iklan

Makalah Sopan Santun Sabar Dan Qana'ah

     Didalam agama Islam insan dituntut untuk mempunyai sikap sabar dan qana’ah. Dan Jangan jadikan kesusahan dan cobaan sebagai landasan pikiran bahwa Allah SWT tidak menyayangi manusia, tapi jadikanlah kesusahan dan cobaan sebagai sebuah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT sebagai wujudnya bahwa Allah SWT masih memperlihatkan kesempatan untuk mengingat.oleh lantaran itu insan memang harus mempunya sifat sabar dan qana’ah.Berikut klarifikasi lebih detail perihal sabar dan qana’ah yang dirangkum dalam sebuah makalah :

KATA PENGANTAR
    Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan  yang maha esa, lantaran atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami bisa menuntaskan sebuah karya tulis dengan tepat waktu.
   Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada goresan pena yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga sanggup memperlihatkan manfaat kepada kita semua.Semoga makalah ini bermanfaat.
Amin
Tegal, Oktober  2018

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah
    Kehidupan yang kita jalani ketika ini tidaklah selalu mengarah kepada hal yang baik-baik saja atau berjalan sesuai dengan harapan diri. Segala sesuatu yang sebelumnya kita rencanakan terlebih dahulupun tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang kita rencanakan. Pasti akan ada halangan dan rintangan yang akan kita hadapi.
    Oleh lantaran itu kita dituntut untuk mempunyai sikap sabar. Jangan jadikan kesusahan dan kegagalan sebagai landasan pikiran bahwa Allah SWT tidak menyayangi manusia, tapi jadikanlah kesusahan dan kegagalan sebagai sebuah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT sebagai wujudnya bahwa Allah SWT masih memperlihatkan kesempatan untuk mengingat.
B. Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan sabar?
2.      Bagaimana klarifikasi sabar berdasarkan ilmu psikologi ?
3.      Apa yang dimaksud dengan Qana’ah ?
4.      Dasar Hukum Qana’ah?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sabar
      Secara etimologis, sabar berasal dari bahasa  Arab, shabara, “shbara” yang arti dasarnya menahan (al-habs), ibarat habs al-hayawan (mengurung hewan), menahan diri,dan mengendalikan jiwa.Secara istilah, definisi sabar ialah : Menahan diri dalam melaksanakan sesuatu atau meninggalkan  sesuatu untuk mencari keridhaan Allah. 
   Sabar dalam pengertian lughawi (bahasa) ialah “menahan atau bertahan”. Jadi, Sabar ialah menahan diri dari rasa gelisah, cemas, marah, menahan lidah, dari keluh kesah serta menahan anggota badan dari kekacauan.Secara psikologi, sabar disebut dengan kontrol diri. Yaitu menjaga dan  menahan emosi dalam menghadapi suatu keadaan.
Pengertian sabar berdasarkan beberapa jago :
1. Calhoun dan Acocella
   pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan sikap seseorang; dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri.
2. Goldfried dan Merbaum (dalam Lazarus, 1976)
   suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk sikap yang sanggup membawa individu ke arah konsekuensi positif.
3. Bandura dan Mischel
kemampuan individu dalam merespon suatu situasi.
4. Hurlock (1984)
    bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan yang terdapat dalam dirinya.
Jadi kesimpulannya, sabar ialah mendapatkan apa yang diberikan Allah baik yang berupa nikmat maupun penderitaan.

B. Penjelasan sabar berdasarkan kajian Ilmu psikologi
    Kesabaran merupakan sesuatu yang berkembang menuju kesempurnaan. Secara psikologis, tingkat perkembangan orang sabar sanggup dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Orang yang sanggup meninggalkan dorongan sahwat. Mereka termasuk katagori orang-orang yang bertaubat (al-ta’ibin).
2) Orang yang ridha (senang atau puas) mendapatkan apaun yang ia terima dari Tuhan, mereka termasuk katagori zahid.
3) Orang yang  mengasihi apa pun yang diperbuat Tuhan untuk dirinya, mereka termasuk katagori shiddiqin.
    Dalam  kaitannya dengan psikologi, sabar (kontrol diri) sanggup digambarkan juga dengan teori dari Psikoanalisis Sigmund Freud dan dianalogikan sebagai “ super ego “. Seperti yang kita ketahui bersama teori Psikoanalisis Freud menjelaskan mengenai tiga aspek pemunculan perilaku, diantaranya : id, ego, superego.
    Walaupun pengertian sabar meliputi hal yang lebih luas, sabar sanggup dikatakan salah satu bentuk sikap pertahanan diri. Namun sabar mempunyai aksara yang berbeda dengan respons pertahanan psikologis pada umumnya. Sabar merupakan respons positif dari duduk kasus yang dihadapi seseorang. Orang yang sabar bisa mengumpulkan sumber daya yang ia miliki sehingga ia mempunyai kekuatan atau daya tahan dalam menghadapi masalah. Orang yang sabar bisa mencegah atau menahan diri dari tindakan yang keliru dalam memecahkan duduk kasus atau tekanan yang ia hadapi. Sabar merupakan prosedur yang baik dari reaksi pertahan psikologis, yang tidak terlepas dari dimensi spiritual.
    Bagi orang-orang yang tidak mempunyai “ ketahanan diri” dalam bentuk kesabaran, maka kesedihan dan kemarahan yang timbul akan sangat tidak terkendali, sehingga bisa merusak diri sendiri, bahkan orang lain. Dalam keadaan ibarat itulah kesabaran tidak lain sebagai prosedur “ketahanan diri” yang sangat anggun, dimana potensi kesedihan dan kemarahan (hawa nafsu) dikendalikan secara efektif. Kemampuan inilah yang membedakan sekaligus mengistimewakan manusia, ibarat kata Al-Ghazali, dari mahluk Allah yang lain (hewan).
   Dalam hidup keseharian, sabar biasanya hanya dipersepsi sebagai sikap menghidari ketegasan, yakni bertindak secara berhati-hati yang identik dengan tindakan  yang dilakukan perlahan-lahan. Biasa juga diasosiasikan dengan sikap ”sanggup menunggu”, dengan kata lain, akomodatif terhadap dimensi waktu.
Dalam menunjukan psikoanalisisnya perihal sabar, Freud menjelaskan tiga dimensi psikologi insan yaitu, Id, Ego, Superego. Freud menjelaskan superego sebagai suatu sistem nilai hati nurani individu. Superego bukanlah bawaan semenjak lahir, tetapi ia dipelajari lantaran ia bekerjasama dan berkaitan kepada kebudayaan (peradaban), sedangkan Id ialah bawaan semenjak lahir, dengan beberapa proses terjadi pada tingkatan yang tidak disadari. Dan dimensi ketiga dari stuktur kepribadian manuusia ialah ego, yaitu sebagai perantara (pendamaian) terhadap superego.
    Pada pecahan inti dari kepribadian insan perihal sabar yang sepenuh nya tak disadari ialah wilayah psikis yang disebut sebagai id, yaitu istilah yang diambil dari dari kata ganti untuk “sesuatu” atau ”itu” (the it) atau komponen yang tak sepenuhnya diakui oleh kepribadian sabar seseorang. Id tidak punya kontak dengan cara memuaskan hasrat-hasrat dasar. Ini dikarenakan satu-satunya fungsi id ialah untuk memperoleh kepuasan dalam bersabar sehingga kita menyebutnya sebagai prinsip kesenangan (pleasure principle).
    Menurut Freud, id merupakan pecahan aspek kepribadian instingtif yang bersumber dari energi fisikal atas dasar prinsip kesenangan. Id dalam pemahaman Freud merupakan pecahan dari naluri primitif, pecahan bawah sadar manusia. Id mempunyai muatan yang berisikan  dorongan-dorongan yang paling dasar dari keperibadian manusia. Id ialah kumpulan ketaksadaran yang bersifat spontan dan mendorong ekspresi dan tarik-menarik tanpa memperdulikan apa akibatnya, tanpa pertimbangan anutan yang berarti.
    Oleh lantaran sifatnya yang tidak realistis dan mencari  kesenangan, id ini tidak logis maupun memuaskan pikiran-pikiran yang saling bertentangan satu dengan yang lainnya. Seluruh energi id dicurahkan demi satu tujuan semata-mencari kesenanagan tanpa peduli dampak kesenangan tersesebut sesuai atau tidak untuk ditampilkan. Id mempunyai wilayah yang primitif, kacau balau, dan tak terjangkau oleh alam sadar. Dalam id juga tidak bisa diubah, amoral, tidak logis, tak bisa diatur, dan penuh energi yang tiba dari dorongan-dorongan dasar serta dicurahkan semata-semata untuk memuaskan prinsip kesenangan.
     Sebagai wilayah bagi dorongan-dorongan dasar (dorongan utama), id beroprasi berdasarkan proses pertama (primary process). Oleh lantaran id memakai kacamata kuda dalam upayanya memenuhi prinsip kesenangan , maka id bertahan dengan cara bergantung pada pengembangan proses sekunder  (secondary process), yang menciptakan sanggup berhubung  dengan dunia luar. Fungsi proses sekunder  ini dijalankan oleh ego.
    Ego, atau saya, ialah satu-satunya wilayah  pikiran yang mempunyai kontak dengan relita. Ego dikendalikan oleh prinsip kenyataan (reality principle), yang berusaha menggantikan prinsip kesenangan milik id. Sebagai satu-satunya wilayah dari pikiran yang bekerjasama dengan dunia luar, maja ego pun mengambil tugas direktur atau pengambilan keputusan dari kepribadian.
Sumber energi ego berasal dari id. Dalam perkembangan selanjutnya, ego akan bediri sendiri, terpisah dari id, tetapi sumber energinya tetap berasal dari id. Fungsi utama ego ialah menghadapi realitas dan menerjemahkan untuk id. Oleh lantaran itu, dikatakan bahwa ego berfungsi atas dasar prinsip realitas (reality principle).
   Superego Dalam psikologi Freudian, superego mewakili  aspek-aspek moral dan ideal dari kepribadian  serta dikendalikan oleh prinsip-prinsip  moralitas dan idealis yang berbeda  dengan prinsip  kesenangan dari id dan prinsip realitis dari ego.
    Superego mempunyai dua substem yaitu, bunyi hati  dan ego ideal. Frued tidak membedakan kedua fungsi ini secara jelas, tetapi secara umum, bunyi hati lahir dar pengalaman-pengalaman mendapatkan eksekusi atas prilaku  yang tidak pantas  dan mengajari kita perihal hal-hal yang sebaliknya tidak dilakukan, sedangkan ego ideal dengan  berkembang dari pengalaman  mendapatkan imbalan atas sikap yang tepat dan mengarahkan kita pada hal-hal yang sebaliknya dilakukan.
Baca Juga : Makalah Sholat Sunnah Berjama'ah
C.  Fungsi dan tujuan sabar
    Fungsi secara psikologi sabar sanggup membantu seseorang dalam melatih kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya yang sering disebut dengan kecerdasan emosi (eQ). Karena dengan “sabar” maka seseorang akan bisa menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, mempunyai kepekaan terhadap emosi orang lain, bisa merespon dan bernegosiasi dengan orang lain tidak secara emosional, serta sanggup memakai emosi sebagai alat untuk memotivasi diri.
Hadis Yang menjelaskan Sabar
   Selain sebagai alat untuk melatih kecerdasan emosi, sabar juga sangat di anjurkan oleh agama untuk mendapat pahala dari Allah SWT ibarat yang di jelaskan dalam suatu hadist :
اِنَّ اللهَ تَعَلىَ قَالَ إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِيْ بِحَبِيْبَتَيْهِ فَصَبَرَ عَوَّضْتُهُ مِنْهُماَ الْجَنَّةَ
    Sesungguhnya Allah pernah berfirman. “Apabila Aku uji hamba-Ku pada kedua anggota yang disayanginya, kemudian ia bersabar, pasti saya menggantikan keduanya dengan surga.” (HR Imam Bukhari 5653).

D. Pengertian Qana’ah
     Qana’ah berdasarkan bahasa ialah merasa cukup atau rela, sedangkan berdasarkan istilah ialah  sikap rela mendapatkan dan merasa cukup atas hasil yang diusahakannya serta menjauhkan diri dari dari rasa tidak puas dan perasaan kurang.
       Rasulullah mengajarkan kita untuk ridha dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, baik itu berupa nikmat kesehatan, keamanan, maupun kebutuhan harian. Qona’ah ialah gudang yang tidak akan habis. Sebab, Qona’ah ialah kekayaan jiwa. Dan kekayaan jiwa lebih tinggi dan lebih mulia dari kekayaan harta. Kekayaan jiwa melahirkan sikap menjaga kehormatan diri dan menjaga kemuliaan diri, sedangkan kekayaan harta dan tamak pada harta melahirkan kehinaan diri.
    Di antara lantaran yang menciptakan hidup tidak tentram ialah terperdayanya diri oleh kecintaan kepada harta dan dunia. Orang yang diperdaya harta akan senantiasa merasa tidak cukup dengan apa yang dimilikinya. Akibatnya,dalam apa yang dirinya lahir sikap-sikap yang mencerminkan bahwa ia sangat jauh dari rasa syukur kepada Allah, Sang Maha Pemberi Rezeki itu sendiri. Ia justru merasa kenikmatan yang beliau peroleh ialah murni semata hasil keringatnya, tak ada kesertaan Allah. Orang-orang yang terlalu mengasihi kenikmatan dunia akan selalu terdorong untuk memburu segala keinginannya meski harus memakai segala cara ibarat kelicikan, bohong, mengurangi timbangan dan sebaginya. Ia juga tidak pernah menyadari, sesungguhnya harta hanyalah ujian sebagaimana firman Allah ;
     Artinya ;"Maka apabila insan ditimpa ancaman ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya ni'mat dari Kami ia berkata:"Sesungguhnya saya diberi ni'mat itu hanyalah lantaran kepintaranku". Sebenarnya itu ialah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui" (Q.S Azumar; 49)

E. Dasar Hukum Qana’ah
Al Qur’an
   Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah isu bangga kepada orang-orang yang sabar. (Al Baqarah : 155 )
Hadis
عن ابى هرىرة رضى الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : ليس الغنى عن كثرة العرض ولكن الغنى غنى النفس.(متفق عليه)      
   Dari Abu Hurairah R.A berkata, Nabi SAW bersabda: bukannya kekayaan itu lantaran banyaknya harta dan benda, tetapi kekayaan yang bekerjsama ialah kekayaan hati. (Muttafaqun Alaih)
عن عبد الله ابن عمرو رضى الله عنهما : ان رسول الله صلى الله عليه و سلم. قال: قد افلح من اسلم  ورزق  كفافا  وقنعه  الله  بما اتاه. (رواه مسلم)    
    Dari Abdillah bin Amr sesungguhnya Rasulullah saw bersabda; sungguh beruntung orang yang masuk islam dan rizkinya cukup dan merasa cukup dengan apa-apa yang dukungan Allah. (HR Muslim)
Baca Juga : Makalah Tentang mabuk - mabukan
F. Sikap Qana’ah
     Sudah dijelaskan bahwa qona’ah merupakan sikap rela mendapatkan dan merasa cukup atas hasil yang diusahakannya serta menjauhkan diri dari dari rasa tidak puas dan perasaan kurang. Meski demikian, orang-orang yang mempunyai sikap Qana'ah tidak berarti fatalis dan mendapatkan nasib begitu saja tanpa ikhtiar. Orang-orang hidup Qana'ah bisa saja mempunyai harta yang sangat banyak, namun bukan untuk menumpuk kekayaan. Kekayaan dan dunia yang dimilikinya, dibatasi dengan rambu-rambu Allah SWT. Dengan demikian, apa pun yang dimilikinya tak pernah melalaikannya dari mengingat Sang Maha Pemberi Rezeki. Sebaliknya, kenikmatan yang ia dapatkan justru menambah sikap qana'ahnya dan mempertebal rasa syukurnya.
Adapun pola bersikap qana’ah dalam kehidupan, diantaranya :
1) Selalu tulus mendapatkan kenyataan hidup meskipun dengan keadaan yang sederhana.
2) Tidak banyak berangan- angan dan berharap ynag melebihi batas kemampuan dan batas yg ada.
3) Selalu berusah dan bekerja untuk  memperbaiki nasib kehidupan pada masa yang akan datang.
4) Selalu berserah diri kepada Alloh SWT, baik dalam kehidupan lapang maupun sempit.
5) Tidak bersikap iri apalagi hasud kepada nikmat Alloh yang diterima oleh orang lain.
6) Berprasangka baik atas keputusan dan takdir Alloh.
7) Menjauhkan diri dari sifat tamak, serakah, prasangka kurang baik .
8) Jika hasil yg diperoleh tidak sesuai  dengan yg dibutuhkan tidak gampang kecewa dan putus asa.
9) Dapat hidup sesuai dengan kebutuhan.
10) Optimis tidak pesimis dan tidak frustasi dan Tidak berlebihan arahnya membelanjakan harta sesuai dengan kebutuhan.
11) Selalu yakin bahwa apa yang didapatnya dan yang ada pada dirinya merupakan anugerah dari Allah SWT.
    Perbuatan Qana’ah yang sanggup kita lakukan contohnya puas terhadap apa yang kita miliki ketika ini, Maka hendaklah dalam duduk kasus keduniaan kita melihat orang yang di bawah kita, dan dalam duduk kasus kehidupan alam abadi kita melihat orang yang di atas kita. Hal ini sebagaimana telah ditegaskan Rasulullah dalam sebuah hadis:
عن ابى هريرة رضى الله عنه : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم. انظروا الى من اسفل منكم, ولا تنظروا الى من هو فوقكم فهو اجدر ان لا تزدروا نعمة الله عليكم. (متفق عليه)                      
     Artinya; “Lihatlah orang yang di bawah kalian dan janganlah melihat orang di atas kalian, lantaran yang demikian itu lebih layak bagi kalian biar kalian tidak memandang hina nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kalian.” (Muttafaqun Alaih)
    Ketika berusaha mencari dunia, orang-orang Qana'ah menyikapinya sebagai ibadah yang mulia di hadapan Allah yang Maha kuasa, sehingga ia tidak berani berbuat licik, berbohong dan mengurangi timbangan. Ia yakin tanpa menghalalkan segala cara apapun, ia tetap mendapatkan rizki yang dijanjikan Allah. Ia menyadari final rizki yang dicarinya tidak akan melebihi tiga hal; menjadi kotoran, barang lama atau bernilai pahala di hadapan Allah.
           Bila kita bisa merenungi dan mengamalkan makna dan pentingnya qona’ah maka kita akan memperoleh ketenangan dan ketenteraman hidup. Dan hendaknya diketahui bahwa harta itu akan ditinggalkan untuk jago waris.

G. Hikmah Qana’ah
     Tidak diragukan lagi bahwa  qona’ah sanggup menenteramkan jiwa insan dan merupakan faktor kebahagiaan dalam kehidupan lantaran seorang hamba yang qona’ah dan mendapatkan apa yang dipilihkan Alah untuknya, beliau tahu bahwa apa yang dipilihkan Allah untuknya ialah yang terbaik baginya di segala macam keadaan.
Sikap qona’ah membebaskan pelakunya dari kecemasan dan memberinya kenyamanan psikologis ketika bergaul dengan manusia. Dzunnun al-Mashri mengatakan: “Barangsiapa bersikap qona’ah maka ia bisa merasa nyaman di tengah manusia-manusia sesamanya.”
     Sebaliknya, ketiadaan qona’ah dalam hidup akan menyeret pelakunya pada penuhanan bahan sehingga kebebasannya terampas lantaran kerakusan dalam mencari harta duniawi yang memaksanya berbuat apapun untuk mendapatkan harta.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
    Makara dari pembagian terstruktur mengenai yang telah kita uraikan dalam bahan diatas, sanggup kita berikan kesimpulan adab tersebut merupakan sutu bentuk atau cerminan yang tertatanam dalam diri seseorang dan hal tersebut terlaksana dalam kehidupannya sehari – hari. Sehingga ada yang dinamakan dengan adab terpuji, dan ada juga yang dinamakan dengan adab tercelah.
   Semuanya ini mempunyai sisi positif dari pergaulan yang kita lakukan, baik dalam melaksanakan korelasi yang bersifat horizontal atau dalam melaksanakan korelasi dengan AllahSWT atau dalam melaksanakan hubunga secara vertikal yaitu dalam melaksanakan korelasi atau bergaul antar sesama Manusia.

Sumber http://sekolahmaning.blogspot.com

0 Response to "Makalah Sopan Santun Sabar Dan Qana'ah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel