Mereka mempunyai kebiasaan untuk menyelenggarakan upacara secara teratur yang melibatkan orang lain.
b) Kehidupan Budaya dan Teknologi.
- Mereka sudah menetap, dan tinggal di rumah-rumah, membentuk perkampungan dan hidup sebagai petani.
- Mereka telah mengenal ekspresi dominan sehingga sanggup dipastikan mereka telah menguasai ilmu perbintangan (ilmu falak).
- Mereka telah memakai alat-alat kehidupan yang halus menyerupai kapak persegi, dan kapak lonjong, selain itu juga memakai kapak perunggu, nekara, gerabah serta benda-benda megalitik.
- Alat-alat yang dibentuk dari batu, menyerupai kapak watu halus dengan beragai ukuran kapak watu dengan ukuran kecil yang indah dipakai sebagai mas kawin, alat penukar, atau alat upacara.
- Kapak-kapak dari logam berupa perunggu memunculkan budaya megalitik berupa menhir, dolmen, punden berundak, pandhusa, dll.
- Alat-alat yang dibentuk dari tanah liat sangat bekerjasama erat dengan adanya proses kimia, yaitu proses pencampuran tanah liat, penjemuran, dan teknik-teknik pembakarannya. Gerabah sudah dibentuk dengan warna-warni dan dengan hiasan yang beraneka ragam. Seperti hiasan dari anyaman kain yang memperlihatkan bahwa nenek moyang kita sudah mengenal tulisan.
4. MASA PERUNDAGIAN
a) Kehidupan Sosial.
- Jumlah penduduk semakin bertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian dan peternakan semakin maju, mereka mempunyai pengalaman dalam bertani dan berternak mereka mengenal cara bercocok tanam yang sederhana.
- Mereka mempunyai pengetahuan perihal tanda-tanda alam dan musim, mereka mulai sanggup memperkirakan insiden alam dan memperhitungkan ekspresi dominan tanam dan ekspresi dominan panen.
- Dengan diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin diketatkan.
- Dalam masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang terampil untuk melaksanakan perkerjaan menyerupai pembuatan rumah kayu, gerobak, maupun benda logam. Pertanian tetap menjadi perjuangan utama masyarakat.
- Dari segi sosial, kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur. Contohnya : ada pembagian kerja yang baik menurut kemampuan yang dimiliki masing-masing individu.
- Pembagian kerja semakin komplek dimana perempuan tidak hanya bekerja di rumah tetapi juga berdagang di pasar.
b) Kehidupan Budaya
- Masyarakat zaman ini telah memperlihatkan tingkat budaya yang tinggi terlihat dari banyak sekali bentuk benda seni dan upacara yang ditemukan memperlihatkan keterampilan masyarakat perundagian yang tinggi.
- Zaman ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat alat-alat akhir perkembangan teknologi. Mereka menemukan teknologi peleburan biji logam. Oleh lantaran itu, semakin banyak insan yang memakai logam untuk memenuhi perkakas hidupnya.
- Pada zaman perunggu, orang sanggup memperoleh jenis logam yang lebih keras daripada tembaga, lantaran perunggu merupakan logam adonan dari tembaga dan timah. Sehingga sanggup dikatakan bahwa kebudayaan insan pada zaman ini jauh lebih tinggi. Terbukti masyarakatnya sudah mengenal teknologi peleburan dan pencampuran logam.
- Pada zaman besi, insan telah menemukan logam yang jauh lebih keras lagi dimana harus dileburkan pada titik lebur yang cukup tinggi. Sehingga alat-alat pada zaman ini telah lebih tepat daripada sebelumnya. Kemampuan membuat benda-benada jauh lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan masa sebelumnya. Teknologi peleburan logam yang dipakai yakni dengan sistem pemanasan, pencetakan logam, pencampuran logam dan penempaan logam.
- Pada zaman Perundagian ,peralatan gerabah masih ditemukan dengan teknologi yang semakin maju. Hal ini memperlihatkan bahwa peranan alat-alat dari gerabah tersebut tidak sanggup digantikan dengan gampang oleh alat-alat dari dari logam.
c) Teknologi
- Teknologi sanggup dilihat dari pembuatan alat-alat pada masa itu. Terlebih lagi teknologi tersebut terlihat pada masa penggunaan alat-alat dari logam. Hal ini disebabkan lantaran teknik yang dipakai untuk membuat alat-alat dari logam tersebut diadopsi dari teknik membuat logam di daratan Cina.
- Logam dipakai lantaran penggunaan alat bercocok tanam dari logam lebih efisien selain itu mempunyai nilai artistik yang lebih tinggi kalau dibandingkan alat-alat dari batu.
- Zaman logam disebut juga zaman perundagian dimana masyarakat telah bisa membuat peralatan dengan teknologi sederhana dengan materi baku logam.
- Teknik yang dipakai pada masa itu yakni teknik a cire perdue. Caranya sebagai berikut:
- Benda yang hendak dibuat, terlebih dulu dibentuk dari lilin lengkap dengan segala bagiannya.
- Model lilin tersebut kemudian ditutup dengan tanah.
- Dengan cara dipanaskan maka tanah tersebut akan menjadi keras, sedangkan lilinnya akan cair dan mengalir keluar dari lubang yang ada dalam selubung.
- Jika lilin telah habis maka logam cair sanggup dituang ke tempat lilin tadi.
- Setelah dingin, selubung tanah dipecah dan jadilah benda yang kita kehendakai yang terbuat dari logam.
Budaya Masa Pra-Sejarah Indonesia
Berbicara masalah kehidupan manusia, khususnya dalam arena prasejarah, tentu tidak akan terlepas dari masalah yang lain yaitu lingkungan alam dan budaya. Aspek lingkungan ini merupakan salah satu unsur penting pembentuk suatu budaya masyarakat. Manusia masa prasejarah masih sangat menggantungkan hidupnya pada alarn, oleh lantaran itu kekerabatan yang begitu bersahabat antara insan dengan lingkungan membawa konsekuensi bahwa insan hams senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ditempati, salah satunya tercermin dari hasil budaya. Untuk mendapat klarifikasi perihal kehidupan insan masa prasejarah maka perlu mengintegrasikan antara tinggalan manusia, tinggalan budaya, dan lingkungan alamnya. Dengan demikian studi perihal kekerabatan antara manusia, budaya, dan lingkungan alam masa prasejarah merupakan topik yang tetap konkret menarik, dan perlu dikembangkan dalam disiplin ilmu arkeologi. Nilai-nilai budaya masa prasejarah artinya, konsep-konsep umum perihal masalah-masalah dasar yang sangat penting dan bernilai bagi kehidupan masyarakat prasejarah di Indonesia. Konsep-konsep umum dan penting itu sampai kini masih tersebar luas di kalangan masyarakat Indonesia. Nilai-nilai budaya masa prasejarah Indonesia itu masih terlihat dalam bentuk kegiatan-kegiatan berikut:
1. Mengenal Astronomi
Pengetahuan perihal astronomi sangat penting dalam kehidupan mereka terutama pada ketika berlayar waktu malam hari. Astronomi juga, penting artinya dalam menentukan ekspresi dominan untuk keperluan pertanian.
2. Mengatur Masyarakat.
Dalam kehidupan kelompok masyarakat yang sudah menetap diharapkan adanya aturan-aturan dalam masyarakat. Pada masyarakat dari desa-desa kuno di Indonesia telah mempunyai hukum kehidupan yang demokratis. Hal ini sanggup ditunjukkan dalam musyawarah dan mufakat menentukan seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang dipilih itu diharapkan sanggup melindungi masyarakat dari gangguan masyarakat luar maupun roh jahat dan sanggup mengatur masyarakat dengan baik. Bila seorang pemimpin meninggal, makamnya dipuja oleh penduduk tempat itu.
3. Sistem Macapat
Sistem macapat ini merupakan salah satu butir dari 10 butir penelitian J.L.A. Brandes perihal keadaan Indonesia menjelang berakhirnya zaman prasejarah. Sistem macapat merupakan suatu tatacara yang didasarkan pada jumlah empat dan sentra pemerintah terletak di tengah-tengah wilayah yang dikuasainya. Pada sentra pemerintahan terdapat tanah lapang (alun-alun) dan di empat penjuru terdapat bangunan-bangunan yang penting menyerupai keraton, tempat pemujaan, pasar, penjara. Susunan menyerupai itu masih banyak ditemukan pada kota-kota lama.
4. Kesenian Wayang
Munculnya kesenian wayang berpangkal pada pemujaan roh nenek moyang. Jenis wayang yang dipertunjukkan yakni wayang kulit, wayang orang dan wayang golek (boneka). Cerita dalam pertunjukkan wayang mengambil tema perihal kehidupan pada masa itu dan sesudah mendapat efek bangsa Hindu muncul kisah Mahabarata dan Ramayana.
5. Seni Gamelan
Seni gamelan dipakai untuk mengiringi pertunjukkan wayang dan sanggup mengiringi pelaksanaan upacara.
6. Seni Membatik
Seni membatik merupakan kerajinan untuk menghiasi kain dengan memakai alat yang disebut canting. Hiasan gambar yang diambil sebagian besar berasal dari alam lingkungan tempat tinggalnya. Di samping itu ada seni menenun dengan beraneka ragam corak.
7. Seni Logam
Seni membuat barang-barang dari logam memakai teknik a Cire Perdue. Teknik a Cire Perdue adalah
cara membuat barangbarang dari logam dengan terlebih dulu membentuk tempat untuk mencetak logam sesuai dengan benda yang dibutuhkan. Tempat untuk mencetak logam sesuai dengan benda yang dibutuhkan. Tempat untuk mencetak logam itu ada yang terbuat dari batu, tanah liat, dan sebagainya. Pada tempat cetakan itu dituang logam yang sudah dicairkan dan sesudah masbodoh cetakan itu dipecahkan, sehingga terbentuk benda yang dibutuhkannya. Barang-barang logam yang ditemukan sebagian besar terbuat dari perunggu.
Peninggalan masa prasejarah
Peninggalan masa prasejarah Nusantara diketahui dari banyak sekali temuan-temuan coretan/lukisan di dinding gua atau ceruk di tebing-tebing serta dari penggalian-penggalian pada situs-situs purbakala.
Beberapa lokasi inovasi sisa-sisa prasejarah Nusantara:
- Situs Gua Putri, Baturaja, Sumatera Selatan;
- Lembah Sangiran, kini menjadi Taman Purbakala Sangiran
- Situs Purbakala Wajak, Tulungagung;
- Liang Bua, Pulau Flores;
- Gua Leang-leang, Sulawesi;
- Situs Gua Perbukitan Sangkuriang, Kutai Timur;
- Situs Pasemah di Lampung;
- Situs Cipari, Kuningan Jawa Barat.
- Situs Goa Pawon, Bandung Jawa Barat.
- Situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat
- Situs Gilimanuk, Jembaran Bali.
- Situs Gua-gua Biak, Papua (40.000-30.000 SM);
- Situs Lukisan tepi pantai di Raja Ampat, Papua Barat;
- Situs Tutari, Kabupaten Jayapura, (periode Megalitikum);
- Gua Babi di Gunung Batu Buli, desa Randu, Muara Uya Tabalon.
0 Response to "Kehidupan Sosial, Kebudayaan Dan Teknoogi Era Prasejarah Di Indonesia"
Posting Komentar