iklan

Makalah Laporam Hasil Observasi ( Kehidupan Pengemis Jalanan )

    Tugas sekolah kali ini akan membahas makalah laporan hasil observasi perihal kehidupan pengemis jalanan yang di lakukan dan dibentuk oleh anak – anak sekolah SMKN 1 Dukuhturi tegal.berikut hasil ulasanya :

MAKALAH
LAPORAN HASIL OBSERVASI
“Kehidupan Sosial Pengemis Jalanan”
( Ilustrasi pengemis jalanan )
Disusun oleh:
Kelompok 2
                                                  1.      Anjumi Azzahri          (01)
                                                  2.      Felia Patma KM         (09)
                                                  3.      Nadhia Farah S           (19)
                                                  4.      Risfika Muryana         (25)
                                                  5.      Syafira Putri L            (29)
                                                  6.      Tiara Cahyaningtias    (31)

SMKN 1 DUKUHTURI 2018/2019

BAB I 
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
     Observasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam mengetahui bagaimana kehidupan sosial pengemis jalanan. Dalam hal ini kami selaku siswa SMKN 1Dukuhturi telah melaksanakan observasi kepada pengemis jalanan yang berjulukan Ibu Siti dalam bentuk laporan hasil observasi.
Laporan hasil observasi ini disusun guna memenuhi kiprah mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dengan adanya observasi ini diperlukan kita sanggup mengetahui bagaimana susahnya hidup dijalanan.
B.Rumusan Masalah
   Berdasarkan latar belakang  permasalahan di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1 Sudah berapa usang Ibu Siti menjadi pengemis.
2 hasil pendapatan per harinya
3 Bagaimana kehidupan dikeluarganya
C.Tujuan Penyusunan Laporan
   Berdasarkan rumusan kasus diatas, maka tujuan penyusunan laporan observasi ini ialah sebagai berikut :
1 Mengetahui kehidupan sosial keluarga Ibu Siti pengemis jalanan
2 Mengetahui keinginan dan cita cita Ibu Siti
3 mencari dan mendapatkan solusi untuk beliau
D.Objek penelitian
Observasi ini kami lakukan dengan wawancara kepada pengemis jalanan

BAB II 
PEMBAHASAN
A. Pengemis
    Istilah “Ngemis” bermula dari santri . Dalam sebuah artikel di Tijdscrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde(1882), L. van den Berg  menjelaskan bahwa kata ini berawal dari kebiasan  sebagian santri yang meminta-minta pada hari kamis  (dalam bahasa Jawa, Kemis) , sehingga acara itu disebut ngemis. Sedangkan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991 dan 2001),  berasal dari “emis” dan punya dua pengertian:
1. “meminta-minta sedekah,”
2. “meminta dengan merendah-rendah dan dengan penuh harapan.”
   Dalam Practish Javaansch-Nederlandsch Woordenboek (1913) yang ditulis oleh P. Jansz disebut bahwa kata “ngemis” berasal dari “Kemis” yang punya dua arti, yakni “meminta-minta pada Kamis petang yang dilakukan oleh santri,” dan “meminta-minta dalam pengertian umum.” Sedang “pengemis” ialah orang yang meminta-minta. Sepanjang sejarahnya, terutama dalam masa penjajahan,  pesantren sebagai daerah mencar ilmu para santri ialah satu-satunya forum pendidikan yang terjangkau oleh semua orang lantaran sifatnya yang gratis. Santri tidak dikenakan biaya untuk mencar ilmu di pesantren dan kiyai tidak mendapatkan honor untuk mengajar. Santri hanya perlu mengurus keperluan dirinya sendiri, mulai dari makanan, pakaian, peralatan belajar, bahkan terkadang daerah tinggal. Bagi santri yang tiba dari kelurga yang cukup,  mungkin mereka tidak mendapatkan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tapi bagi mereka yang dari keluarga biasa dan miskin, yang merupakan dominan santri pada ketika itu, tidak jarang harus bekerja untuk sanggup menyambung hidup. Ada yang kerja dengan para petani, menggarap sawahnya, ataupun  membantu pedagang berjualan. Selain itu, ada pula yang menyambung hidup dengan cara meminta sedekah dari masyarakat sekitar. Tampaknya mereka yang meminta sedekah ini lebih suka melakukannya pada hari Kamis sore/petang lantaran itu berarti sudah hari Jum’at dan Jum’at ialah hari yang mulia dalam Islam. Aktivitas di hari Kemis inilah yang kemudian dikenal dengan “ngemis”.
   Dalam perkembangannya, kata ngemis mengalami perluasan  yakni untuk semua kegiatan minta-minta, oleh siapapun dan kapanpun.  Sedang “pengemis” ialah orang yang meminta-minta. Keberadaan  pengemis kini masih dalam posisi kontroversial. Dimana sebagian orang melarang mereka untuk melaksanakan akitfitasnya bahkan MUI mengharamkan adanya profesi  mengemis. Disisi lain, pengemis menerima pinjaman dari sebagian orang yang merasa berjiwa sosial.
Berikut  ini ialah beberapa faktor yang  menyebabkan seseorang mengemis :
1. Faktor Ekonomi dan pendidikan
    Dikarenakan tidak mempunyai pendidikan layak sehingga tidak sanggup mempunyai pekerjaan  yang  layak pula, atau dikarenakan  sangat sulitnya mendapatkan pekerjaan pada ketika ini disebabkan  persaingan yang ketat sedangkan kebutuhan dasar untuk hidup menyerupai masakan dan pakaian harus terpenuhi  ( teori hierarchy kebutuhan  maslow).
2. Faktor Lingkungan 
    Lingkungan daerah tinggal juga sangat kuat dikarenakan sebagian besar mereka tinggal di suatu lingkungan yang profesinya mengemis.
3. Sifat Malas
    Sifat malas ini timbul dikarenakan tidak maunya mereka berusaha untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Mereka lebih bahagia mengemis dikarenakan mengemis lebih gampang untuk mendapatkan uang tanpa harus berusaha .
    Perilaku pengemis sendiri bermacam-macam. Ada yg membawa atau menggendong anak kecil, ada yang anggota tubuhnya luka-luka. Ada pula yg anggota tubuhnya cacat. Ada juga yg ‘mengancam’ dengan  menyatakan lebih baik mengemis (minta uang) daripada menjambret, dan masih banyak perilaku-perilaku lainnya.
Berikut profil pengemis dari Purwokerto, Jawa Tengah
     Namanya Ibu Siti, usianya 55 tahun. Beliau berasal dari jawa tengah. Ibu Siti ialah seorang pengemis yang sudah ditinggal suaminya selama 5 tahun. Semenjak suaminya meninggal ia tidak ada yang memberi nafkah.Sedangkan ia mempunyai 3 orang anak yang masih kecil. Akhirnya pada ketika itu ia tetapkan bekerja sebagai penyapu jalanan, tetapi honor nya tidak cukup untuk menyambung hidupnya dan menyekolahkan anak anaknya. Lalu ia tetapkan untuk mengemis dijalanan. Besarnya penghasilan yang ia dapatkan dari hasil mengemis perharinya yaiotu sekitar Rp.50.000. penghasilan tersebut dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Karena baginya tidak ada pekerjaan yang lebih baik.
Berikut wawancara dengan Ibu Siti:
Kami : “assalamu’alaikum bu, permisi kami siswa SMKN 1Dukuhturi ingin mewawancari Ibu         dengan kehidupan sehari harinya. Apakah ibu bersedia?”
Ibu Siti : “iya saya bersedia”
Kami : “nama ibu, ibu siapa, tinggal dimana, dan usia ibu berapa tahun?”
Ibu Siti : “nama saya ibu Siti, saya dari Purwokerto, tapi kini saya tinggal di rumah yang sederhana diRandugunting. Dan usia saya kini 55 tahun”
Kami : “kalau kami boleh tau alasan dan pendapatan ibu setiap harinya berapa bu?”
Ibu Siti : “alasan saya mengemis lantaran suami saya sudah meninggal dan tidak ada yang memberi saya nafkah lagi. Sebenarnya saya bekerja sebagai penyapu jalanan, tapi pendapatan nya tidak seberapa. Akhirnya saya tetapkan untuk mengemis. Pendapatan saya sebagai pengemis itu sekitar Rp 50.000,- “
Kami : “oh.. menyerupai itu bu.. keinginan ibu bagaimana untuk kedepannya?”
Ibu Siti :  “saya sangat berharap saya mendapatkan rezeki yang cukup dengan tidak mengemis lagi. Saya juga tidak ingin anak anak saya bernasib menyerupai saya”
Kami : “aamiin bu. Semoga apa yang ibu harapkan sanggup tercapai”. Boleh kami foto bersama ibu?”
Ibu Siti : “iya nok, boleh”

KESIMPULAN
   Setelah Observasi dan wawancara dilakukan, sanggup disimpulkan bahwa faktor-faktor yang membuat ia menjadi pengemis ialah :
1.      Kemiskinan
2.      Latar belakang kehidupan keluarga
3.      Labil Ekonomi
4.      Kurangnya Keterampilan
5.      Tenaga yang sudah rapuh
    Maraknya pengemis harus jadi cermin untuk kita sebagai masyarakat umumnya, sebenarnya kita harus memperhatikan mereka dengan bertahap mengangkat dan membantu mereka keluar dari lingkar kemiskinan dan meminta-minta.  
SARAN
    Sebagai siswa, kita harus sanggup menyikapi kasus ini, dengan mulai dari diri kita dahulu sedikit-sedikit dan kontinu dimanapun kita melihat pengemis dan anakl jalanan, maka janganlah memberi uang, tapi berilah mereka pencerahan semoga mereka sadar betapa yang mereka lakukan itu tidak benar.
Atau bahkan kita sebagai siswa sanggup membuat lapangan pekerjaan untuk mereka para pengemis dengan sebuah karya kreatif, misalkan membuat mainan dari barang-barang bekas yang dikumpulkan oleh para pemulung, kemudian diolah oleh para pengemis dan sanggup dijual. Atau kita sanggup membuat pendidikan gratis untuk belum dewasa jalanan.
Demikian karya tulis ini kami buat, mohon maaf bila banyak kekurangan dan kesalahan. Akhirul Kalam Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Sumber http://sekolahmaning.blogspot.com

0 Response to "Makalah Laporam Hasil Observasi ( Kehidupan Pengemis Jalanan )"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel